BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan pertanian ke industri hilir mengakibatkan meningkatnya pembangunan infrastruktur
seperti pengembangan daya dukung jalan, industri konstruksi perkantoran, permukiman, perdagangan, pergudangan serta konstruksi pabrik. Pembangunan
infrastruktur khususnya bangunan bertingkat pada hakekatnya merupakan unsur penting dalam usaha pengembangan pembangunan nasional. Dalam rangka
menyediakan bangunan konstruksi yang layak dan berkualitas, selalu terdapat beberapa hambatan seperti kebutuhan modal, lahan yang sesuai peruntukan,
konsultan perencana, kontraktor yang melibatkan banyak pekerja bangunan konstruksi, kepala tukang, tukang, dan kenek.
Perusahaan kontraktor berupaya menyelesaikan kontrak kerjanya sesuai bestek gambar dan perhitungan bangunan rencana selalu dengan melibatkan banyak
pekerja bangunan. Pekerja bangunan yang sedang melakukan kegiatan pembangunan tidak terlepas dari berbagai rintangan resiko seperti tidak dibayarnya upah,
penundaan pembayaran upah, dan kecelakaan kerja. Banyak pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan yang diakibatkan kelalaian kerja, dan beberapa diantaranya
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008
diakibatkan kurangnya pengetahuan serta tidak dilengkapinya alat pelindung diri dalam bekerja.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan bidang konstruksi, telah
melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan
pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08SEM2006 perihal Pengadaan
Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi yang akan
dilaksanakan pada hari ini. Selain itu beberapa kebijakan umum pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan pada Bidang peraturan pemerintahan. Keppres 80 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan pemerintahannya. Keppres 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007.
Kota Medan yang berbenah diri dengan pengembangan infrastruktur khususnya bangunan perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, apartemen,
permukiman, serta pusat-pusat hiburan. Beberapa pembangunan hotel bertingkat tinggi yang sedang dilakukan di Kota Medan adalah, Hotel JW Marriot, Hotel Grand
Antares.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008
Beberapa kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja bangunan antara lain seorang pekerja bangunan terjatuh saat bekerja membangun Kantor Pemerintah
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, sehingga mengakibatkan kematian Sinar Indonesia Baru, 2008. Seorang buruh bangunan Jawa Barat Tewas terjatuh
dari lantai 8 Hotel JW Marriot Medan di duga karena di lokasi itu tidak tersedia sistem keamanan dan keselamatan kerja yang baik. Sebelum kejadian ini ada juga
buruh bangunan yang tewas terjatuh sekira bulan Juni-Juli 2007, tapi bukan karena terjatuh melainkan tertimpa kayu. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun
karena lukanya cukup serius, buruh itu akhirnya tewas Admin, 2007. Korban kecelakaan kerja lainnya adalah korban kecelakaan kerja yang menjalani proses
visum di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan antara lain, kasus tewasnya dua karyawan PT. ACA di Pasar III, Desa Marindal, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli
Serdang. Kedua tewas menyusul terjadinya ledakan tabung gas di perusahaan tersebut Admin, 2007. Renovasi bangunan tua yang diperkirakan berusia 100 tahun
lebih, memakan jiwa. Bangunan di jalan Halat, Medan ini ambruk dan menimpa lima pekerja. Satu tewas dan empat luka-luka. Pekerja ini tengah bekerja bersama
rekannya di sisi kanan bangunan yang memiliki tembok setinggi 9.5 meter, namun tiba-tiba tembok itu ambruk dan menimpa mereka. Pekerja yang tewas akibat luka
parah di kepala. Sedangkan pekerja lainnya mengalami luka ringan di kaki, tangan dan kepala Karo-karo, 2007.
Kecelakaan kerja lainnya adalah seorang pekerja bangunan tewas seketika dan satu orang lagi kritis akibat tersengat arus listrik di Jalan Pasar III Kecamatan Medan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008
Timur. Diduga kecelakaan tersebut akibat kelalaian keduanya saat bekerja, sebab kedua pekerja ini tidak dilengkapi alat penunjang kerja yang memadai ketika
melakukan pemasangan canopy di lantai dua yang dilintasi oleh kabel listrik berkekuatan tinggi.
Selanjutnya, dua korban tewas akibat ledakan tabung gas milik PT. AK di Jalan. Pertahanan Pasar V, Desa Patumbak II, Kecamatan Patumbak, Kab. Deli
Serdang. Serta kasus tewasnya dua anggota Badan SAR Nasional diduga akibat terhirup asap genset Admin, 2007. Kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat
menurut dilaksanakannya upaya kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat menuntut manejer hingga pada buruh bangunan harian, baik pekerja bangunan
dengan status pekerja tetap, pekerja borongan, maupun pekerja lepas harian. Masih tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di tempat
kegiatan konstruksi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja, diperlukan upaya-upaya ke depan untuk mewujudkan tercapainya “Zero accident”
di tempat kegiatan konstruksi. Pengguna jasa yang dalam hal ini adalah para kepala satkerpemimpin pelaksanapemilik bangunan selaku penanggung jawab langsung
pelaksanaan konstruksi di lapangan, menempati posisi kunci dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan kecelakaan kerja K3 pada kegiatan konstruksi. Maka
untuk dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada pekerja bangunan dibutuhkan suatu penelitian yang komprehensif Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008
Hasil evaluasi atasi kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut terjadinya kegagalan konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,
penggunaan metoda pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas
ketersediaan alat pelindung diri APD, faktor lingkungan sosial ekonomi dan budaya pekerja dan kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi
ketentuan mengenai K3, antara lain pemakaian alat pelindung diri kecelakaan kerja Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007.
Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja dibutuhkan suatu manajemen terpadu dari keselamatan kerja yang dimenej pihak
pemborong utama, sehingga setiap pekerja baik pekerja tetap maupun pemborong- pemborong sub harus mematuhi sistem manajemen keselamatan kerja yang
ditetapkan pemborong utama. Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan di bidang konstruksi, telah melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah
tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008
seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08SEM2006 perihal Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan
penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi. Selain itu beberapa kebijakan umum pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan pada bidang Konstruksi antara lain UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan
pemerintahnya, Kepres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia,
2007. Berdasarkan survei awal para pekerja bangunan yang membangun bangunan
hotel, secara umum telah menggunakan beberapa jenis alat pengamanan diri seperti topi proyek, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata hitam, jaring dan pengikat tubuh
untuk pekerjaan yang berada pada ketinggian. Untuk lebih mengetahui pengaruh penerapan SMK 3 terhadap pekerja
bangunan, maka dibutuhkan suatu penelitian komprehensif dengan judul “Bagaimanakah Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan
di Kota Medan”.
1.2. Permasalahan