E.1. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu, 1 penulisan huruf besar atau huruf kapital dan
2 penulisan huruf miring.
e.1.1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang- kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berleku. Kaidah penulisan huruf
capital itu adalah sebagai berikut.
17
e.1.1.1. sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh, Dia
mengantuk, Apa maksudnya? e.1.1.2. sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh, Adik bertanya,
Kapan kita pulang?
e.1.1.3. sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misanya, Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih. Quran, Alkitab, Weda, Islam, dan
Kristen.
e.1.1.4. sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh, Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam SyafiI, Nabi Ibrahim.
e.1.1.5. sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Wakil Presiden Yusuf Kala, Profesor Supomo, Gubernur Jakarta.
17
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah, Bandung: Pustaka Setia, 1996, h.13-18
e.1.1.6. sebagau huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh, Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman.
e.1.1.7. sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Arab.
e.1.1.8. sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Contoh, tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Juli, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
e.1.1.9. sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh, Asia Tenggara, Banyuwangi, Jakarta, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.
e.1.1.10. sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan. Contoh, Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Agama, Ibu dan Anak, Nomor 57, Tahun 2008.
e.1.1.11. sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu social, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
e.1.1.12. sebagau huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh, Buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka
e.1.1.13. sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan. Contoh, Dr. doctor, M.A master of arts, S.S.
sarjana sastra, Tn.
tuan e.1.1.14. sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, asik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan. Contoh, Kapan Bapak berangkat? tanya Harto. e.1.1.15. sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh, Sudahkah Anda
tahu? Surat Anda telah kami terima. E.2. Pemakain Tanda Baca
ﺀﺎﻄﺧﻷﺍ ﻦﻋ ﺎﻫﺮﺘﻣ ﲔﻟﺎﺘﺳ ﻥﻮﻜﻳ ﻻ ﺎﲟﺭ
1 Memang Stalin tidak luput dari kesalahan
ﺐﺼﻌﺘﻟﺎﺑ ﻪﻣﺎﺍ ﻰﻠﻋ ﺲﻤﻴﺘﻟﺍ ﺓﺪﻳﺮﺟ ﻞﺳﺍﺮﻣ ﻯﺭﻮﳚﺮﺟ ﺎﻣ ﻯﺪﻟ ﰊﺮﻋ ﺞﺘﺣﺍ
2 Orang Arab itu berdalih di depan M. Gregory, koresponden surat kabar Times, yang menuduhnya fanatik.
ﺔﻴﻌﻴﺒﻄﻟﺍ ﺮﻫﺎﻈﳌﺍ ﻦﻣ ﲑﺜﻜﻟﺍ ﺮﻤﻘﻟﺍ ﺭﺰﺟ ﱃﺎﻌﺗ ﷲﺍ ﺐﻫﻭ ﺪﻘﻟ
3 Sungguh, Allah Swt. menganugrahkan fenomena alam yang melimpah kepada kepulauan Komoro
Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tanda baca, seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda
petik, dan seterusnya. Tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf pertama kata yang
menunjukkan nama orang, nama suku, bahasa, agama, georafi, kata yang
mengawali kalimat, dan sebagainya ditulis dengan huruf yang ukurannya sama dengan huruf lainnya. Pada terjemahan nomor satu, dua, dan tiga tampak bahwa
huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata yang mengawali kalimat, nama orang, judul surat kabar, nama Tuhan, dan nama geografi.
Dalam contoh nomor satu terlihat bahwa tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau aposisi. Tanda ini pun digunakan untuk
merinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab, rincian ini dirangkaikan dengan huruf wawu. Huruf ini cukup dipadanankan dengan tanda koma saja, jangan
digunakan kata dan secara terus menerus. Wawu atau fa’isti’naf juga tidak perlu diterjemahkan karena keduanya tidak bermakna. Kedua huruf ini digunakan hanya
littaladzudz kenikmatan dalam bertutur dan menulis. Begitu juag dengan susunan gramatikal Alquran.
Sementara itu, pemakaian huruf miring terlihat pada nomor dua. Huruf ini digunakan untuk mengutip judul buku, majalah, dan surat kabar serta
menunjukkan istilah, kata asing, dan kata yang diperkatakan. Pada terjemahan Alquran, hal ini sering diabaikan. Istilah-istilah agama yang belum dikenal ditulis
dengan huruf biasa, tidak dibedakan dengan huruf lain. Begitu juag tanda petik digunakan pada petikan langsung. Namun,
sebelumnya perlu diberi tanda koma, bukan tanda titik dua : seperti yang tampak pada terjemahan Alquran.
Nas bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda baca, sehingga pembaca pemula sulit membedakan antara kata-kata sebagai uraian dan kata-kata
sebagai judul buku, nama orang, dan nama geografi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada mahasiswa pemula yang membaca ungkapan wa ja’a fî
lisânil ‘arab yang diterjemahkan dengan
dan pada tuturan orang Arab dikemukakan…, padahal lisânil ‘arab merupakan judl kamus sehingga tidak perlu
diterjemahkan, tetapi dialihkan. Kelangkaan tanda baca dan tidak adanya perbedaan huruf membuat
penerjemahan bahasa Arab lebih sulit daripada penerjemahan bahasa lain yang ditulis dengan huruf latin.
Dari uraian di atas dapat Penulis simpulkan bahwa masalah penerjemahan Arab-Indonesia yang lazim dijumpai adalah berkenaan dengan adanya gejala
interferensi pada terjemahan, kenisbian dan keterbatasan teori penerjemahan, kesulitan dalam mencari padanan makna bagi kosa kata agama dan kebudayaan,
keragaman pedoman transliterasi Arab-Indonesia, dan perbedaan grafologis antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Akan tetapi, masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggali teori, menguasai bahasa Indonesia, berdiskusi dengan pakar terjemah, dan berlatih
menerjemahkan nas dengan berbagai topik dan jenis secara sungguh-sungguh.
F. PENULISAN KATA