D. Pengawasan Intern Piutang Usaha
Pengawasan intern piutang dimulai dari kegiatan yang menimbulkan piutan itu sendiri yaitu penjualan kredit sampai dengan piutang tersebut dapat ditagih dan
dilaporkan kepada pihak manajemen. Pada bagian ini penulis akan menguraikan secra teoritis mengenai unsur-unsur pengawasan intern terhadap piutang usaha.
6. Lingkungan Pengawasan Piutang Usaha
Terdapat bebrapa faktor yang membentuk lingkungan pengawasan piutang usaha. Integritas dan nilai etika dalam lingkungan pengawasan piutang usaha
tercermin dari pandangan dan sikap manajemen dalam menangani piutang usaha. Piutang usaha merupakan bagian aktiva yang mengandung resiko.
Pimpinan perusahaan tentunya mengharapkan kerjasama dari setiap unit kerja yang terkait dengan terjadinya transaksi piutang usaha sehingga resiko yang
mungkin terjadi atas pitang usaha dapat diminimalisir. Bagian marketing harus mempunyai prinsip untuk yang mencari konsumen yang potensial dalam hal
pembayaran dan bukan sekedar mencari konsumen sebanyak mungkin. Dalam hal pemberian keputusan atas persetujuan penjualan kredit, pimpinan
perusahaan harus dapat memberikan contoh sifat keteladanan seperti membuat komite kredit yang terdiri dari beberapa orang untuk menilai kelayakan atas
permohonan kredit. Adanya pemberian insentif atau bonus kepada kolektor akan mengurangi atau menghapus godaaan yang merangsang mereka untuk
malakukan tindakan yang tidak jujur, illegal atau tidak etis. Untuk mendapatkan piutang usaha yang minim resiko maka diharapkan
kepada bagian penjualan memiliki daya analisis yang tinggi, kritis dalam 30
Universitas Sumatera Utara
penilaian atas kemampuan keuangan calon konsumen. Bagian piutang menangani administrasi piutang harus memiliki pengetahuan administrasi
yang memadai sehingga mereka dapat menghasilkan informasi yang berhubungan dengan aktifitas piutang usaha dengan baik dan benar. Kepada
kolektor harus memiliki kemampuan untuk mengenali karakter setiap konsumen yang ia tangani. Kolektor harus fleksibel dalam menghadapi
konsumen yang mempunyai sifat yang berbeda. Dewan komisaris dan komite audit yang independen terlibat dalam
lingkungan pengawasan piutang usaha, salah satunya dengan cara memonitor tingkat likuiditas piutang usaha. Tingginya jumlah piutang yang tertunggak
dapat merupakan indikator oleh dewan komisaris dan komite audit dalam menilai kinerja pihak manjemen dalam melaksanakan wewenang yang telah
diberikan. Manajemen dapat memilih gaya dan filosofi dalam hal pemberian kredit yang berdampak terhadap penagihan piutang. Gaya konsevatif dapat
dilihat dari ketatnya perusahaan menyeleksi calon konsumen. Dasar pemilihan model konservatif adalah lebih baik mempunyai kredit yang terbatas asalkan
konsumen perusahaan merupakan konsumen yang potensial dari segi pembayaran. Pihak manajemen lebih memperhitungkan resiko besar piutang
tidak tertagih. Gaya berani mengambil resiko yang lebih besar sering juga diperlihatkan oleh pihak manajemen dalam memberikan kredit. Umumnya
perusahaan yang menerapkan gaya berani mengambil resiko harus memiliki pengawasan intern lebih ketat terhadap penagihan piutang.
Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi akan mempengaruhi pelaksanaan pengawasan piutang. Struktur organisasi harus disusun sebaik mungkin agar dalam hal ini
penagihan piutang kelak tidak bermasalah. Adanya pemisahan bagian penjualan dengan bagian kredit menunjukkan dan pembagian tugas sangat
menentukan baik buruknya pengawasan intern terhadap piutang usaha. Adanya pemisahan departemen penjualan dnegan departemen kredit
menunjukkan bahwa pengawasan intern yang baik. Demikian juga adanya bagian khusus penagihan. Kedudukan kasir yang dipisahkan dari bagian
accounting akan mengurangi tingkat penyelewengan yang kemungkinan dapat terjadi.
Salah satu penyebab kelemahan utama dan kendala pengawasan intern adalah faktor kemanusiaan. Artinya bahwa yang melaksanakan pengawasan
intern adalah orang-orang yang mempunyai keterbatasan sebagai manusia biasa. Jadi masalah mutu dan mental karyawan sangatlah penting adalam
pelaksanaan pengawasan intern piutang. Tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepada karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan
tersebut. Hal ini akan mendukung kesehatan praktek dilapangan.
7. Penetapan Resiko Atas Piutang Usaha