69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Yayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima
Yayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima ini dibangun sejak tahun 1987 yang dirintis sekaligus didirikan oleh Hj. Siti Maryam R.
Salahuddin anak ke-7 Sultan Salahuddin – Raja Kesultanan Bima. Tujuan
pendirian Museum Kebudayaan Samparaja ialah penyelamatan peninggalan Kesultanan Bima terutama naskah-naskah lama dari kepunahan sekaligus
melestarikan nilai-nilai budaya daerah serta menjadikan museum sebagai sarana penelitian kebudayaan Bima. Status museum Kebudayaan Samparaja
adalah museum pribadi yang terbuka untuk umum.
4.1.1 Koleksi Museum Kebudayaan Bima
Koleksi yang dimiliki museum Kebudayaan Samparaja antara lain naskah-naskah lama berhuruf Arab dan berbahasa Melayu
yang ditulis sekitar abad XVII - XIX Masehi. Naskah-naskah tersebut memuat berbagai ilmu pengetahuan dan sejarah pemerintahan Bima,
hukum adat dan hukum Islam yang diterapkan di Bima, Ilmu Pertanian, kelautan, perbintangan, hubungan interaksi dengan daerah
lain maupun pedagang dari negeri asing. Tidak ketinggalan Kitab La Nonto Gama menjadi koleksi utama juga yaitu berupa kitab-kitab Al
Quran yang ditulis dengan tangan yang merupakan peninggalan langsung Kesultanan Bima. Selain kronik, manuskrip atau naskah-
naskah lama, Museum Kebudayaan Bima juga mengoleksi benda
etnografi budaya Bima, pakaian adat lama semasa Kesultanan Bima dari pakaian pangkat-pangkat adat, pakaian upacara adat, pakaian
pengantin, pakaian adat anak-anak, ukiran kayu dan perak, serta keramik-keramik lama.
4.1.2 Permasalahan Pelestarian dan Publikasi Manuskrip
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka sebagian koleksi Museum Kebudayaan Samparaja terutama berupa naskah lama
sudah dikonservasi dan didokumentasikan. Konservasi dilakukan dengan melaminasi naskah sebanyak hampir 2.500 lembar yang
diperkirakan mampu bertahan antara 50 hingga 100 tahun yang akan datang. Pendokumentasian berupa digitalisasi dan mikro film juga
telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Jakarta yang mencakup hampir 2.200 lembar naskah lama. Sehingga keseluruhan naskah lama
manuskrip yang sudah dilaminasi, didigitalisasi, dan dimikrofilmkan hampir berjumlah 4.700 lembar baik naskah lepas maupun yang dijilid.
Guna mempublikasikan hasil penelitian dan memudahkan dalam pencarian naskah, maka Museum Kebudayaan Samparaja
menerbitkan beberapa buku antara lain Katalogus Naskah Bima yang berjudul Katalogus Naskah Melayu-Bima Jilid I dan II yang disusun
oleh Hj. Siti Maryam R Salahuddin dan Sri Wulan Rujiati Mulyadi; dan Transliterasi Bo Sangaji Kai catatan-catatan Kerajaan Bima ke
dalam huruf latin yang sebelumnya menggunakan aksara Arab bahasa Melayu yang disusun oleh Henri Chambert Loir dan Hj. Siti Maryam
R Salahuddin. Kedua publikasi tersebut menjadi rujukan peneliti di Indonesia dan dunia dalam mempelajari sebagian kebudayaan
Kesultanan Bima
melalui naskah
atau manuskrip
yang ditinggalkannya.
Keberadaan museum ini perlu didukung oleh semua pihak baik sekedar perhatian maupun pendanaan, terlebih status museum tersebut
merupakan museum pribadi yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Museum Kebudayaan Samparaja juga mengundang para
peneliti dan ilmuwan untuk melakukan studi naskah manuskrip yang menyimpan kajian Islam yang diterapkan dalam sistem kehidupan
berpemerintahan dan bermasyarakat di Bima pada zaman Kesultanan Bima.
4.2 Analisa Sistem Berjalan