Hakikat Kegiatan Belajar dan Mengajar Fiqh

13 Pada umumnya mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi- kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya seperti guru, alat pelajaran, dan lain sebagainya yang disebut dengan proses belajar Nasution, 1994: 43. Pada hakikatnya proses belajar-mengajar merupakan kegiatan guru menyampaikan materi kepada siswa yang mengharuskan kedua pihak berperan aktif, sehingga terjadi interaksi dan komunikasi secara harmonis untuk mencapai tujuan pembelajaran Syafruddin, dkk., 2002: 57. Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan Arif 1990:1 dalam bukunya, hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluranmedia tertentu ke penerima pesan. Berdasarkan definisi belajar dan mengajar dapat diketahui kegiatan belajar mengajar merupakan proses interaksi dan komunikasi yang terjadi ketika guru memberikan pengetahuan baru ke peserta didik dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum proses belajar dan mengajar berlangsung, guru-guru mempersiapkan beberapa komponen belajar dan mengajar yaitu 1 materi pelajaran, 2 metode mengajar, 3 peralatan dan media, 4 evaluasi. Proses belajar dan mengajar tersebut juga merupakan sub sistem dari sistem pengajaran secara keseluruhan. Kunci keberhasilan kurikulum pendidikan terletak pada proses belajar dan mengajar sebagai ujung tombak mencapai sasaran. Oleh karena itu, proses belajar dan mengajar yang terencana, terpola dan terprogram dengan baik merupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Hal itulah yang mengharuskan guru untuk memiliki kemampuan dalam: 1 garis-garis besar 14 program pengajaran, 2 materi pelajaran, 3 desain pengajaran, 4 pengelolaan kelas, 5 penilaian hasil belajar evaluasi Syafruddin, dkk., 2002: 58. Menurut pandangan tradisional dalam buku roestiyah, guru adalah seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional pasal 27 ayat 3 no. 2 tahun 1989, guru adalah tenaga pengajar atau tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah Syafruddin, dkk., 2002: 8. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1970 mengemukakan definisi mengenai guru, yaitu orang yang menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui kegiatan belajar mengajar Ismail, 2010: 10. Definisi lain mengartikan Guru sebagai seorang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila Hasbullah, 2006: 356. Dalam proses belajar mengajar dikelas guru memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Menurut Silverius guru adalah tokoh sentral pendidikan dalam upaya menyiapkan kader bangsa di masa depan, kunci sukses reformasi pendidikan kunandar, 2011:54. 15 Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa guru adalah seorang yang memiliki peranan penting dalam memajukan pendidikan dengan melakukan tugas utamanya yaitu mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik dalam proses belajar di kelas. Sebagai pendidik profesional, guru harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya. d. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya. j. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. k. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. 16 l. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya. m. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas. n. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. o. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. p. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. q. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. r. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya kunandar, 2011:54-55. Untuk dapat mengemban tugas sebagai staf pengajar, seorang guru harus menguasai silabus, terampil menyusun program perkuliahan atau pengajaran, terampil melaksanakan proses belajar dan mengajar, dan terampil dalam menilai hasil belajar siswa. Jika guru merupakan profesi tentunya orang yang menjalani profesi sebagai guru tersebut haruslah profesional. Untuk menjadi seorang profesional dalam bidang mengajar, guru harus memiliki 10 kompetensi. Berikut ini tujuh kompetensi diantaranya: 1. Menguasai bahan yang akan diajarkan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan mediasumber belajar 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan 17 6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa Menurut Syafruddin, dkk.2002, selain memiliki kompetensi guru profesional juga diharuskan menguasai dan memiliki kemampuan dalam; 1 GBPP garis-garis besar pelaksanaan pengajaran, 2 materi pelajaran, 3 desain pengajaran, 4 pengelolaan kelasproses belajar mengajar, 5 penilaian hasil belajar evaluasi. Kemampuan mendesain pengajaran merupakan tahapan yang akan dialami guru sebelum mengajar. Karena proses belajar dan mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan guru dan siswa dalam situasi tertentu. Mengajar yang dilakukan guru sebaiknya direncanakan dan didisain sedemikian rupa dengan mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu Syafruddin, dkk., 2002: 83. Selain itu, sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus mempersiapkan beberapa hal yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, mengecek media pembelajaran, buku nilai dan catatan hasil dari kegiatan belajar mengajar Fadli Eha, 2013. Menurut PP No. 192005 tentang standar nasional pendidikan, Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP merupakan perencanaan proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar Bandono, 2009. Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari: 1. Kompetensi dasar, 2. Indikator Pencapaian Kompetensi, 18 3. Tujuan Pembelajaran, 4. Materi Ajar, 5. Alokasi Waktu, 6. Metode Pembelajaran, 7. Kegiatan Pembelajaran, 8. Penilaian Hasil Belajar, 9. Sumber Belajar Bandono, 2009. Setelah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, guru menentukan model atau metode pembelajaran yang akan digunakan dalam kelas. Model kegiatan belajar mengajar sangat beragam, salah satunya ialah model kontekstual Contextual Teaching Learning. Model kegiatan belajar mengajar CTL adalah sebuah konsep belajar yang menganggap anak didik akan belajar lebih baik jika lingkungan tercipta secara alami, maksudnya belajar akan lebih berarti jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahui”. Dalam model kegiatan belajar mengajar ini, guru memiliki tugas untuk memfasilitasi anak didik dalam menemukan sesuatu yang baru Pengetahuan dan Keterampilan Kunandar, 2011: 299. Karakteristik model kegiatan belajar mengajar kontekstual menurut Johnson 2002 yang dikutip oleh Nurhadi, dkk. Pada tahun 2003, ada delapan komponen utama dalam model ini yaitu: a. Melakukan hubungan yang bermakna making meaningful connections. b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan doing significant work 19 c. Belajar yang diatur sendiri self regulated learning d. Bekerja sama collaborating e. Berpikir kritis dan kreatif critical and creative f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa nurturing the individual g. Mencapai standar yang tinggi reaching high standards h. Menggunakan penilaian autentik using authentic assessment Kunandar, 2011: 302-303. Namun, faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yaitu: 1. Diri siswa sebagai pelaku utama dalam proses belajar mengajar 2. Diri guru sebagai pengelola proses belajar mengajar 3. Tujuan pembelajaran yang menjadi sasaran pencapaian dari proses belajar mengajar 4. Bahan pengajaran sebagai penunjang pokok bagi tercapainya tujuan 5. Kemudahan untuk mencapai sumber pengajaran 6. Suasana sekitar pada waktu belajar Kunandar, 2011: 360. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Mata pelajaran setiap tingkatan pendidikan berbeda, mungkin sampai pada jenis sebuah sekolah. Jenis yang dimaksud ialah sekolah umum dan sekolah khusus seperti sekolah Islam. Hal yang membedakan antara sekolah umum dan sekolah Islam terletak pada mata pelajaran keagamaan Islam, yaitu Aqidah Akhlak, Al Quran dan Hadits, dan Fiqh. 20 Secara istilah fiqh diartikan sebagai ilmu tentang hukum syara’ tentang perbuatan manusia amaliah yang diperoleh melalui dalil-dalil-Nya Rachmat, 1999: 19. Dalam standar kompetensi Madrasah Tsanawiyah yang dibuat oleh Departemen Agama RI Dirjen. Kelembagaan Agama Islam kurikulum 2004, 1999: 19 mata pelajaran fiqh dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama islam yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya Way of Live melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Pendidikan Fiqh diberikan di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk memberi bekal ke peserta didik agar: a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli. Harapannya ini bisa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sosial masing-masing individu. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai ketaatan untuk menjalankan hukum islam, disiplin serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. 21 Selain memiliki tujuan tersebut diatas, mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah memiliki fungsi untuk: a. Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT. Sebagai pedoman memperoleh kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. b. Menanamkan kebiasaan untuk melaksanakan hukum islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan menyesuaikan perilaku dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan Masyarakat. c. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Serta memiliki akhlak mulia seoptimal mungkin. d. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan Masyarakat. e. Membangun mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah. f. Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam meyakini dan melaksanakan ibadah di kehidupan sehari- hari. g. Membekali peserta didik untuk mendalami fikih hukum islam di jenjang pendidikan yang lebih tinggi Depag RI, 2004: 47 22

B. Kebutuhan Informasi 1. Definisi Kebutuhan

Kebutuhan adalah keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu. istilah kebutuhan Need memiliki arti yang hampir sama dengan keinginan Want, Permintaan Demand dan Keperluan Requirement. Dasar perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan adalah seseorang mungkin tidak membutuhkan apa yang dia inginkan. Jadi, bisa dikatakan bahwa tidak semua yang menjadi keinginan kita adalah sesuatu yang kita butuhkan. Green mendapatkan unsur yang sangat jelas untuk membedakan kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak keinginan dalam diri kita, tetapi sesungguhnya semua keinginan itu bukanlah kebutuhan yang menjadi permintaan dan keperluan yang harus dipenuhi Laloo, 2002. Jika dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan dengan berbagai sumber informasi, maka akan banyak kebutuhan yang bisa ditemukan antara lain seperti pendapat dari Katz, Gurevitch, dan Haas, sebagai berikut: a. Kebutuhan Kognitif Cognitive Needs, yaitu kebutuhan yang sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan 23 lingkungannya. Selain itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas rasa keingintahuan dan penyelidikan seseorang. b. Kebutuhan Afektif Affective Needs, merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis atau hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai macam media, baik itu media cetak maupun media elektronik yang seringkali dijadikan alat untuk mendapatkan kesenangan dan hiburan. c. Kebutuhan Integrasi Personal Personal Integrative Needs, yaitu kebutuhan yang dihubungkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berdasarkan keinginan dari seseorang untuk mencari harga diri. d. Kebutuhan Integrasi Sosial Social Integrative Needs, merupakan kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini berdasarkan hasrat atau keinginan seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. e. Kebutuhan Berkhayal Escapist Needs, yaitu kebutuhan seseorang yang dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan rasa tegang dan keinginan untuk mencari hiburan atau pengalihan diversion Pawit, 1995. 24 Dari berbagai definisi tersebut diatas dapat dipahami bahwa kebutuhan adalah keadaan seseorang yang merasa kekurangan akan sesuatu. Hal tersebut berbeda dari keinginan, permintaan dan keperluan masing- masing individu.

2. Definisi Informasi

Informasi memiliki banyak arti, tergantung pendekatan yang digunakan dalam mengartikan kata tersebut. informasi bisa disebut sebagai data, fakta, dan opini yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Informasi kini sudah tersebar luas, sehingga tidak akan sulit untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, informasi diartikan kedalam tiga arti. Arti yang pertama informasi sebagai penerangan, yang kedua sebuah keterangan; pembertitahuan; kabar atau berita tentang; dan yang ketiga informasi sebagai keseluruhan makna yang menunjang amanat, yang terlihat dalam bagian-bagian dari amanat itu Tim Penyusun KP3B, cet.2, 1983: 331. American National Standard Ins mengartikan informasi sebagai cara manusia menetapkan data dengan cara disepakati bersama. Selain itu, British Standard juga mengartikan informasi sebagai pengetahuan yang dicatat atau dikomunikasikan Rimbarawa, 2004: 2. Makna dari informasi pun semakin luas, Shannon mengartikan informasi merupakan sesuatu yang membuat pengetahauan kita berubah, yang secara logis mengesahkan perubahan, memperkuat, atau menemukan 25 hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki Kurniawan, 2002: 162. Dalam teori informasi istilah informasi dianggap sebagai sejumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan sejumlah alternatif pilihan yang tersedia. Menurut teori ini, informasi berkaitan erat dengan situasi yang tidak pasti Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ilmu Komunikasi, 2007: 54. Norbert Wiener menjelaskan bahwa informasi adalah nama untuk kegiatan pengawasan terhadap apa yang ditukar-menukarkan dengan dunia luar, sehingga kita dapat menyesuaikan diri terhadapnya dan berdasarkan informasi tersebut memang merasakan bahwa penyesuaian terjadi karenanya Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ilmu Komunikasi, 2007: 83. Pendapat lain mengenai informasi dikemukakan oleh Davis, bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Menurut Andri Kristanto, informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Ditinjau dari sudut pandang kepustakawanan dan perpustakaan Yusup mengatakan bahwa informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat oleh seseorang. sebuah fenomena akan menjadi informasi jika ada yang melihatnya atau menyaksikannya atau bahkan mungkin merekamnya. Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat atau menyaksikan peristiwa atau fenomena