Pelatihan Ir. Nazlina, MT

yang mengandalkan kemampuan pekerja pengalaman dipandang lebih menguntungkan untuk dipekerjakan sebagai tukang dan kepala tukang. Sehingga jika yang direkrut itu adalah pekerja yang berpengalaman maka proses pembangunan bangunan tersebut akan lebih lancar serta diharapkan sesuai dengan bestek dan akan selesai tepat pada waktunya. Namun diperoleh juga pendapat responden yang berpendapat bahwa sistem perekrutan tersebut berasal dari pekerja yang tidak berpengalaman, yaitu pendapat dari 36 responden 36 , hal ini disebabkan pekerja tersebut masuk bekerja hanya bekerja sebagai kenek pembantu kenek.

5.3. Pelatihan

Pelatihan bagi para pekerja bangunan secara umum adalah sangat minim, hal ini disebabkan pelatihan hanya dilakukan untuk pekerja tetap dari perusahaan pemilik atau kontraktorkonsultan pengawas, sedang untuk pekerja bangunan seperti kenek, tukang, kepala tukang, dan mandor sama sekali tidak pernah dilakukan pelatihan. Keahlian dari para pekerja bangunan diperolehnya berdasarkan pengalaman bekerja pada proyek lain yang diikutinya. Keahlian dari seorang pekerja diperolehnya dengan cara melakukan hubungan yang baik dengan pekerja lainnya, seperti seorang kenek tukang yang ingin belajar menjadi tukang, maka ianya akan berusaha mendekatkan diri pada tukangnya sehingga pada saat-saat tukang tersebut istirahat dianya diizinkan mencoba Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008 menerapkan ilmu tukang yang telah dilihatnya selama membantu tukang tersebut, namun adakalanya seorang tukang juga mengizinkan keneknya memasang batu memplester pasangan batu pada daerah-daerah yang tidak akan menimbulkan kerusakan bangunan atau pada daerah yang terlindung tidak terlihat. Sebanyak 38 responden 38 mengatakan bahwa pekerja bangunan tidak pernah mengikuti pelatihan, baik yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor tempatnya bekerja atau pelatihan teknik yang diikutinya di luar, berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa para pekerja bangunan memperoleh pengetahuan tekniknya hanya dari pengalaman bekerja. Selanjutnya sebanyak 62 responden 62 mengatakan pernah mengikuti pelatihan teknik, responden yang demikian adalah responden yang berasal dari perusahaan kontraktor dan konsultan pengawas, serta pada awalnya juga berlatar belakang pendidikan teknik sipil. Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa pada saat tertentu pihak konsultan pengawas adakalanya memberikan penyuluhan tentang pekerjaan yang akan dilakukan, penyuluhan ini bebas diikuti oleh seluruh pekerja bangunan, namun karena waktu penyuluhan umumnya dilakukan di luar jam kerja pada jam istirahat makan siang, sehingga sedikit sekali pekerja bangunan yang mau mengikutinya.

5.4. Status Pekerja