8.4.2. Sesudah dhamir dalam pengucapannya maupun kedudukannya, seperti dalam dhamir syan, dhamir qishah, dhamir nima dan bisa. Contoh,
ﻞـﻗ
ﺪﺣﺃ ﷲﺍ ﻮﻫ .
.
8.4.3. Marji bisa dipahami dari konteks kalimat, seperti
ﻥﺎﻓ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻦﻣ ﻞﻛ .
8.4.4. Dhamir terkadang kembali kepada lafazd bukan makna, seperti
ﺎﻣﻭ
ﺏﺎﺘﻛ ﰱ ﻻﺇ ﻩﺮﻤﻋ ﻦﻣ ﺺﻘﻨﻳ ﻻﻭ ﺮﻤﻌﻣ ﻦﻣ ﺮﻤﻌﻳ
8.4.5. Kembali ke maknanya, seperti
ﻦﻋ ﻢﻜﻟ ﱭﻃ ﻥﺈﻓ ﺔﻠﳓ ﻦﺎﻗﺪﺻ ﺀﺎﺴﻨﻟﺍﺍﻮﺗﺍﺀ
ﺎﺌﻳﺮﻣ ﺎﺌﻴﻨﻫ ﻩﻮﻠﻜﻓ ﺎﺴﻔﻧ ﻪﻨﻣ ﺀﻲﺷ
C. PROSES PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN
Proses penerjemahan merupakan rangkaian tindakan oleh penerjemah berdasarkan kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke nas
penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas. Pada umumnya proses penerjemahan dilakukan melalui empat tahap,
yaitu:
10
Pertama, analisis dan pemahaman. Struktur dan pesan dalam nas sumber dianalisis menurut hubungan struktural
dan hubungan semantis antara unsur- unsur sintaksis.
10
Syihabuddin, Penerkemahan Arab-Indonesia teori dan praktik, Bandung: Humaniora, 2005, h. 167-168
Kedua, transfer. Bahan yang sudah dianalisis dan dipahami diolah secara mentalistik, lalu dialihkan ke bahasa penerima.
Ketiga, restrukturisasi. Bahan yang sudah diolah disusun kembali agar makna atau pesan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan gaya bahasa
penerima. Keempat, evaluasi dan revisi. Semua hasil terjemahan dievaluasi. Jika
terdapat kesalahan atau kekeliruan maka perlu dilakukan revisi. Selain itu, R.H. BathgateYunus, 1989: 287-303 mengemukakan tujuh
langkah proses penerjemahan, yaitu: Pertama, pengakraban. Penerjemah menelusuri hal-hal yang berkaitan
dengan identitas nas yang akan diterjemahkan, seperti pengarang, penerbit, tahun terbit, dan masalah yang dibicarakan di dalamnya.
Kedua, analisis. Penerjemah menganalisis unit-unit yang berbentuk kalimat, klausa, frase, dan kata.
Ketiga, pemahaman. Penerjemah memahami unit-unit terjemahan dengan lebih tuntas, menyeluruh, dan rinci.
Keempat, perumusan istilah. Penerjemah mencari istilah-istilah yang sesuai dengan bahasa penerima, sehingga hasil terjemahan seperti bukan
terjemahan. Kelima, restrukturisasi. Inilah tahap penerjemahan yang paling penting dan
sangat menentukan kualitas terjemahan. Di sini dilakukan pengalihan bentuk dan isi nas sumber ke dalam nas penerima.
Keenam, pengecekan.
Penerjemah memeriksa
kembali hasil
terjemahannya. Pengecekan ini terkait dengan isi, struktur bahasa, tanda baca, dan ejaan.
Ketujuh, pembahasan. Sebelum dipublikasikan, sebaiknya penerjemah mendiskusikan terlebih dahulu hasil terjemahannya dengan pakar dalam masalah
yang diterjemahkan dan pakar bahasa penerima.
D. PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG ‘DAN’