Prinsip, Kendala dan Keterbatasan Pengawasan Intern

untuk perusahaan lain meslipun kedua perusahaan sejenis. Banyak faktor yang menentukan bentuk pengawasan intern perusahaan seperti kemampuan dan filsafat manajemen yang berbeda, tingkat keahlian, dan dapat dipercayainya pengawai. Tuanakotta menggambarkan pengawasan intern yang baik sebagai berikut 2002 : 96 : “Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu pengawasan intern adalah baik jika tidak seorangpun berada dalam kedudukan sedemikian rupa sehinga ia dapat membuat kesalahan dan meneruskan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama”.

2. Prinsip, Kendala dan Keterbatasan Pengawasan Intern

Menurut Boynton dan Kell 2006 : 252, Committee of Sponsoring Organization COSO menyebutkan beberapa konsep dasar dari pengawasan intern antara lain: a. Pengawasan intern merupakan suatu proses. Artinya bahwa pengawasan intern itu bukan merupakan suatu awal dan bukan merupakan suatu akhir aktifitas. Pengawasan intern terdiri dari aktifitas yang berkelanjutan yang meresap dan bersatu dengan infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan. b. Pengawasan intern dipengaruhi oleh orang-orang. Pengawasan intern bukan sekedar petunjuk kebijaksanaan dan formulir-formulir saja, melainkan juga orang-orang yaitu orang-orang yang berada di semua level dari suatu organisasi termasuk dewan direksi. c. Pengawasan intern diharapkan hanya dapat memberikan jaminan yang memadai bukan jaminan mutlak kepada pikah menajemen perusahaan dan dewan direksi karena adanya keterbatasan pengawasan intern itu sendiri dan juga mempertimbangkan segi biaya dan keuntungan dari pelaksanaan pengawasan. d. Pengawasan intern merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengawasan intern diciptakan oleh manjemen untuk membantu menghindari atau paling tidak untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan dan 14 Universitas Sumatera Utara menjamin keandalan data akuntansi. Tetapi pengawsan intern bukan merupakan suatu yang sempurna. Pengawasan intern mempunyai kendala dan keterbatasan. Boynton dan Kell 2006 : 256 mengatakan keterbatasan atas pengawasan intern disebabkan oleh alasan-alasan berikut : a. Mistakes in judgment b. Breakdowns c. Collusion d. Manajement override e. Cost versus benefit Uraian lebih lanjut mengenai kelima keterbatasan tersebut dapat dijelaskan berikut ini. a. Mistakes in judgment Kesalahan dalam Pertimbangan Hambatan dan ketebatasan pengawasan intern terjadi karena pihak manjemen dan karyawan sering mengambil pertimbangan yang salah dalam membuat keputusan-keputusan atau dalam menjalankan tugas sehari-hari. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya informasi untuk pengambilan keputusan, keterbatasan waktu yang mereka miliki atau adanya tekanan-tekanan lainnya. b. Breakdowns Gangguankemacetan Gangguan dalam melaksanakan pengawasan intern dapat terjadi karena karyawan tidak dapat memahami instruksi-instruksi yang diberikan atau karyawan membuat kesalahan yang diakibatkan oleh kecerobohan mereka sendiri, kebingungan atau kelelahan. Perubahan sementara atau perubahan 15 Universitas Sumatera Utara permanent yang dilakukan terhadap karyawan atau perubahan terhadap sistem dan prosedur dapat juga menyebabkan terjadinya gangguan. c. Collusion Kolusi Pelaksanaan sistem dan prosedur yang dirancang dengan baik dan efektif tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh menajemen apabila adanya kolusi diantara karyawan. Masing-masing karyawan bekerja bersama-sama dan saling berhubungan. Apabila diantara mereka sudah terdapat kesepakatan untuk melakukan penyelewengan maka kondisi tersebut menjadi suatu hambatan dan keterbatasan pengawasan intern. d. Manajement override Pengabaian oleh Manjemen Pihak menejemen dapat melakukan tindakan melanggar atau mengabaikan kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk kepentingan yang tidak sah, seperti untuk kepentingan pribadi atau untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan lebih baik dari kondisi yang sebenarnya. Tindakan lain termasuk dalam kategori ini yaitu suatu presentasi yang salah kepada pihak auditor dengan cara mengeluarkan dokumen pendukung terhadap penjualan fiktif. e. Cost versus benefit Biaya kontra Manfaat Biaya yang dikeluarkan untuk merancang struktur pengawasan intern tidak boleh lebih besar dari mafaat yang diharapkan. Pihak manajemen harus membuat perkiraan dan pertimbangan dari segi kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan keuntungan dari pengawasan intern. 16 Universitas Sumatera Utara Untuk mencapai tujuan dari pengawasan intern menurut Winarno 2004 : 90 bukan merupakan tugas yang mudah, karena dalam pelaksanaan pengawasaan intern menghadapi berbagai macam kendala, antara lain: a. Lingkungan eksternal yang sering kali berubah dengan cepat, misalnya tindakan pesaing, perkembangan teknologi dan berbagai peraturan yang harus ditaati perusahaan. Semua hal ini memperngaruhi pelaksanaan sistem pengawasan inter. b. Berbagai kemungkinan kegiatan yang merongrong sistem pengawasan intern, sebagai contoh data dipakai atau diakses oleh orang yang tidak berhak, sehingga data hilang atau rusak c. Kesulitan mengikuti perkembangan komputer yang sangat pesat, terutama bagaiman melatih karyawan yang menggunakan sistem yang baru. d. Faktor manusia yang dalam beberapa hal tidak patuh mengikuti prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. e. Rumitnya mengendalikan biaya yang terjadi di dalam perusahaan, belum lagi mengalokasikan biaya. Pembentukan pengawasan intern yang baik dan efektif bukan merupakan hal yang mudah. Tetapi pengawasan intern pada umumya dapat ditingkatkan mutunya meskipun keadaan kurang menguntungkan, seperti jumlah karyawan yang sedikit. Ukuran perusahaan mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengawasan intern. Kenyataannya lebih sulit untuk menyusun pemisahan tugas yang memadai dalam perusahaan yang relatif kecil dibanding dengan perusahaan yang relatif besar. Sehingga perusahaan kecil seringkali tidak dapat memenuhi beberapa persyaratan atau unsur pengawasan intern. Jumlah karyawan yang relatif sedikit dan kemampuan dana yang relatif menyulitkan perusahaan kecil dalam pembagian tugas atau misalnya untuk membeli mesin pemeroses data yang mempunyai alat kendali otomatis. Walaupun demikian, sebagian besar konsep pengawasan intern dapat diterapkan bagi perusahaan besar amupun kecil. Meskipun tidak lazim untuk 17 Universitas Sumatera Utara memformalkan kebijakan ke dalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi perusahaan yang relatif kecil untuk mempunyai pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya dengan alur wewenang yang jelas, prosedur otorisasi, pelaksanaan dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen, catatan dan laporan-laporan yang memadai, pengawasan fisik atas aktiva dan catatan serta pengecekan atas pelaksanaan sampai pada tingkat tertentu.

3. Unsur-Unsur Pengawasan Intern