SIMPULANN DAN SARAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suspect Skabies Pada Santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat Tahun 2014

xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Pengetahuan Lampiran 2: Lembar Observasi Personal Hygiene Lampiran 3: Lembar Observasi Sanitasi Lingkungan Lampiran 4: Lembar Observasi Dukungan Pesantren Lampiran 5: Hasil Analisis di SPSS Lampiran 6: Struktur Pengasuhan Santriwati Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit berbasis lingkungan yaitu fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar, atau memiliki keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dimana masyarakat tersebut tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu Achmadi, 2012. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan. Penyakit kulit merupakan salah satu jenis penyakit menular yang berbasis lingkungan. Penyakit kulit merupakan jenis penyakit yang berhubungan dengan kematian di Sub Sahara Afrika pada tahun 2011 Cahyaningsih, 2012. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah skabies Wijaya, 2011. Lebih dari 300 juta kasus skabies terjadi di belahan dunia setiap tahunnya Cahyaningsih, 2012. Di negara berkembang lebih dari seperempat populasi bisa terinfeksi penyakit skabies Wijayanti, 2008. Sedangkan menurut Muzakir 2008, di beberapa negara berkembang prevalensi skabies sekitar 6-27 dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja. 1 Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27 dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja Sungkar, 1997. Pada tahun 2010, penyakit kulit infeksi termasuk 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat dengan kejadian 106. 568 kasus Dinkes Prop. Sumbar, 2010 dalam Akmal, dkk, 2013. Dari banyaknya kasus penyakit kulit yang ada di Sumatera Barat, penderita didominasi oleh santri di berbagai pondok pesantren yang ada di wilayah tersebut Akmal, dkk, 2013. Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies diantara santri di Pondok pesantren Dinkes Prop Jatim, 1997. Penyakit skabies sering muncul karena kurangnya kebersihan diri dengan sanitasi lingkungan yang buruk, penyakit ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var homini. Skabies merupakan penyakit infeksi dan menular dengan fenomena gunung es Rafif, 2011. Dalam Cahyaningsih 2012 penyakit skabies menyerang manusia secara kelompok misalnya pada asrama, pesantren, penjara, perkampungan yang padat penduduk. Pondok pesantren termasuk tempat yang beresiko terjadi skabies karena merupakan salah satu tempat yang berpenghuni padat Wijaya, 2011. Menurut Green dalam Azizah 2012, guru mempunyai peran terhadap perilaku murid dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan hasil penelitian Linda dan Adiwiryono, 2010 dalam Azizah, 2012 menunjukkan adanya hubungan antara peran guru dengan praktek PHBS pada peserta PAUD. Selain itu guru diharapkan dapat mendorong murid-murid mereka dalam melaksanakan kebiasaan memelihara kesehatan Azizah, 2012. Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen Qomar, 2007. Rohmawati 2010 menyatakan bahwa sebanyak 74, 74 responden di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta menderita penyakit skabies yang diakibatkan karena mereka mempunyai pengetahuan yang rendah terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dan mereka mempunyai resiko terkena penyakit skabies 2, 34 kali dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Hal yang sama juga dilakukan oleh Muzakir 2008 di pondok pesantren Kabupaten Aceh Besar sebanyak 61 responden mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap perilaku hidup bersih dan sehat sehingga banyak santri yang terkena penyakit skabies. Ini berarti pengetahuan seseorang dapat mendukungnya terhindar dari penyakit, terutama penyakit menular. Menurut penulis sendiri, skabies pada santriwati adalah masalah kesehatan yang unik, karena sejak dulu dan didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang didapat ketika menjadi santriwati bahwa skabies adalah penyakit yang tidak pernah ada habisnya di lingkungan pondok pesantren akan tetapi sangat disayangkan sekali pihak pondok pesantren belum memberikan perhatian yang besar dalam penanganan masalah skabies sehingga tidak ada data yang lengkap mengenai santriwati yang menderita skabies di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik dan ingin mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan suspect skabies di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah suspect skabies pada santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang berhubungan dengan beberapa faktor yang diantaranya adalah pengetahuan, personal hygiene, kelembaban, ventilasi, kepadatan hunian, dan dukungan pihak pesantren. Selama menempuh pendidikan di pondok pesantren, akhirnya penulis merasakan bahwa skabies adalah masalah kesehatan yang unik, karena masalah tersebut tidak pernah selesai di pondok pesantren. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan suspect skabies di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat tahun 2014.