2.4. Jenis – Jenis Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising di bagi dalam 3 kategori : Gabriel, 1996. :
1. Audible noise bising pendengaran
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi 31,5 – 8000 Hz 2.
Occupational noise bising yang berhubungan dengan pekerjaan Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin tik.
3. Impuls noise Impact noise = bising impulsif
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil.
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis: Gabriel, 1996:
A. 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas
angin. 2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup
gas. 3. Bising terputus – putus intermittent, misalnya lalu lintas, bunyi kapal
terbang di udara. B. 1. Bising sehari penuh full time noise
2. Bising setengah hari part time noise C. 1. Bising terus menerus steady noise
2. Bising impulsif impuls noise ataupun bising sesaat lutupan.
2.5. Sumber Kebisingan
Sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan diklasifikasikan dalam kelompok :
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin gudang dan aktifitas di dalam ruangan atau gedung.
b. Bising luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktifitas diluar ruangan seperti transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor, transportasi air, kereta api dan
pesawat terbang dan bising yang berasal dari industri Doelle, 1993.
2.6. Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Tabel 2.1. Baku Mutu Kebisingan Zona kawasan Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB A
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
55 2.
Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan
65 4.
Ruang terbuka hijau 50
5. Industri
70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum
60 7.
Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar udara
- Stasium kereta api
60 -
Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya
55 2.
Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55 Sumber: Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996
Peraturan Menteri Kesehatn No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona:
Mukono, 2006 : Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan
kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat
kebisingan berkisar 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat
kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus.
Tingkat kebisingan sekitar 60 – 70 dB. Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Sumber : Menteri Tenaga Kerja, 1999
Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dB A
8 Jam
85 4
88 2
91 1
94 30
Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik
115 14,06
118 7,03
121 3,52
124 1,76
127 0,88
130 0,44
133 0,22
136 0,11
139
2.7. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan Dampak kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut: Prabu, 2006:
a. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus – putus atau yang datangnya tiba – tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusingsakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusingvertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak napas
disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ dan keseimbangan elektrolit. Melalui makanisme hormonal adrenalin, yang dapat
meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, kejengkelan, kecemasan, ketakutan dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan.
c. Gangguan komunikasi
Kebisingan bisa mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung tatap muka via telepon. Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu percakapan
diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu komunikasi tergantung
konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang terjadi pada ruangan Sasongko, 2000
Tabel 2.3. Kriteria gangguan komunikasi di dalam ruangan No
Jenis ruangan untuk keperluan Tingkat kebisingan dBA
1 Pertunjukan musik, opera
21-31 2
Auditorium besar, Pertunjukan drama kondisi mendengar yang baik
≤ 30 3
Studio rekaman, TV, broadcast ≤ 34
4 Auditorium kecil, konferensi
≤ 42 5
Rumah sakit, kamar tidur, pemukiman, hotel, apartemen
34 – 47 6
Kantor, rapat, kuliah, perpustakaan 38 – 47
7 Ruang tamu dan sejenisnya untuk percakapan
atau mendengar TVradio 38 – 47
8 Toko, kafetarian, restoran
42 – 52 9
Lobi, laboratorium, ruang gambar teknik 47 – 56
10 Ruang reparasi, dapur, penatu
52 – 61 11
Bengkel, ruang control pembangkit listrik 55 - 61
Sumber : Sasongko, 2000 d.
Gangguan tidur Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari
keadaan terjaga sampai tidur terlelap. Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur. Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan dan umur manusia. Standart kebisingan yang berhubungan dengan
gangguan tidur sulit ditetapkan karena selain tergantung faktor – faktor tersebut di atas, gangguan kebisingan terhadap tidur juga berhubungan dengan karakteristik
individual.
Environmental protection Agency menetapkan bahwa tingkat kebisingan harian 45 dB A cukup untuk melindungi seseorang dari pengaruh kesehatan karena
tidak bisa tidur Sasongko, 2000. e.
Efek pada pendengaran Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula – mula efek bising pada pendengaran
adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus menerus di area bising maka terjadi tuli
menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian semakin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai
frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan Prabu, 2009.
2.8. Tekanan Darah