Kebutuhan informasi guru fiqh MTsN Tangerang II Pamulang dalam proses belajar mengajar

(1)

KEBUTUHAN INFORMASI GURU FIQH MTsN TANGERANG II PAMULANG DALAM PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh:

MAULIDYA ISTIQFANI NIM. 1111025100029

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


(2)

(3)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maulidya Istiqfani NIM : 1111025100029 Jurusan : Ilmu Perpustakaan Fakultas : Adab dan Humaniora Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Kebutuhan Informasi Guru Fiqh MTsN Tangerang II Pamulang dalam Proses Belajar dan Mengajar, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta Pada Tanggal : 25 Juni 2015

Yang menyatakan


(5)

(6)

ABSTRAK

Maulidya Istiqfani (NIM. 1111025100029).

Kebutuhan Informasi Guru-guru Fiqh MTsN Tangerang II Pamulang dalam Proses Belajar dan Mengajar. Di bawah bimbingan Parhan Hidayat, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan guru-guru fiqh dalam proses belajar dan mengajar; 2) untuk mengetahui cara guru-guru fiqh memenuhi kebutuhan informasinya.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Mei 2015, di MTsN Tangerang II Pamulang dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ketika guru-guru fiqh ingin membuat RPP, mereka membutuhkan informasi mengenai tujuan pembelajaran, kompetensi yang diharapkan, metode mengajar, dan materi ajar dan ketika guru fiqh menggunakan model pembelajaran CTL, mereka juga membutuhkan informasi mengenai metode mengajar dan fasilitas pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Selain itu, terkait ilmu fiqh mereka membutuhkan informasi tentang perkembangan hukum Islam dan berita-berita dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan contoh dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya, guru-guru fiqh membaca buku, melakukan pencarian di Internet, dan berdiskusi dengan teman di MGMP agama


(7)

ABSTRACT

Maulidya Istiqfani (NIM. 1111025100029)

Information needs of Fiqh Teachers MTsN Tangerang II Pamulang in Teaching and Learning Process. Supervised by Parhan Hidayat, M.Hum. Department of Library and Information Science Faculty of Adab and Humanities Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.

This research aims to find out: 1) information needs which are needed by fiqh teachers in teaching and learning process; 2) fiqh teachers way to fulfill their information needs.

The Research was conducted on November 2014 until May 2015 in MTsN Tangerang II Pamulang with descriptive method and qualitative approach. Data collection techniques were used are observation, interview and documentation. The results of this research showed that when fiqh teachers propose to make RPP, they need information related to learning objectives, the expected competencies, teaching method and materials. Furthermore, when fiqh teachers are using CTL learning model, they also need information related to the exact learning method and facility for students. Besides, regarding to fiqh they need information about Islamic law development and daily news that can be model for learning process in the class. To fulfill their information needs, fiqh teachers are reading books, doing a research in internet, and discussing with MGMP religion companion.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin, segala puji bagi Allah SWT, maha sumber ilmu yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat. Aamiin YRA.


(9)

7. Bapak Drs. Suhardi, M.Ag, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin penelitan untuk penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Imam Sucipto, S.P., S.Kom selaku Wakil Bidang Humas dan SDM MTsN Tangerang II Pamulang Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Dra. N. Supriyati, M.Pd selaku koordinator pengajaran dan evaluasi MTsN Tangerang II Pamulang, yang telah membantu dalam memperoleh data untuk penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Midahwati, S.Ag., M.Ag., ibu Nuraini, S.Ag., M.Ag., dan ibu Ita Rosmita, S.Ag., M.Ag., yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta pemikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Bapak Uung Suryadi, S.Ag. yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

12. Segenap guru-guru dan Karyawan MTsN Tangerang II Pamulang.

13. Seluruh Pengurus DKM Al Muhajirin Bukit Pamulang Indah yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, ilmu pengetahuan. Semoga apa yang diberikan dapat bermanfaat, aamiin YRA

14. Seluruh Pengurus UPZIS Al Muhajirin Bukit Pamulang Indah (BPI) yang telah memberikan bantuan, doa, motivasinya. Semoga UPZIS Al Muhajirin terus sukses dan dapat bermanfaat bagi orang-orang muslim di sekitar BPI, Aamiin YRA.


(10)

bantuan moril dan materil serta melimpahkan kasih sayang kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada papa dan mama, Aamiin YRA

16. Kakak, dan adik-adikku, Resty Fajrinia, Rachmanda Famayza, Namira Insyiranda dan Maulana Yusuf Illyasa. Yang selalu memberikan doa dan semangatnya.

17. Sahabatku, Dewi Riani, Rizca Amelia Akbar, Tiara Puspita Ayu, Arista Aprilia dan Fadli Muhamad yang selalu memberikan semangat, saran dan mengingatkan ketika ada perilaku yang salah. Semoga kita bisa di wisuda bareng yaa

18. Teman-teman Remaja Masjid Bukit Pamulang Indah (RESMINDA) dan teman-teman Beasiswa UPZIS Al Muhajirin, Veni, Dini, Atun, Ria, Naya dan lain-lain, yang senantiasa mengingatkan ketika ada perilaku yang salah, doa dan motivasinya. Semangat untuk kalian semua.

19. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2011, khususnya IPI A. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi diri sendiri orang lain. Aamiin YRA.

20. Kak Vili, kak Lita dan kak Ila. Makasih buat ilmu yang diberikan waktu Praktek Kerja Lapangan dan doa serta semangatnya.


(11)

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih butuh penyempurnaan di beberapa bagian, baik dari segi isi maupun susunannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya dengan rahmat dan ridhanya serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Aamiin YRA.

Jakarta, Maret 2015


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

SURAT PERNYATAAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Definisi Istilah... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUANLITERATUR A. Hakikat Kegiatan Belajar dan Mengajar Fiqh ... 10

B. Kebutuhan Informasi 1. Definisi Kebutuhan ... 22

2. Definisi Informasi ... 24

3. Kebutuhan Informasi ... 30

4. Cara Identifikasi Kebutuhan Informasi... 32

5. Cara Memenuhi Kebutuhan Informasi... 34

C. PenelitianTerdahulu ... 44

BAB III METODEPENELITIAN A. Jenisdan Pendekatan Penelitian ... 47

B. Sumber Data 1. Data Primer ... 47

2. Data Sekunder... 48

C. Informan... 48

D. Teknik Pengumpulan Data... 49

E. Teknik Analisis Data... 50


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil ObjekPenelitian………...52

1. Sarana dan Prasarana………..53

3. Visi, Misi dan Tujuan MTsN Tangerang II Pamulang ... 54

4. Struktur Organisasi ... 55

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kebutuhan Informasi Guru Fiqh MTsNTangerang II Pamulang dalam Proses Belajar dan Mengajar ... 56

2. Cara Pemenuhan Kebutuhan Informasi a. Cara Memenuhi Kebutuhan Informasi... 63

b. Sumber-sumber Informasi Guru FiqhMTsN Tangerang II Pamulang... 65

c. Cara Mengatasi Kesulitan Memenuhi Kebutuhan Informasi... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Informan

Lampiran 2 Surat Tugas Dosen pembimbing Lampiran 3 Surat izin penelitian

Lampiran 4 Buku-buku Fiqh yang digunakan Guru-guru fiqh MTsN Tangerang II Pamulang

Lampiran 5 Silabus Mata Pelajaran Fiqh MTsN Tangerang II Pamulang Lampiran 6 Foto Informan

Lampiran 7 Daftar Nama Guru-guru MTsN Tangerang II Pamulang Lampiran 8 Kuesioner Informan 1

Lampiran 9 Kuesioner Informan 2 Lampiran 10 Kuesioner Informan 3 Lampiran 11 Kuesioner Informan 4


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, informasi terus berkembang dan sudah menjadi kebutuhan utama setiap manusia. Karena, setiap Manusia diciptakan dengan memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru ditemui (Irawan, 1999: 10). Dengan adanya rasa ingin tahu tersebut, manusia membutuhkan informasi yang berbeda-beda. Rasa ingin tahu bisa dipenuhi melalui pendidikan. Karena, pendidikan merupakan sebuah proses yang pasti dilalui oleh manusia. Pendidikan juga merupakan proses untuk menyiapkan seseorang, supaya dapat membahagiakan dirinya khususnya dan orang lain umumnya (Mahmud, 1961: 6).

Pendidikan terbagi menjadi dua, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan pendidikan nonformal ialah pendidikan yang diperoleh dari lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal secara langsung ataupun tidak langsung. Sekolah adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal yang diselenggarakan oleh pemerintah. Karena di dalam sekolah, seseorang akan dididik dengan pendidikan yang sebenarnya. Namun, sekolah juga tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya jika tidak memiliki guru atau tenaga pendidik yang ahli dan cakap pengetahuannya. biasanya dilakukan dengan cara belajar di lembaga pendidikan yang disediakan oleh pemerintah seperti di Sekolah.


(17)

Dengan belajar di sekolah manusia akan mendapatkan informasi yang bermacam-macam dari guru. Sedangkan, pendidikan nonformal bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja misalnya dengan mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga atau dengan cara mengakses internet. Seperti yang kita ketahui saat ini, sangat banyak informasi yang tersebar di dunia internet dan dapat dengan mudahnya diakses oleh manusia yang membutuhkan informasi.

Menurut Estabrook, Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat. Informasi ada yang berbentuk cetak dan terekam. Informasi dapat berasal dari suatu peristiwa atau kejadian, membaca buku atau karya cetak dan non cetak lainnya. Informasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu : lisan dan terekam. Yang dimaksud Informasi lisan adalah informasi yang diperoleh dari mulut ke mulut saja dan biasanya berdasarkan pengalaman seseorang. Sedangkan, informasi terekam merupakan informasi yang direkam melalui media apa saja (Pawit, 2010: 1).

Dalam pendidikan, pemenuhan kebutuhan informasi siswa terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena, pada saat kegiatan belajar mengajar seorang pendidik atau guru menyampaikan informasi kepada para siswa agar mereka belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas (Bimbingan, 2014).


(18)

Pengguna informasi sangat beragam, bisa dilatar belakangi oleh pendidikan, pekerjaan, lingkungan sekitarnya. Seperti Siswa, Mahasiswa, Guru, Dosen, dan masyarakat umum semuanya adalah pengguna informasi dan tentunya membutuhkan informasi untuk tujuan dan alasan tertentu. Kebutuhan informasi merupakan hubungan antara informasi dengan tujuan seseorang (Drerr, 1983: 34). Maksudnya, terdapat alasan dan tujuan yang diinginkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Kebutuhan informasi muncul dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi setiap manusia, seperti: kebutuhan fisiologi, afektif, maupun kognitif.

Kebutuhan ini berhubungan dengan peran seseorang dalam pekerjaan atau kegiatan dan tingkat kompetensi seseorang sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungannya (Wilson, 1981: 3). Misalnya, anak-anak sekolah yang membutuhkan informasi untuk membantu menambah wawasan mereka, dan seorang guru yang membutuhkan informasi untuk membantu serta menunjang proses pembelajaran yang akan disampaikan. Informasi yang dibutuhkan guru harus relevan dengan materi yang ada di kurikulum yang diterapkan oleh sekolah.

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tangerang II Pamulang merupakan madrasah unggulan yang ada di sekitar pamulang. Setiap tahunnya jumlah siswa di MTsN Tangerang II Pamulang terus bertambah. Keunggulan MTsN Tangerang II Pamulang didukung oleh banyaknya guru profesional yang bekerja di sana dari berbagai macam latar pendidikan dan jabatan. Saat ini guru yang mengajar di MTsN Tangerang II Pamulang berjumlah 68 orang yang terbagi menjadi 60 guru PNS dan 8 orang guru honor. Semua guru tersebut memiliki latar belakang


(19)

pendidikan yang berbeda-beda, namun latar belakang pendidikan semua guru tidak kurang dari lulusan sarjana strata satu (S1). Dengan dididik oleh tenaga pengajar yang memiliki latar belakang pendidikan tidak kurang dari sarjana strata satu MTsN Tangerang II Pamulang menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik. Semua prestasi tersebut disebabkan oleh keprofesionalitasan guru-guru yang mengajar di MTsN Tangerang II Pamulang. Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai guru profesional, tentunya guru-guru membutuhkan informasi yang relevan.

Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2007 dijelaskan mengenai standar kualifikasi akademik dan kompetensi inti yang harus dimiliki guru yang akan mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kualifikasi akademik untuk guru yang mengajar ditingkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat atau sarjana program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan, kompetensi yang harus dimiliki guru SMP/MTs di antaranya: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.


(20)

Guru yang profesional sebaiknya mampu menerima dan melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Guru profesional memiliki tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi diwujudkan dengan adanya kemampuan untuk memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami peranannya sebagai bagian dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral, sedangkan tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya (Kunandar, 2011: 48).

Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawabnya, guru-guru tentunya akan menemukan berbagai kendala. Salah satu kendala itu bisa dialami guru saat harus menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang tugas-tugas mereka. Keterampilan tersebut adalah keterampilan dalam memenuhi kebutuhan informasi sebagai guru, seperti keterampilan mengakses informasi elektronik, memilih informasi yang relevan dan mengevaluasi proses dan hasil informasi yang ditemukan. Terutama kebutuhan informasi tentang pelajaran Fiqh, karena fiqh merupakan ilmu yang mempelajari hukum syara’ tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh melalui dalil-dalil-Nya. Dalam standar kompetensi madrasah tsanawiyah fiqh merupakan salah satu bagian mata


(21)

pelajaran pendidikan agama islam yang memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya. Melihat latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kebutuhan informasi guru-guru fiqh dalam proses kegiatan belajar mengajar: studi kasus di MTsN Tangerang II Pamulang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, agar penelitian ini terarah dan tidak melebar luas peneliti membatasi masalah dalam penelitian:

a. Kebutuhan Informasi Guru Fiqh Dalam Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar di MTsN Tangerang II Pamulang.

b. Cara Guru Fiqh Memenuhi Kebutuhan Informasi Dalam Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar Di MTsN Tangerang II Pamulang. Berdasarkan pembatasan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Informasi apa saja yang dibutuhkan guru-guru Fiqh dalam proses kegiatan belajar dan mengajar di MTsN Tangerang II Pamulang? 2. Bagaimana cara guru-guru Fiqh memenuhi Kebutuhan informasi


(22)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah:

a. Untuk mengetahui Informasi apa saja yang dibutuhkan guru-guru Fiqh dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.

b. Untuk mengetahui cara guru-guru Fiqh memenuhi kebutuhan informasi mereka.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, adalah:

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk peneliti secara nyata tentang kebutuhan informasi guru-guru fiqh dalam proses kegiatan belajar dan mengajar di MTsN Tangerang II Pamulang.

b. Hasil ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti mengenai tema penelitian yang sama dengan penelitian ini, dan

c. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan-masukan yang bermanfaat mengenai cara pemenuhan informasi yang efektif dan efisien seorang guru, khususnya guru-guru fiqh di MTsN Tangerang II Pamulang.


(23)

D. Definisi Istilah

Kebutuhan informasi merupakan keadaan guru-guru fiqh di MTsN Tangerang II Pamulang yang merasa kekurangan atau menginginkan informasi untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Kebutuhan ini berhubungan dengan peran seseorang dalam pekerjaan atau kegiatan dan tingkat kompetensi seseorang sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungannya (Wilson, 1981: 3).

Guru-guru fiqh merupakan tenaga pengajar di MTsN Tangerang II Pamulang yang mengajarkan serta menyampaikan ilmu-ilmu fiqh kepada siswa-siswi di MTsN Tangerang II Pamulang.

Kegiatan Belajar Mengajar dalam penelitian ini merupakan proses guru-guru fiiqh dalam menyampaikan informasi kepada siswa di MTsN Tangerang II Pamulang.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima bab itu adalah:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini dkemukakan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, penelitian relevan dan sistematika penulisan


(24)

BAB II Tinjauan Literatur

Bab ini membahas teori–teori yaitu berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan tentang penelitian ini. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi kegiatan belajar mengajar, guru, informasi, kebutuhan informasi, konsep-konsep kebutuhan informasi, sumber-sumber informasi, cara pemenuhan kebutuhan informasi

BAB III Metode Penelitian

Bab ini memuat jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik analisis data, jadwal penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat gambaran umum mengenai sejarah singkat MTsN Tangerang II Pamulang, visi dan misi, sarana dan prasarana, serta tenaga pendidik yang mengajar di sekolah ini dan membahas hasil penelitian yang terdiri dari informasi yang dibutuhkan guru-guru fikih di MTsN Tangerang II Pamulang dalam proses kegiatan belajar dan mengajar, dan cara guru fiqh memenuhi kebutuhan informasi.

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti tentang menemukan informasi yang dibutuhkan oleh guru-guru fikih di MTsN Tangerang II Pamulang secara efektif dan efisien.


(25)

BAB II Tinjauan Literatur

A. Hakikat Kegiatan Belajar dan Mengajar Fiqh

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti (Arif, 1990: 1). Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang saling berkaitan (Darmawan, 2009: 4). Kegiatan belajar merupakan sebuah proses dimana seorang pendidik atau guru menyampaikan informasi kepada para siswa agar mereka belajar atau mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas (Bimbingan, 2009). Menurut Burton belajar diartikan sebagai :

“Learning is a change in the individual, due to interaction of that individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with hisenvironment”.

Dalam kutipan diatas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai (Basleman, 2011: 7).

Definisi belajar pun kini berkembang luas, Gagne mendefinisikan belajar sebagai berikut: “Learning is a change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to process of growth”


(26)

Arti dari definisi belajar tersebut adalah suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama suatu jangka waktu dan tidak sekadar menganggapnya proses pertumbuhan (Basleman, 2011: 8). Selain itu, Cronbanch mendefinisikan belajar ialah “Learning is shown by a change in behavior as a results of experience” yang berarti bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Sumadi, 1990: 247). Belajar juga diartikan sebagai proses sebuah aktivitas untuk melihat, untuk membaca, untuk mencoba sesuatu yang ada dalam diri, untuk mendengar, dan untuk mengikuti petunjuk yang ada.

Dalam dunia islam, belajar dideskripsikan sebagai (menuntut ilmu); yaitu usaha sadar (baca menuntut) untuk mendapatkan ilmu. Wujud dari belajar adalah al-Qira’ah (membaca), mendengar, merenungkan, mengamalkan dan menyampaikan. Ketiga definisi ini memiliki satu titik temu yaitu belajar adalah melakukan sesuatu secara sadar untuk mendapatkan perubahan pada diri pembelajar (Baroroh, 2004: 6).

Travers mendefinisikan belajar sebagai berikut: “Learning .... involves a relatively permanent change in behavior as a result of exposure to conditions in the environment”. Maksud dari definisi ini menyatakan bahwa belajar mencakup perubahan relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari penyingkapan terhadap kondisi dalam lingkungan (Basleman, 2011: 7).


(27)

Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar yang ditunjukkan melalui pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan dari berbagai aspek lainnya (Pemerhati Guru, 2013).

Dari pengertian-pengertian diatas belajar diartikan sebagai sebuah proses perubahan yang terjadi di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Seperti peningkatan dalam kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan mengajar menurut Andri Hakim adalah salah satu bentuk komunikasi dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Selain itu, W. Gulo juga mengartikan menagajar sebagai usaha untuk menciptakan sistem yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal (Indah, 2010).

Dalam kamus besar bahasa indonesia, mengajar adalah memberikan pelajaran. Definisi lain dari mengajar dikemukakan oleh Alvin W. Howard yaitu suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan skill, attitudes, ideals/cita-cita, appreciation/penghargaan, dan knowledge/pengetahuan. Dari definisi ini guru diharuskan membawa perubahan tingkah laku yang baik dari murid-muridnya (Kunandar, 2011: 356).


(28)

Pada umumnya mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya seperti guru, alat pelajaran, dan lain sebagainya yang disebut dengan proses belajar (Nasution, 1994: 43). Pada hakikatnya proses belajar-mengajar merupakan kegiatan guru menyampaikan materi kepada siswa yang mengharuskan kedua pihak berperan aktif, sehingga terjadi interaksi dan komunikasi secara harmonis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Syafruddin, dkk., 2002: 57). Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan Arif (1990:1) dalam bukunya, hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan.

Berdasarkan definisi belajar dan mengajar dapat diketahui kegiatan belajar mengajar merupakan proses interaksi dan komunikasi yang terjadi ketika guru memberikan pengetahuan baru ke peserta didik dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebelum proses belajar dan mengajar berlangsung, guru-guru mempersiapkan beberapa komponen belajar dan mengajar yaitu 1) materi pelajaran, 2) metode mengajar, 3) peralatan dan media, 4) evaluasi. Proses belajar dan mengajar tersebut juga merupakan sub sistem dari sistem pengajaran secara keseluruhan. Kunci keberhasilan kurikulum pendidikan terletak pada proses belajar dan mengajar sebagai ujung tombak mencapai sasaran. Oleh karena itu, proses belajar dan mengajar yang terencana, terpola dan terprogram dengan baik merupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Hal itulah yang mengharuskan guru untuk memiliki kemampuan dalam: 1) garis-garis besar


(29)

program pengajaran, 2) materi pelajaran, 3) desain pengajaran, 4) pengelolaan kelas, 5) penilaian hasil belajar (evaluasi) (Syafruddin, dkk., 2002: 58).

Menurut pandangan tradisional dalam buku roestiyah, guru adalah seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional pasal 27 ayat 3 no. 2 tahun 1989, guru adalah tenaga pengajar atau tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Syafruddin, dkk., 2002: 8). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1970) mengemukakan definisi mengenai guru, yaitu orang yang menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui kegiatan belajar mengajar (Ismail, 2010: 10).

Definisi lain mengartikan Guru sebagai seorang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila (Hasbullah, 2006: 356).

Dalam proses belajar mengajar dikelas guru memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Menurut Silverius guru adalah tokoh sentral pendidikan dalam upaya menyiapkan kader bangsa di masa depan, kunci sukses reformasi pendidikan (kunandar, 2011:54).


(30)

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa guru adalah seorang yang memiliki peranan penting dalam memajukan pendidikan dengan melakukan tugas utamanya yaitu mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik dalam proses belajar di kelas.

Sebagai pendidik profesional, guru harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas.

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.

j. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

k. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.


(31)

l. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya.

m. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas.

n. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. o. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. p. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

q. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

r. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya (kunandar, 2011:54-55).

Untuk dapat mengemban tugas sebagai staf pengajar, seorang guru harus menguasai silabus, terampil menyusun program perkuliahan atau pengajaran, terampil melaksanakan proses belajar dan mengajar, dan terampil dalam menilai hasil belajar siswa. Jika guru merupakan profesi tentunya orang yang menjalani profesi sebagai guru tersebut haruslah profesional. Untuk menjadi seorang profesional dalam bidang mengajar, guru harus memiliki 10 kompetensi. Berikut ini tujuh kompetensi diantaranya:

1. Menguasai bahan yang akan diajarkan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas


(32)

6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa

Menurut Syafruddin, dkk.(2002), selain memiliki kompetensi guru profesional juga diharuskan menguasai dan memiliki kemampuan dalam; 1) GBPP (garis-garis besar pelaksanaan pengajaran, 2) materi pelajaran, 3) desain pengajaran, 4) pengelolaan kelas/proses belajar mengajar, 5) penilaian hasil belajar (evaluasi).

Kemampuan mendesain pengajaran merupakan tahapan yang akan dialami guru sebelum mengajar. Karena proses belajar dan mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan guru dan siswa dalam situasi tertentu. Mengajar yang dilakukan guru sebaiknya direncanakan dan didisain sedemikian rupa dengan mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu (Syafruddin, dkk., 2002: 83).

Selain itu, sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus mempersiapkan beberapa hal yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, mengecek media pembelajaran, buku nilai dan catatan hasil dari kegiatan belajar mengajar (Fadli Eha, 2013).

Menurut PP No. 19/2005 tentang standar nasional pendidikan, Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Bandono, 2009).

Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari: 1. Kompetensi dasar,


(33)

3. Tujuan Pembelajaran, 4. Materi Ajar,

5. Alokasi Waktu, 6. Metode Pembelajaran, 7. Kegiatan Pembelajaran, 8. Penilaian Hasil Belajar,

9. Sumber Belajar (Bandono, 2009).

Setelah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menentukan model atau metode pembelajaran yang akan digunakan dalam kelas. Model kegiatan belajar mengajar sangat beragam, salah satunya ialah model kontekstual Contextual Teaching Learning. Model kegiatan belajar mengajar (CTL) adalah sebuah konsep belajar yang menganggap anak didik akan belajar lebih baik jika lingkungan tercipta secara alami, maksudnya belajar akan lebih berarti jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahui”. Dalam model kegiatan belajar mengajar ini, guru memiliki tugas untuk memfasilitasi anak didik dalam menemukan sesuatu yang baru (Pengetahuan dan Keterampilan) (Kunandar, 2011: 299).

Karakteristik model kegiatan belajar mengajar kontekstual menurut Johnson (2002) yang dikutip oleh Nurhadi, dkk. Pada tahun 2003, ada delapan komponen utama dalam model ini yaitu:

a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections).


(34)

c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning) d. Bekerja sama (collaborating)

e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative)

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual) g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment) (Kunandar, 2011: 302-303).

Namun, faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yaitu:

1. Diri siswa sebagai pelaku utama dalam proses belajar mengajar 2. Diri guru sebagai pengelola proses belajar mengajar

3. Tujuan pembelajaran yang menjadi sasaran pencapaian dari proses belajar mengajar

4. Bahan pengajaran sebagai penunjang pokok bagi tercapainya tujuan 5. Kemudahan untuk mencapai sumber pengajaran

6. Suasana sekitar pada waktu belajar (Kunandar, 2011: 360).

Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Mata pelajaran setiap tingkatan pendidikan berbeda, mungkin sampai pada jenis sebuah sekolah. Jenis yang dimaksud ialah sekolah umum dan sekolah khusus seperti sekolah Islam. Hal yang membedakan antara sekolah umum dan sekolah Islam terletak pada mata pelajaran keagamaan Islam, yaitu Aqidah Akhlak, Al Quran dan Hadits, dan Fiqh.


(35)

Secara istilah fiqh diartikan sebagai ilmu tentang hukum syara’ tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh melalui dalil-dalil-Nya (Rachmat, 1999: 19). Dalam standar kompetensi Madrasah Tsanawiyah yang dibuat oleh Departemen Agama RI Dirjen. Kelembagaan Agama Islam (kurikulum 2004, 1999: 19) mata pelajaran fiqh dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama islam yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of Live) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Pendidikan Fiqh diberikan di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk memberi bekal ke peserta didik agar:

a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli. Harapannya ini bisa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sosial masing-masing individu.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai ketaatan untuk menjalankan hukum islam, disiplin serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.


(36)

Selain memiliki tujuan tersebut diatas, mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah memiliki fungsi untuk:

a. Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT. Sebagai pedoman memperoleh kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

b. Menanamkan kebiasaan untuk melaksanakan hukum islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan menyesuaikan perilaku dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan Masyarakat.

c. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Serta memiliki akhlak mulia seoptimal mungkin.

d. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan Masyarakat.

e. Membangun mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

f. Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam meyakini dan melaksanakan ibadah di kehidupan sehari-hari.

g. Membekali peserta didik untuk mendalami fikih/ hukum islam di jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depag RI, 2004: 47)


(37)

B. Kebutuhan Informasi 1. Definisi Kebutuhan

Kebutuhan adalah keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu. istilah kebutuhan (Need)memiliki arti yang hampir sama dengan keinginan (Want), Permintaan (Demand)dan Keperluan (Requirement).

Dasar perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan adalah seseorang mungkin tidak membutuhkan apa yang dia inginkan. Jadi, bisa dikatakan bahwa tidak semua yang menjadi keinginan kita adalah sesuatu yang kita butuhkan.

Green mendapatkan unsur yang sangat jelas untuk membedakan kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak keinginan dalam diri kita, tetapi sesungguhnya semua keinginan itu bukanlah kebutuhan yang menjadi permintaan dan keperluan yang harus dipenuhi ( Laloo, 2002).

Jika dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan dengan berbagai sumber informasi, maka akan banyak kebutuhan yang bisa ditemukan antara lain seperti pendapat dari Katz, Gurevitch, dan Haas, sebagai berikut:

a. Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs), yaitu kebutuhan yang sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk memperkuat atau


(38)

lingkungannya. Selain itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas rasa keingintahuan dan penyelidikan seseorang. b. Kebutuhan Afektif (Affective Needs), merupakan kebutuhan yang

berkaitan dengan penguatan estetis atau hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai macam media, baik itu media cetak maupun media elektronik yang seringkali dijadikan alat untuk mendapatkan kesenangan dan hiburan.

c. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative Needs), yaitu kebutuhan yang dihubungkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berdasarkan keinginan dari seseorang untuk mencari harga diri. d. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Integrative Needs), merupakan

kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini berdasarkan hasrat atau keinginan seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

e. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs), yaitu kebutuhan seseorang yang dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan rasa tegang dan keinginan untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion)(Pawit, 1995).


(39)

Dari berbagai definisi tersebut diatas dapat dipahami bahwa kebutuhan adalah keadaan seseorang yang merasa kekurangan akan sesuatu. Hal tersebut berbeda dari keinginan, permintaan dan keperluan masing-masing individu.

2. Definisi Informasi

Informasi memiliki banyak arti, tergantung pendekatan yang digunakan dalam mengartikan kata tersebut. informasi bisa disebut sebagai data, fakta, dan opini yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Informasi kini sudah tersebar luas, sehingga tidak akan sulit untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, informasi diartikan kedalam tiga arti. Arti yang pertama informasi sebagai penerangan, yang kedua sebuah keterangan; pembertitahuan; kabar atau berita (tentang); dan yang ketiga informasi sebagai keseluruhan makna yang menunjang amanat, yang terlihat dalam bagian-bagian dari amanat itu (Tim Penyusun KP3B, cet.2, 1983: 331). American National Standard Ins mengartikan informasi sebagai cara manusia menetapkan data dengan cara disepakati bersama. Selain itu, British Standard juga mengartikan informasi sebagai pengetahuan yang dicatat atau dikomunikasikan (Rimbarawa, 2004: 2).

Makna dari informasi pun semakin luas, Shannon mengartikan informasi merupakan sesuatu yang membuat pengetahauan kita berubah, yang secara logis mengesahkan perubahan, memperkuat, atau menemukan


(40)

hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki (Kurniawan, 2002: 162).

Dalam teori informasi istilah informasi dianggap sebagai sejumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan sejumlah alternatif pilihan yang tersedia. Menurut teori ini, informasi berkaitan erat dengan situasi yang tidak pasti (Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ilmu Komunikasi, 2007: 54).

Norbert Wiener menjelaskan bahwa informasi adalah nama untuk kegiatan pengawasan terhadap apa yang ditukar-menukarkan dengan dunia luar, sehingga kita dapat menyesuaikan diri terhadapnya dan berdasarkan informasi tersebut memang merasakan bahwa penyesuaian terjadi karenanya (Lembaga Penelitian UIN Jakarta,Ilmu Komunikasi, 2007: 83). Pendapat lain mengenai informasi dikemukakan oleh Davis, bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

Menurut Andri Kristanto, informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Ditinjau dari sudut pandang kepustakawanan dan perpustakaan Yusup mengatakan bahwa informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat oleh seseorang. sebuah fenomena akan menjadi informasi jika ada yang melihatnya atau menyaksikannya atau bahkan mungkin merekamnya. Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat atau menyaksikan peristiwa atau fenomena


(41)

itulah yang dimaksud informasi. Jadi dalam hal ini, makna dari informasi itu adalah berita (Universitas Sumatera Utara, 2012).

Ching-Chin Chen dan Peter Hernon mengatakan bahwa informasi merupakan semua pengetahuan, ide, fakta, data, dan karya yang bersifat imaginatif dari pikiran yang dikomunikasikan secara formal maupun informal dalam berbagai bentuk/format. Dengan meluasnya penyebaran informasi ke masyarakat, maka dapat dengan mudah seseorang memenuhi kebutuhan akan informasi mereka. Dengan begitu akan banyak pula individu yang menguasai informasi dan berpengetahuan sehingga memiliki kekuatan, seperti yang dikatakan oleh Bill Gates “Information is power”(Laloo, 2002: 2).

Menurut Arrow informasi adalah sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian ini bisa menjadi suatu pengalaman subjektif atau ukuran kemungkinan. Ketidakpastian ini dapat dikaitkan dengan sudut pandang yang berorientasi masalah (Problem-Oriented) dari ilmu informasi, dimana informasi dapat mengurangi ketidakpastian mengenai masalah-masalah yang ada dalam dunia nyata (Badenoch,dkk., 1994: 10). Untuk mengurangi dan mengatasi masalah dengan ketidakpastian tersebut, seseorang harus memiliki pemahaman yang baik terhadap informasinya.

Menurut Machlup informasi memiliki beberapa sifat, diantaranya: 1. Informasi tidak dihabiskan dalam penggunaannya. Artinya,

seberapapun banyaknya informasi yang digunakan. Informasi tidak akan berkurang atau bahkan habis.


(42)

3. Informasi dapat digunakan sebagai sumber-sumber demokratis, baik orang miskin maupun orang kaya secara sama tergantung pada kemampuan dalam menerima.

4. Informasi memiliki sifat yang dinamis, tumbuh dan berkelanjutan (Laloo, 2002).

Setiap orang pastinya membutuhkan informasi yang dapat diperoleh secara efektif dan bermanfaat bagi kepentingannya masing-masing. Menurut Brophy dalam Laloo (2002), informasi akan efektif jika memiliki kualitas-kualitas sebagai berikut:

1. Accessibility, yaitu kemudahan untuk diakses. Maksudnya, informasi dapat dengan mudah ditemukan dan digunakan ketika seseorang membutuhkan informasi.

2. Comprehensiveness, yaitu informasi menyeluruh dan dapat memberikan gambaran secara umum dan lengkap kepada pengguna.

3. Precision, yaitu informasi bisa digunakan dengan cermat dan teliti oleh pengguna.

4. Compatibility, yaitu informasi tepat dan sesuai dengan kebutuhan informasi penggunanya.

5. Timeliness, yaitu informasi dapat digunakan oleh pengguna dengan waktu yang tepat pada saat dicari dan dibutuhkan untuk tujuan tertentu.


(43)

6. Clarity, yaitu informasi jelas dan tidak menimbulkan ambiguitas. Sehingga tidak akan terjadi kesalahan pemustaka dalam menafsirkan atau menginterpretasikan.

7. Flexibility, yaitu informasi bersifat fleksibel (lentur) sehingga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

8. Verifiability, yaitu keabsahan informasi dapat dibuktikan.

9. Unbiasness, yaitu informasi berisi pandangan-pandangan yang objektif dan tidak memihak sisi manapun serta tidak mengandung (SARA).

10.Quantifiability, yaitu informasi tersedia dalam jumlah tertentu untuk digunakan.

Menurut Siregar (2008) dalam artikelnya yang berjudul “Tantangan RRI Menghadapi Era Masyarakat Informasi”, informasi memiliki makna dari penggunanya yaitu sebagai informasi penerangan, pendidikan, persuasi dan hiburan.

1. Informasi penerangan, yaitu informasi dapat digunakan secara praktis untuk mengetahui situasi lingkungan sehari-hari, seperti berita ramalan cuaca, kejadian penting dalam kota, patokan harga barang, dan lain sebagainya.

2. Informasi pendidikan, yaitu informasi mempunyai makna bagi khalayak karena dapat digunakan dalam jangka waktu yang singkat, misal petunjuk-petunjuk praktis untuk mengerjakan keperluan rumah tangga, ataupun jangka waktu yang panjang


(44)

sehingga dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum untuk memperbaiki atau meningkatkan posisinya dalam kehidupan. 3. Informasi persuasi, yaitu informasi yang berisi saran sehingga

penggunanya dapat melakukan keputusan, dengan cara menyesuaikan kepentingannya dengan keinginan dari pihak yang memberikan saran. Biasanya, informasi ini berasal dari dunia industri untuk menjadikan pengguna media massa sebagai konsumen produk industri.

4. Informasi hiburan, yaitu informasi yang dapat membawa penggunanya ke dunia alternatif, bukan kehidupan yang bersifat empiris. Fungsi ini sangat penting bagi penggunanya, sebab dalam kehidupannya setiap orang pasti menginginkan adanya keseimbangan antara dunia empirisnya dengan dunia alternatif mereka yang bersifat subyektif. Karena informasi hiburan ini akan membawa pengguna informasi ke dalam diri mereka sendiri, berbeda dengan makna dari ketiga informasi lainnya yang menghubungkan pengguna informasi dengan lingkungan di dunia nyata.

Pemahaman yang dapat kita temukan dari definisi-definisi diatas bahwa informasi merupakan data yang telah diolah dan disebarluaskan dalam bentuk atau format tertentu agar mudah ditemu kembalikan orang lain yang membutuhkan informasi itu sendiri.


(45)

3. Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi keadaan seseorang yang merasa kekurangan dan menginginkan informasi untuk mewujudkan sebuah tindakan tertentu. menurut zipper, kebutuhan informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi tertentu memiliki kontribusi besar dalam suatu pencapaian dimana mereka harus membuat keputusan, menjawab pertanyaan, menempatkan fakta-fakta dan memecahkan masalah atau dapat memenuhi sesuatu (Arsland, 2001: 70).

The Librarian’s Thesaurus mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai kebutuhan akan bahan-bahan dan layanan perpustakaan yang dimaksudkan untuk kepuasan (Laloo, 2002). Dalam ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu yang lama kelamaan akan muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman sebuah makna. Sulistyo Basuki menyatakan bahwa kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan dan lain-lain (Perpustakaan UNDIP, 2010: 11).

Menurut (Sulistyo-Basuki, 2004:393) Kebutuhan informasi merupakan keinginan seseorang terhadap informasi untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal-hal yang menentukan kebutuhan informasi menurut Sulistyo, diantaranya:


(46)

c. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional,

d. Sistem sosial, ekonomi, politik tempat dimana penggunanya berada, dan

e. Konsekuensi terhadap penggunaan informasi.

Wilson (vol. 37 no.1, 1981: 12) mengatakan bahwa kebutuhan informasi muncul karena adanya pengaruh dari kebutuhan pribadi yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologi (kebutuhan akan makanan, air, tempat tinggal dann lain-lain), kebutuhan afektif (dikenal dengan kebutuhan psikologis atau emosional, seperti kebutuhan dominasi, dan pencapaian dan sebagainya), ataupun Kebutuhan kognitif (Kebutuhan untuk merencanakan, belajar, dan lain-lain). kebutuhan ini berkaitan dengan peranan seseorang dalam sebuah pekerjaan atau aktivitasnya, dan tingkat kompetensi seseorang yang diharapkan oleh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Atherton, 1977), yaitu kebutuhan informasi seseorang tergantung dengan pekerjaan, tujuan penggunaan informasi, usia, kecakapan, kedudukan profesional dan karakteristik lainnya.

Drerr (1983: 273-281) mengatakan bahwa kebutuhan informasi ialah hubungan antara informasi dengan tujuan seseorang. maksudnya, ada alasan dan tujuan tertentu yang ingin diperoleh seseorang ketika memenuhi kebutuhan informasinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maurice B. Line yaitu, kebutuhan informasi menjadi suatu keharusan untuk dimiliki seseorang dalam pekerjaan, penelitian pendidikan, hiburan, dan lain-lain yang berhubungan dengan kehidupan masing-masing penggunanya.


(47)

Dari definisi di atas dapat diketahui kebutuhan informasi adalah keadaan seseorang yang kekurangan dan menginginkan informasi untuk tujuan tertentu.

4. Cara Identifikasi Kebutuhan Informasi

Identifikasi kebutuhan informasi adalah langkah awal untuk menentukan jenis informasi apa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada proses identifikasi kebutuhan informasi ini.

Identifikasi informasi juga merupakan proses untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Dalam proses ini akan ada dua pihak yang terlibat secara aktif. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi, yaitu lengkap, detail dan benar. Lengkap, maksudnya semua informasi yang diharapkan pengguna dapat diperoleh oleh pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang diperoleh terinci sampai hal-hal kecil. Benar, adalah semua data yang diperoleh dari proses identifikasi ini harus benar, bukan menurut pelaku identifikasi tetapi benar dan sesuai dengan yang dimaksud pengguna.

Untuk mengetahui kebutuhan informasi pengguna dibutuhkan proses identifikasi terhadap keinginannya. Terdapat beberapa teknik untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi pengguna, salah satunya adalah dengan menggunakan alat bantu. Ada banyak alat bantu identifikasi yang bisa digunakan, adalah pengamatan praktis, interview, kuesioner, observasi,


(48)

sampling, document gathering, charting decision table (Bambang S. Sankarto dan Maman Permana, 2008: 10-12).

Secara lebih spesifik, Saracevic et al. (1988) menyatakan bahwa penelitian tentang kebutuhan informasi harus memperhatikan faktor berikut:

1. Persepi seseorang tentang masalah yang sedang ia hadapi. Misalnya, dengan memakai contoh kota Paris di atas, kebutuhan informasi jelaslah muncul karena seseorang tiba-tiba harus ke Paris karena tugas kantornya. Jika kita ingin meneliti kebutuhan informasi, sebaiknya kita juga meneliti bagaimana para responden melihat (mempersepsi) hal-hal yang berkait dengan kebutuhannya. Apakah responden menganggap pergi ke Paris itu sebagai tantangan? Atau malah sebagai beban?

2. Rencana seseorang dalam penggunaan informasi. Ketika seseorang membutuhkan informasi, sedikit banyak ia juga sudah punya ancang-ancang tentang kegunaan informasi itu. Seseorang yang punya kebutuhan informasi jalan dan alamat di Paris mungkin sudah punya rencana beanja dan cari makanan khas Paris.

3. Kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya. Ini adalah unsur penting untuk melihat seberapa besar “gap” yang ada di benak seseorang; antara apa yang sudah diketahuinya tentang Paris dan apa yang belum diketahuinya. Wajarlah jika gap ini akan berbeda-beda di setiap orang. Kalau ada 30 orang yang akan pergi ke Paris, dan ketigapuluh orang itu sama-sama membutuhkan peta Paris, dapat dipastikan bahwa mereka


(49)

tidak cuma membutuhkan satu jenis peta, sebab mungkin saja ada yang sudah pernah ke Paris walau cuma 1 malam, atau sudah pernah melihat peta Paris, dan bahkan mungkin sudah punya peta Paris, tetapi lupa di mana menyimpannya!

4. Dugaan seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkannya. Ini adalah unsur yang berkaitan dengan unsur keempat dalam model Taylor di atas. Seseorang selalu punya bayangan tentang sumber informasi yang tersedia di sekitarnya. Seorang mahasiswa yang akan pergi ke Paris punya bayangan berbeda dari seorang ibu rumahtangga yang akan pergi ke kota sama. Jika keduanya membutuhkan informasi, maka keduanya pasti punya bayangan ke mana musti mencari. Mungkin saja keduanya membuka Google, atau mungkin saja si Ibu lebih taktis dan langsung menelpon kedutaan Perancis yang terdekat.

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa identifikasi kebutuhan informasi merupakan proses awal untuk menentukan informasi apa yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi guru dilakukan dengan cara pengamatan praktis, interview awal, dan penyebaran kuesioner.


(50)

5. Cara Memenuhi Kebutuhan Informasi

Untuk memenuhi kebutuhan informasi seseorang harus berusaha untuk mencari atau menelusur informasi yang dibutuhkan. Untuk mencari atau menelusur informasi seseorang tentunya membutuhkan sumber-sumber informasi.

Menurut Pribadi (2004) yang dikutip dalam skripsi Nunung Masruriyah (2010: 26) sumber perolehan informasi merupakan medium tersimpannya informasi yang dapat membantu penyampaian komunikasi berupa suatu pesan. Medium adalah kata jamak dari kata “media” yang berasal dari bahasa latin yang artinya antara. Medium dapat diartikan sesuatu yang dapat membantu proses penyampaian pesan dan informasi dari sumber kepada komunikan.

Dalam pencarian informasi, menurut Pinelli yang dikutip oleh Budiyanto (2000) terdapat kriteria yang digunakan pemakai informasi untuk memilih sumber-sumbernya. Urutan dari kriteria tersebut, yaitu:

a. Kemudahan memperolehnya

b. Keakraban dengan sumber informasi karena sering menggunakannya

c. Kualitas tekniknya

d. Relevansi, kedalaman dan kemudahan penggunaannya (Masruriyah, 2010: 28).


(51)

Farida (2005) dalam tulisannya yang berjudul “information literacy skill” terdapat tiga jenis sumber informasi yang dapat dijadikan bahan rujukan dalam memenuhi kebutuhan informasi, antara lain:

a. Sumber Utama(Primary Sources)

Sumber informasi utama adalah jenis informasi yang memiliki sifat apa adanya sesuai dengan aslinya (dari penulis) yang belum dievaluasi, disarikan dan diterjemahkan oleh orang lain. Berikut ini merupakan sumber-sumber informasi utama, di antaranya:

- Majalah ilmiah - Monograf penelitian - Disertasi

- Laporan penelitian - Paten

b. Sumber kedua(Secondary Source)

Sumber informasi kedua merupakan informasi yang telah dikemas, untuk memudahkan para pemakai perpustakaan dalam mencari sumber utama. Berikut ini sumber-sumber informasi kedua, antara lain:

- Indeks - Abstrak - Ensiklopedi - Kamus - Bibliografi


(52)

- OPAC (Online Public Acess Catalog) c. Sumber ketiga(Tertiary Source)

Sumber ketiga adalah sumber informasi yang telah diolah menjadi suatu kesimpulan atau sebuah rangkuman yang dikumpulkan dari sumber informasi pertama dan kedua. Beberapa sumber informasi ketiga, yaitu:

- Buku ajar (text book) - Direktori

- Bibliografi dari bibliografi d. Internet

Internet merupakan sumber informasi lain yang terus berkembang dan sering digunakan oleh masyarakat. Internet dianggap sebagai sumber informasi penunjang bagi dunia pendidikan. Karena dengan menggunakan internet siapapun dapat mencari informasi secara luas dan dapat berkomunikasi secara maya kepada teman-teman yang dikenal atau orang-orang yang baru dikenal dari berbagai wilayah hingga kepenjuru dunia lainnya.

Sarana penelusuran yang disediakan oleh internet terus dikembangkan dengan baik. Bentuk-bentuk informasi di internet sangat beragam, seperti: teks/fullteks, abstrak, indeks, gambar, lagu, video, film, game, iklan, jurnal/majalah, berita, dan lainnya. Berikut ini beberapa search engine yang biasa digunakan, di antaranya:


(53)

- Google (http://www.google.com) merupakan search engine yang kaya dengan ciri-ciri kelebihan features. Karena google memberikan kapabilitas akses informasi yang cepat dan menyediakan informasi yang besar dan komprehensif.

- Yahoo (http://www.yahoo.com) merupakan sebuah indeks direktori yang dikombinasikan dengan search engine goole. Melaluiyahoo dapat mendaftar hasil dengan relevansi (sesuai), maka hasil pencarian yang dicari akan muncul pada situs yang bersangkutan.

- Altavista (http://www.altavista.com) merupakan search engine yang sangat cepat dan memiliki cakupan yang luas.

- Lycos(http://www.lycos.com) merupakan search engine general yang memiliki fasilitas pencarian yang mudah dan sederhana. - Excite (http://www.excite.com) memiliki menu istimewa yang

ditawarkan cukup lengkap dengan indeks yang baik.

- Altheweb (http://www.altheweb.com) merupakan mesin pencarian yang betul-betul cepat, mesin ini dapat digunakan oleh pemakai yang memiliki keterbatasan waktu.

- Northern Light(http://www.northern light.com) biasa digunakan oleh para akademis dan pustakawan yang dapat membantu untuk mencari informasi tentang koleksi bahan pustaka.

- Deja News (http://www.dejanews.com) merupakan mesin pencari untuk mencari informasi atau berita-berita diskusi yang


(54)

Communication, dan juga Deja Rating (Masruriyah, 2010: 28-35).

Agar hasil penelusuran atau informasi yang dibutuhkan relevan dengan kebutuhannya, seseorang harus memiliki strategi penelusuran yang baik. Seperti yang dikutip oleh Putu (2008) mengenai penelitian yang dilakukan oleh Marcia J. Bates tentang strategi penelusuran informasi, hasil dari penelitian tersebut sebagian besar membantah pendapat “one query one use” yang artinya satu pengguna satu permintaan. Bantahan tersebut dijelaskan kedalam empat hal, yaitu:

1. Sifat, permintaan atau pernyataan bersifat dinamis, selalu berganti seiring berjalannya waktu.

2. Pada proses mencari informasi, kebanyakan orang lebih sering mengumpulkan sedikit-sedikit dan belum pasti akan menggunakan satu hasil pencarian sebagai ukuran kepuasaannya.

3. Meskipun sedikit-sedikit mengumpulkan hasil pencariannya berdasarkan subjek, adalah yang terpopuler. Namun, pada kenyataannya seseorang juga akan melakukan pencarian dengan mengintip catatan kaki dalam sebuah artikel dan menjadikan informasi tersebut sebagai dasar pencarian selanjutnya atau dengan cara melihat siapa mengutip siapa dan mengikuti pola sitasi dan bisa juga mencari hanya dengan membuat patokan nama-nama jurnal yang dianggap paling berwibawa dalam bidang tertentu. Model pencarian yang pertama dikenal dengan backward searching (pencarian mundur), kedua dikenal dengan Forward searching,dan


(55)

yang ketiga jurnal run. Dan ada juga model penelusuran yang disebut area scanning, maksudnya menelusur informasi secara serampangan dengan cara browsing bidang-bidang yang terkait dengan topik-topik pencarian.

4. Seseorang disebuah bidang akan melakukan cara pencarian informasi yang berbeda dengan seseorang yang berada di bidang lainnya.

Seperti dalam bantahan dari hasil peneltian yang dilakukan Marcia J. Bates, seseorang yang berada di sebuah bidang satu akan berbeda cara menelusur atau cara mencari informasi yang dibutuhkan dengan seseorang berada di bidang lainnya. Perbedaan tersebut dikenal dengan perilaku pencarian informasi. Perilaku pencarian informasi setiap orang pastinya berbeda-beda. Berikut ini beberapa model pencarian informasi yang dikemukakan oleh para ahli peneliti dalam hal perilaku pencarian informasi.

Sebagai ahli peneliti dalam hal perilaku pencarian informasi Wilson TD dalam Saepudin (2009), mengemukakan beberapa model perilaku pencarian yang dihasilkan olehnya. Dalam modelnya terlihat berbagai perilaku informasi (mulai dari hanya dalam bentuk “perhatian pasif”, seperti observasi dan browsing asal-asal, sampai pada proses mencari yang berkelanjutan) bukan wujud secara langsung dari kebutuhan informasi seseorang. Ada banyak faktor yang menghubungkan antara “kebutuhan” dan “perilaku”.


(56)

Model yang dihasilkan oleh Wilson (1981) disebut dengan a model of information behavior (Budiyanto, 2006:20). Model tersebut didasari oleh dua Proposisi (maksud), yaitu:

a. Kebutuhan informasi bukanlah kebutuhan utama (primer), tetapi merupakan kebutuhan kedua (sekunder) yang dikarenakan adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan utamanya.

b. Ketika mencari informasi seseorang akan menghadapi hambatan (barries) sebagai variabel penghubung (Intervening Variable), hambatan tersebut yang biasanya mempengaruhi perilakunya. Fokus yang dimiliki Wilson yaitu, kebutuhan informasi, faktor-faktor penghalang, dan mengenali perilaku penemuan informasi. Selain model Wilson, ada salah satu model perilaku pencari informasi yang dikenal oleh para peneliti, yaitu model perilaku yang telah dikembangkan oleh Ellis dengan nama “behavioral mode of information seeking strategies”. Model ini lebih menekankan pada tahap-tahap dalam proses pencarian informasi (Syaiful, 2013: 44). Tahap-tahap tersebut ialah:

a. Starting. Meliputi aktivitas yang memicu kegiatan awal dalam melakukan pencarian informasi. Misalnya, mengacu pada pola pencarian. Siswa melakukan pemcarian berdasarkan bidang yang akan diteliti, melalui literatur yang diminati dengan menggunakan katalog, indeks, abstrak dapat juga melalui rujukan yang dimiliki sebelumnya.


(57)

b. Chaining, kegiatan yang mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-bentuk rujukan antar dokumen lainnya. Mencari bahan referensi yang didasari oleh daftar literatur yang tertera pada rujukan inti, dan menelusuri bahan referensi yang tidak tercantum pada daftar literatur inti, tetapi tetap merujuk pada subjek dan pengarang pada daftar rujukan inti.

c. Browsing atau merawak, mengembara tetapi sedikit terarah, di daerah-daerah yang dianggap memiliki potensi. Tahapan pencarian informasi semi terstruktur dan mengarah pada bidang yang diteliti. Dengan menggunakan tahapan ini seseorang akan mampu membedakan sumber-sumber yang diperlukan ketika ingin mengembangkan pengetahuannya. Browsing bisa dilakukan melalui abstrak hasil penelitian, daftar isi jurnal, kumpulan buku di rak, atau bisa juga melalui internet.

d. Differentiating adalah pemilahan, menggunakan ciri-ciri yang ada pada sumber informasi sebagai tolak ukur untuk memeriksa kualitas dari isi informasi yang diperoleh. Pemilihan buku juga harus menentukan buku apa yang sesuai dengan kebutuhan.

e. Monitoring merupakan kegiatan mengamati perkembangan dengan cara berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan dalam pencarian. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara komunikasi informal (berbagi informasi dengan para ahli atau teman), agar mampu memecahkan masalah


(58)

f. Extracting merupakan kegiatan memeriksa kembali sumber informasi yang telah dipilih secara sistematis untuk mengambil materi atau informasi yang dianggap penting, dan kemudian mengutip informasi yang relevan dengan topik permasalahannya. g. Verifying adalah aktivitas yang digabungkan dengan kegiatan

pemeriksaan terhadap keakuratan informasi.

h. Ending aktivitas-aktivitas yang bersifat khusus pada tahapan akhir pencarian informasi suatu topik, yaitu mempersiapkan pembuatan laporan-laporan untuk dipublikasikan.

Khultau mengungkapkan proses pencarian informasi yang lain, yaitu inisiasi, seleksi, eksplorasi, formulasi, koleksi, hingga presentasi. Pada proses inisiasi individu baru menyadari adanya kebutuhan informasi dan timbul rasa ingin memenuhinya, pada saat itulah proses pencarian dimulai.

Proses berikutnya ialah seleksi, pada proses ini individu mulai mengumpulkan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya dari sumber-sumber tertentu. Informasi yang sudah terkumpul dipertimbangkan menurut kriteria yang sesuai dengan keperluan tempat kerja/kegiatan, biaya, waktu yang ada. Kemudian proses eksplorasi, proses ini menyelaraskan konsep yang ada pada struktur kognisinya dengan informasi yang diperoleh. Individu akan memperluas informasi untuk memperoleh informasi yang lebih relevan. Pada proses formulasi, kognisi individu yang sudah terpenuhi oleh informasi akan mempersempit informasi yang diperlukan, sehingga memformulasikan kembali tujuan mencari informasi tersebut.


(59)

Pada proses berikutnya individu kembali mengumpulkan dan menyeleksi informasi yang telah dimiliki menjadi lebih fokus. Selanjutnya, pada proses akhir individu menentukan puas atau tidak puas terhadap hasil yang telah ditemukannya (Laksmi, 2006:42).

Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa untuk memenuhi kebutuhan seseorang harus memiliki sumber-sumber informasi, setelah memiliki sumber-sumber informasi seseorang harus menyusun strategi pencarian informasi agar informasi yang dibutuhkan dapat didapatkan dengan mudah dan cepat, strategi tersebut menjadi ciri dari perilaku pencarian informasi. Karena perilaku pencarian informasi setiap orang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh strategi penelusuran informasi dan sumber informasi yang digunakan.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan proposal penelitian ini diperoleh dari artikel-artikel ilmiah dan skripsi.

Artikel yang pertama berjudul “PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI SURABAYA” yang ditulis oleh Nurul Syamsiyah Darah Puspita. Artikel ini berisi tentang guru sekolah dasar dalam memenuhi kebutuhan informasi. Abstrak dari artikel ini : Guru sekolah dasar merupakan salah satu dari sekian banyak profesi di bidang pendidikan. Di dalam dunia kerjanya, guru sekolah dasar tentu memiliki kebutuhan informasi yang amat kompleks. Peneliti tertarik untuk meneliti model perilaku penemuan


(60)

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan metode simple random sampling dengan total sampel yang digunakan sebanyak 100 orang guru sekolah dasar negeri di Surabaya. Hasil penelitian diketahui bahwa 6 komponen model perilaku penemuan informasi dikalangan profesional yang dicetuskan oleh Leckie et al, berlaku pada guru sekolah dasar negeri di Surabya khususnya pada peran pendidik.

Selain artikel, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: Skripsi yang berjudul: “Kebutuhan Informasi Anak Didik di Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang” yang ditulis oleh Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan bernama Indah Permatasari, yang diuji pada tanggal 5 Februari 2013 dan dibimbing oleh Bapak Pungki Purnomo, M.LIS di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak didik membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan mereka berkaitan dengan informasi umum, sekolah, hobi, dan agama.

Hal yang membedakan penelitian diatas dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada sasaran dalam penelitian, karena dalam penelitian ini yang dijadikan sasaran ialah guru-guru fikih dan selain itu pembahasan dari hasil penelitian ini bertumpukan pada kebutuhan informasi guru fikih di MTsN Tangerang II Pamulang dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Penelitian yang ketiga ini merupakan penelitian yang sejenis dengan peneliti lakukan. Penelitian yang berjudul “Kebutuhan Informasi Pengajar


(61)

Ilmu Pengetahuan Alam: Studi Kasus Pada Guru SMA Negeri 1 Depok”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia yang bernama Meyliana Yuslinar Lestari. Hasil penelitian tersebut ditulis dalam bentuk skripsi yang telah diuji pada tanggal 16 Januari 2013 dengan Penguji Dr. Tamara A. Susetyo, M.A dan Margareta Aulia Rachman , M. Hum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan Informasi guru SMAN 1 Depok berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan dalam masa tahun ajaran berjalan maupun di masa persiapan. Informasi yang dibutuhkan guru-guru tersebut, ialah informasi untuk kegiatan belajar mengajar (media pengajaran, materi pengajaran, strategi dan metode mengajar, manajemen kelas dan evaluasi) dan informasi di luar kegiatan belajar mengajar yang didasari oleh minat adalah psikologi dan sastra.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Prasetya, 1999: 60). Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif diartikan sebagai penelitian yang berfokus pada fenomena social dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi (Emzir, 2011: 2).

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia. Seorang peneliti sosial bisa mendapatkan data-data primer dengan cara menyebarkan kuisioner, melakukan wawancara, atau melakukan pengamatan langsung terhadap suatu aktifitas masyarakat.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara langsung kepada informan, yaitu guru-guru fiqh di MTsN Tangerang II Pamulang.


(63)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah) (Prasetya, 1999: 86).

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui buku-buku, dan dokumen berupa silabus mata pelajaran dari informan, yakni guru-guru fiqh di MTsN Tangerang II Pamulang.

3. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini ada empat orang guru yang mengajar mata pelajaran fikih di MTsN Tangerang II Pamulang, empat orang ini mengajar di kelas yang berbeda untuk kelas 7 mata pelajaran fikih diajar oleh dua guru, satu orang guru perempuan yang bernama Nuraini, M. Ag dan satu orang guru laki-laki yang bernama Uung Suryadi S.Pd, untuk kelas 8 diajar oleh seorang guru perempuan yang bernama Midahwati, M. Ag, dan kelas 9 diajar oleh seorang guru perempuan juga yang bernama Ita Rosmita, M. Ag.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian (Samiaji, 2012: 21). Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas–aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi


(64)

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pada penelitian, wawancara berfungsi sebagai metode primer (Merlita, 2013). Dalam hal ini peneliti mewawancarai empat orang guru yang mengajar fiqh di MTsN Tangerang II Pamulang. Namun, pada saat proses observasi guru-guru fiqh merasa keberatan jika melakukan wawancara secara lisan. Sehingga proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tertulis.

c. Dokumentasi

Menurut Nasution, dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti (Niamul, 2009). Dalam penelitian ini, data-data diperoleh dari foto kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqh, silabus mata pelajaran fiqh setiap kelas, catatan dokumentasi, dan lain sebagainya.

5. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah menganalis data. Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Data-data dari hasil observasi, wawancara, maupun dari dokumen-dokumen yang peneliti peroleh, akan diteliti dan dianalisis terlebih dahulu, kemudian diolah dan disajikan


(65)

dalam bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan dan menemukan solusi terhadap permasalahan yang terjadi disertai dengan alasan-alasan yang mendukung. Analisis data yang dilakukan, diantaranya:

a. Reduksi Data

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokementasi tidak semuanya peneliti gunakan. Akan tetapi, data tersebut dipilah-pilah lagi yang relevan dengan tema penelitian. b. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Data ini yang nantinya akan menjelaskan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

c. Penarikan Kesimpulan

Setelah data-data terangkum dan dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah


(1)

Lampiran 11

Kuesioner Penelitian

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bapak/Ibu guru yang saya hormati, saya Maulidya Istiqfani, Mahasiswi Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memohon bantuan Bapak/Ibu guru untuk mengisi kuesioner berikut ini. jawaban dari kuesioner ini sangat saya butuhkan sebagai data penelitian saya yang berjudul: Kebutuhan Informasi Guru-guru Fiqh dalam Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus Pada MTsN Tangerang II Pamulang.

Atas bantuan Bapak/Ibu Saya ucapkan terima kasih.

A. Identitas Responden

Nama : Midahwati (M)

Latar belakang pendidikan : S2 IIQ

Usia : 36

B. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Berapa Jam Bapak/Ibu Mengajar Fiqh di Sekolah?

“saya mengajar selama 20 jam untuk mata pelajaran fiqh, kalau kebanyakan saya kurang mampu”

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pelatihan Mengajar sebelumnya? “iya, sebelumnya saya pernah mendapat pelatihan untuk mengajar”

3. Hal Apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan sebelum mengajar?

“Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, saya biasanya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, serta menyiapkan media pembelajaran yang akan saya gunakan di kelas”

4. Apakah Bapak/ Ibu membutuhkan informasi pada saat membuat RPP? Informasi apa yang Bapak/Ibu butuhkan ketika untuk menyusun RPP? “untuk membuat RPP saya membutuhkan informasi tentang materi pembelajaran, metode mengajar, dan kompetensi dasar pembelajaran”.


(2)

5. Metode belajar apa yang Bapak/Ibu gunakan di Kelas?

“ketika belajar, biasanya saya menggunakan model pembelajaran CTL (contextual teach learning), jigsaw, snowbal drilling, make a match, the power of two, everyone is teacher here,ular tangga/dadu dan bermain peran” 6. Ketika menggunakan model pembelajaran CTL informasi apa yang

Bapak/Ibu butuhkan?

“informasi yang saya butuhkan ketika menggunakan model pembelajaran CTL, metode pengajaran, dan fasilitas pembelajaran untuk peserta didik”.

7. Apakah Bapak/Ibu juga menggunakan media teknologi untuk mengajar di kelas?

“iya”

8. Media Teknologi apa yang digunakan Bapak/Ibu di Kelas?

“biasanya saya menggunakan internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar saya di kelas”

C. Kebutuhan Informasi

1. Sebagai guru, apakah bapak/ibu membutuhkan informasi? “ya tentunya saya butuhinformasi”

2. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu butuhkan sebagai guru?

“sebagai guru saya butuh informasi-informasi yang bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan teknologi serta informasi yang berkaitan dengan model-model pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar menagajr”

3. Bagaimana cara Bapak/Ibu memenuhi kebutuhan informasi tersebut? “caranya ya mencari informasi yang saya butuhkandengan cara berdiskusi dengan teman-teman dan mencarinya melalui berbagai media cetak dan elektronik, serta internet”


(3)

4.

Sumber informasi apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut?

“sumber informasinya yaa, buku-buku yang relevan, internet, CD atau video" 5. Media cetak atau non cetak apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk

menyimpan informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan? “untuk menyimpan informasi-informasi yang relevan seringnya saya menggunakan HP, CD, Laptop, dan Flashdisk”

6. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan informasi? Bila ada mohon disebutkan kesulitannya apa saja?

“Alhamdulillah tidak ada”

7. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan informasi mengenai fiqh sebagai bahan mengajar? Jika iya, informasi apa saja yang bapak/ibu butuhkan yang terkait dengan fiqh?

“selain informasi-informasi yang saya butuhkan sebagai guru, saya juga membutuhkan informasi-informasi yang berhubungan dengan fiqh, yaitu informasi mengenai perkembangan ilmu fiqh, perkembangan hukum islam, dan metode serta media pembelajaran yang tepat. Pernah satu waktu ada anak murid yang bertanya mengenai praktik haji, karena saya belum pernah melakukannya saya bertanya dengan teman yang sudah pernah menunaikan ibadah haji”

8. Sumber informasi apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai fiqh? Mengapa bapak/ibu menggunakan sumber tersebut?

“saya lebih sering menggunakan CD dan internet. Karena kedua sumber tesebut mudah digunakan dan lengkap”

9. Ketika ingin mencari informasi yang dibutuhkan melalui internet, mesin pencarian apa yang Bapak/Ibu butuhkan? Sertakan alasan mengapa menggunakan mesin pencarian tersebut?


(4)

10. Situs-situs internet apa yang bapak/ibu biasa gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi? Mengapa bapak/ibu menggunakan Situs tersebut? “situs-situswww.dikdasmen.org,www.e-dukasi.netdan

www.pesonaedu.com, kalau untuk ilmu Fiqhnya saya menggunakan situs dakwah, majalah. Karena, informasi yang saya butuhkan ada di situs tersebut.”

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu mencari informasi mengenai fiqh yang relevan dengan materi pembelajaran?

“untuk mencari informasi mengenai fiqh saya biasanya dengan cara membaca buku, dan browsing di internet”

12. Media informasi apa saja yang Bapak/Ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai fiqh?

“media informasi yang saya gunakan yaitu, media cetak dan media elektronik”

13. Perangkat teknologi apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi?

“untuk memenuhi kebutuhan informasi, saya biasanya menggunakan laptop, komputer, dan hp”


(5)

D. Cara Mengatasi Kesulitan dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi. 1. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan informasi sebagai guru dan kebutuhan informasi mengenai fiqh?

“untuk mengatasi kesulitan tersebut saya lebih banyak membaca, sering melakukan diskusi dengan teman serta rajin mencari informasi di internet” 2. Dengan siapa Bapak/Ibu bertanya jika mendapat kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan informasi terutama yang berkaitan profesi sebagai guru fiqh?

“biasanya saya bertanya dengan teman-teman MGMP agama”

3. Informasi-informasi apa saja yang Bapak/Ibu dapatkan ketika meminta bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan informasi?

“setelah melakukan diskusi, saya bisa mendapatkan informasi mengenai media, metode, serta model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas”


(6)

BIODATA PENULIS

Maulidya Istiqfani lahir di Jakarta, 30 Agustus 1993. Anak ketiga dari lima bersaudara ini tinggal bersama kedua orang tuanya yang bernama Amrizal Mansyur dan Sri Budiati, di Bukit Pamulang Indah Blok E 22 No. 1, Rt: 002/ Rw: 05, Kel. Pamulang Timur, Kec. Pamulang, Tangerang Selatan 15417. Penulis yang memiliki hobi membaca cerpen dan menyanyi. Memulai pendidikannya pada tahun 1999 di SDN Pamulang Indah, Pamulang Timur, Pamulang dan lulus pada tahun 2005. Kemudian, melanjutkan pendidikannya di SMP Muhammadiyah 44 Pamulang, Pamulang Timur, Pamulang dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu MAN 11 Jakarta. Kemudian, pada tahun 2011 melanjutkan pendidikannya kembali ke tingkat S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan, di Fakultas Adab dan Humaniora dan penulis telah menyelesaikan penulisan skripsinya yang berjudul “Kebutuhan Informasi Guru Fiqh MTsN Tangerang II Pamulang dalam Proses Belajar dan Mengajar”pada tahun 2015. Selama menempuh pendidikan di SD, SMP, maupun SMA penulis mengikuti beberapa organisasi baik di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal. Berikut organisasi yang pernah diikuti, antara lain: IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) di SMP, ROHIS (Rohani Islam) di SMP dan SMA, English Club di SMA, RESMINDA (Remaja Masjid Pamulang Indah) di Bukit Pamulang Indah, UPZIS (Unit Pengelola Zakat dan Infaq Shadaqah) Al Muhajirin Bukit Pamulang Indah. Semasa kuliah penulis melakukan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta, dan melakukan kuliah kerja nyata di Desa Warga Jaya, Bogor.