27
3. Informasi dapat digunakan sebagai sumber-sumber demokratis, baik orang miskin maupun orang kaya secara sama tergantung pada
kemampuan dalam menerima. 4. Informasi memiliki sifat yang dinamis, tumbuh dan berkelanjutan
Laloo, 2002. Setiap orang pastinya membutuhkan informasi yang dapat diperoleh
secara efektif dan bermanfaat bagi kepentingannya masing-masing. Menurut Brophy dalam Laloo 2002, informasi akan efektif jika memiliki kualitas-
kualitas sebagai berikut: 1. Accessibility,
yaitu kemudahan untuk diakses. Maksudnya,
informasi dapat dengan mudah ditemukan dan digunakan ketika seseorang membutuhkan informasi.
2. Comprehensiveness, yaitu informasi menyeluruh dan dapat
memberikan gambaran secara umum dan lengkap kepada pengguna.
3. Precision, yaitu informasi bisa digunakan dengan cermat dan teliti oleh pengguna.
4. Compatibility, yaitu informasi tepat dan sesuai dengan kebutuhan informasi penggunanya.
5. Timeliness, yaitu informasi dapat digunakan oleh pengguna dengan waktu yang tepat pada saat dicari dan dibutuhkan untuk tujuan
tertentu.
28
6. Clarity, yaitu informasi jelas dan tidak menimbulkan ambiguitas. Sehingga tidak akan terjadi kesalahan pemustaka dalam
menafsirkan atau menginterpretasikan. 7. Flexibility, yaitu informasi bersifat fleksibel lentur sehingga dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi. 8. Verifiability, yaitu keabsahan informasi dapat dibuktikan.
9. Unbiasness, yaitu informasi berisi pandangan-pandangan yang objektif dan tidak memihak sisi manapun serta tidak mengandung
SARA. 10. Quantifiability, yaitu informasi tersedia dalam jumlah tertentu
untuk digunakan. Menurut Siregar 2008 dalam artikelnya yang berjudul “Tantangan
RRI Menghadapi Era Masyarakat Informasi”, informasi memiliki makna dari penggunanya yaitu sebagai informasi penerangan, pendidikan, persuasi dan
hiburan. 1. Informasi penerangan, yaitu informasi dapat digunakan secara
praktis untuk mengetahui situasi lingkungan sehari-hari, seperti berita ramalan cuaca, kejadian penting dalam kota, patokan harga
barang, dan lain sebagainya. 2. Informasi pendidikan, yaitu informasi mempunyai makna bagi
khalayak karena dapat digunakan dalam jangka waktu yang singkat, misal petunjuk-petunjuk praktis untuk mengerjakan
keperluan rumah tangga, ataupun jangka waktu yang panjang
29
sehingga dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum untuk memperbaiki atau meningkatkan posisinya dalam kehidupan.
3. Informasi persuasi, yaitu informasi yang berisi saran sehingga penggunanya
dapat melakukan
keputusan, dengan
cara menyesuaikan kepentingannya dengan keinginan dari pihak yang
memberikan saran. Biasanya, informasi ini berasal dari dunia industri untuk menjadikan pengguna media massa sebagai
konsumen produk industri. 4. Informasi hiburan, yaitu informasi yang dapat membawa
penggunanya ke dunia alternatif, bukan kehidupan yang bersifat empiris. Fungsi ini sangat penting bagi penggunanya, sebab dalam
kehidupannya setiap
orang pasti
menginginkan adanya
keseimbangan antara dunia empirisnya dengan dunia alternatif mereka yang bersifat subyektif. Karena informasi hiburan ini akan
membawa pengguna informasi ke dalam diri mereka sendiri, berbeda dengan makna dari ketiga informasi lainnya yang
menghubungkan pengguna informasi dengan lingkungan di dunia nyata.
Pemahaman yang dapat kita temukan dari definisi-definisi diatas bahwa informasi merupakan data yang telah diolah dan disebarluaskan dalam
bentuk atau format tertentu agar mudah ditemu kembalikan orang lain yang membutuhkan informasi itu sendiri.
30
3. Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi keadaan seseorang yang merasa kekurangan dan menginginkan informasi untuk mewujudkan sebuah tindakan tertentu.
menurut zipper, kebutuhan informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi tertentu memiliki kontribusi besar dalam suatu pencapaian dimana
mereka harus membuat keputusan, menjawab pertanyaan, menempatkan fakta-fakta dan memecahkan masalah atau dapat memenuhi sesuatu Arsland,
2001: 70. The Librarian’s Thesaurus mendefinisikan kebutuhan informasi
sebagai kebutuhan akan bahan-bahan dan layanan perpustakaan yang dimaksudkan untuk kepuasan Laloo, 2002. Dalam ilmu informasi,
kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu yang lama kelamaan akan muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan
pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman sebuah makna. Sulistyo
Basuki menyatakan bahwa kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah,
pendidikan dan lain-lain Perpustakaan UNDIP, 2010: 11. Menurut
Sulistyo-Basuki, 2004:393
Kebutuhan informasi
merupakan keinginan seseorang terhadap informasi untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal-hal yang
menentukan kebutuhan informasi menurut Sulistyo, diantaranya: a. Kisaran Tersedianya informasi,
b. Penggunaan terhadap informasi yang akan digunakan,
31
c. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, d. Sistem sosial, ekonomi, politik tempat dimana penggunanya
berada, dan e. Konsekuensi terhadap penggunaan informasi.
Wilson vol. 37 no.1, 1981: 12 mengatakan bahwa kebutuhan informasi muncul karena adanya pengaruh dari kebutuhan pribadi yang
berhubungan dengan kebutuhan fisiologi kebutuhan akan makanan, air, tempat tinggal dann lain-lain, kebutuhan afektif dikenal dengan kebutuhan
psikologis atau emosional, seperti kebutuhan dominasi, dan pencapaian dan sebagainya, ataupun Kebutuhan kognitif Kebutuhan untuk merencanakan,
belajar, dan lain-lain. kebutuhan ini berkaitan dengan peranan seseorang dalam sebuah pekerjaan atau aktivitasnya, dan tingkat kompetensi seseorang
yang diharapkan oleh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Atherton, 1977, yaitu kebutuhan informasi seseorang tergantung dengan
pekerjaan, tujuan penggunaan informasi, usia, kecakapan, kedudukan profesional dan karakteristik lainnya.
Drerr 1983: 273-281 mengatakan bahwa kebutuhan informasi ialah hubungan antara informasi dengan tujuan seseorang. maksudnya, ada alasan
dan tujuan tertentu yang ingin diperoleh seseorang ketika memenuhi kebutuhan informasinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maurice B.
Line yaitu, kebutuhan informasi menjadi suatu keharusan untuk dimiliki seseorang dalam pekerjaan, penelitian pendidikan, hiburan, dan lain-lain yang
berhubungan dengan kehidupan masing-masing penggunanya.
32
Dari definisi di atas dapat diketahui kebutuhan informasi adalah keadaan seseorang yang kekurangan dan menginginkan informasi untuk
tujuan tertentu.
4. Cara Identifikasi Kebutuhan Informasi
Identifikasi kebutuhan informasi adalah langkah awal untuk menentukan jenis informasi apa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada proses identifikasi kebutuhan informasi ini.
Identifikasi informasi juga merupakan proses untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Dalam
proses ini akan ada dua pihak yang terlibat secara aktif. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi, yaitu
lengkap, detail dan benar. Lengkap, maksudnya semua informasi yang diharapkan pengguna dapat diperoleh oleh pihak yang melakukan identifikasi.
Detail, adalah informasi yang diperoleh terinci sampai hal-hal kecil. Benar, adalah semua data yang diperoleh dari proses identifikasi ini harus benar,
bukan menurut pelaku identifikasi tetapi benar dan sesuai dengan yang dimaksud pengguna.
Untuk mengetahui kebutuhan informasi pengguna dibutuhkan proses identifikasi terhadap keinginannya. Terdapat beberapa teknik untuk
mengidentifikasi kebutuhan informasi pengguna, salah satunya adalah dengan menggunakan alat bantu. Ada banyak alat bantu identifikasi yang bisa
digunakan, adalah pengamatan praktis, interview, kuesioner, observasi,
33
sampling, document gathering, charting decision table Bambang S. Sankarto dan Maman Permana, 2008: 10-12.
Secara lebih spesifik, Saracevic et al. 1988 menyatakan bahwa penelitian tentang kebutuhan informasi harus memperhatikan faktor berikut:
1. Persepi seseorang tentang masalah yang sedang ia hadapi.
Misalnya, dengan memakai contoh kota Paris di atas, kebutuhan informasi jelaslah muncul karena seseorang tiba-tiba harus ke Paris
karena tugas kantornya. Jika kita ingin meneliti kebutuhan informasi, sebaiknya kita juga meneliti bagaimana para responden
melihat mempersepsi hal-hal yang berkait dengan kebutuhannya. Apakah responden menganggap pergi ke Paris itu sebagai
tantangan? Atau malah sebagai beban?
2. Rencana seseorang dalam penggunaan informasi. Ketika
seseorang membutuhkan informasi, sedikit banyak ia juga sudah punya ancang-ancang tentang kegunaan informasi itu. Seseorang
yang punya kebutuhan informasi jalan dan alamat di Paris mungkin sudah punya rencana beanja dan cari makanan khas Paris.
3. Kondisi pengetahuan
seseorang yang
relevan dengan
kebutuhannya. Ini adalah unsur penting untuk melihat seberapa
besar “gap” yang ada di benak seseorang; antara apa yang sudah diketahuinya tentang Paris dan apa yang belum diketahuinya.
Wajarlah jika gap ini akan berbeda-beda di setiap orang. Kalau ada 30 orang yang akan pergi ke Paris, dan ketigapuluh orang itu sama-
sama membutuhkan peta Paris, dapat dipastikan bahwa mereka