Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia era milenium ketiga merupakan suatu keniscayaan yang tak boleh ditolak. Konsep pendidikan
sekarang harus, - meminjam istilah Tilaar harus meliputi aspek pedagogik transformasif, yakni proses pembelajaran yang mampu mentransformasikan
peserta didik pada arah yang lebih baik. Baginya, paradigma pedagogik transformatif mampu mengikuti perkembangan teknologi dan budaya yang
bergerak cepat, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
2
Perkembangan pendidikan yang semakin progresif menjadi tantangan tersendiri untuk dicarikan formulasi yang tepat dalam ranah lembaga
pendidikan, seperti sekolah. Lembaga pendidikan yang adaptif terhadap perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan serta teknologi harus berada di
dalam perubahan itu sendiri. Paradigma pendidikan yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah tidak lagi berbasis pada kebutuhan peserta didik child
centered-education maupun berbasis masyarakat society centered- education, karena kedua-duanya dapat mengasingkan kepada masyarakat dan
budayanya sendiri.
3
Selaras dengan pemikiran Tilaar di atas, pandangan senada yang berkaitan dengan reformasi paradigma pendidikan dalam menyongsong
perubahan budaya yang sangat cepat juga disuarakan oleh Azyumardi Azra. Bagi Azra, untuk merespon perubahan yang begitu cepat, maka paradigma
2
H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas, hal.. 92.
3
H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional............. hal. 93
pendidikan harus mengaplikasikan sistem pendidikan yang berorientasi pada pengelolaan berbasis sekolah school based-management atau sering disebut
Manajemen Berbasis Sekolah MBS.
4
Prinsip tersebut
menuntut kedewasaan
pemerintah untuk
mendelegasikan secara penuh kepada unit-unit terkecil lembaga pendidikan dalam merespon gerak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem
deregulasi dan otonomisasi pelaksaan pendidikan pada sekolah-sekolah merupakan salah satu perubahan paradigma pendidikan yang bersifat
reformatif, transformatif dan deregulatif. Menurut Nurkolis Manajemen Berbasis Sekolah sendiri merupakan
salah satu upaya mereformasi sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap perubahan zaman, dari keadaan pendidikan yang kurang memuaskan menjadi
upaya perbaikan dan penyempurnaan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar, yaitu terprogram dan sistemik.
5
Reformasi pendidikan yang terprogram terletak pada inovasi kurikulum atau program sekolah yang
baru, seperti perubahan dan pengembangan kurikulum baru, penataran guru- guru, penggunaan metode pembelajaran baru, penggunaan alat evaluasi baru,
dan perbaikan sarana dan prasarana. Sedangkan reformasi sistemik berkaitan dengan wewenang dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol
sistem pendidikan secara keseluruhan. Bagian terakhir merupakan upaya
4
Azyumardi Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 6
5
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, hal. 34
deregulasi kekuasaan pelaksaan pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional kepada lembaga-lembaga sekolah.
6
Salah satu program reformasi yang dijalankan sekolah sekaligus sebagai upaya merespon perubahan zaman yang bergerak sangat dinamis dan cepat
adalah pelaksanaan program kelas akselerasi. Merujuk pendapat Nurkolis di atas, maka kelas akselerasi adalah salah satu upaya mereformasi pendidikan
yang terprogram. Kelas akselerasi merupakan upaya dari pihak sekolah memanfaatkan momentum era digital dan era keterbukaan yang serba masif,
dengan program-program yang mengakomodasi kebutuhan peserta didik secara komprehensif.
Beberapa sekolah yang siap berkompetisi di era persaingan ketat dan era digital telah membuka program kelas akselerasi yang bertujuan untuk
mengakomodasi siswa-siswa dengan kecerdasan khusus. Kebijakan ini memang cenderung bersifat diskriminatif, namun perlu dilakukan agar siswa-
siswa dengan keahlian dan kecerdasan khusus dapat terjembatani. Salah satu sekolah yang telah membuka kelas akselerasi adalah Sekolah Menengah Atas
SMA Negeri 8 Jakarta Selatan. Sebagai salah satu SMA unggulan di wilayah Jakarta, SMAN 8 bersiap-
siap menyongsong era perdagangan bebas dengan mempersiapkan generasi muda yang terampil, cerdas, dan lebih cepat merampungkan studi dari waktu
normal. Pada kelas reguler, waktu tempuh studi biasanya memakan waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi bisa lebih cepat dari itu, 2 tahun atau kurang.
6
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori.............. hal. 35
Faktor pendukung terbentuknya program kelas akselerasi adalah penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006, dengan
konsep pemberian materi berstandar kompetensi layaknya mahasiswa di perguruan tinggi dengan sistem kredit semester SKS. Peluang ini
mempermudah pihak-pihak pengelola SMAN 8 Jakarta bekerja maksimal dalam upaya menerapkan kelas akselerasi dengan sistem yang terbuka
sistematis, terprogram, dan memberikan ruang ekspresi bagi siswa-siswa dengan kecerdasan tinggi dan siswa yang memiliki bakat khusus gifted
students. Karena siswa-siswa yang belajar di kelas akselerasi harus
menyelesaikan masa studi dalam kurun waktu 2 tahun, maka kurikulum dan silabus juga dipadatkan. Konsekuensinya, guru yang mengampu mata
pelajaran dengan tingkat kesulitan tersendiri, seperti matematika, harus memiliki strategi dan model pembelajaran yang tidak hanya mengejar target
kurikulum yang telah ditetapkan, melainkan juga efektivitas dan keberhasilan siswa dalam menguasai materi.
Model pembelajaran yang sering dipakai di kelas akselerasi dengan siswa-siswa yang memiliki keberbakatan khusus adalah model pemecahan
masalah, model kontekstual dan realistis, model penemuan, model pembelajaran berbasis masalah, dan beberapa model pembelajaran lainnya.
Model pembelajaran matematika di kelas akselerasi tersebut mampu melampaui Standar Ketuntasan Minimal SKM yang ditetapkan oleh masing-
masing guru bidang studi berdasarkan indikator input siswa itu sendiri. Pada
pembelajaran matematika kelas X, nilai ketutasan minimal adalah 74. ternyata rata-rata nilai siswa pada kelas X semester ganjil adalah pada pelajaran
matematika adalah 80,13.
7
Model pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta berpengaruh pada prestasi siswa yang menjuarai sejumlah ajang
olimpiade sains yang diselenggarakan pihak Provinsi DKI Jakarta. Prestasi yang diperoleh siswa kelas akselerasi antara lain sebagai juara I olimpiade
sains, bahasa, sosial Nasional pada pelajaran matematika atas nama Muhammad Nasiruddin, juara I kimia atas nama Ihsan Akmaludin, bidang
astronomi menyabet juara I atas nama Sabrin Rizqi Aulia. Mereka itu adalah siswa-siswa kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta.
8
Keunggulan yang dimiliki siswa-siswa kelas akselerasi adalah kemampuan mengembangkan dan menemukan sendiri permasalahan yang
ditemukan dalam proses pembelajaran. Siswa kelas akselerasi diberikan ruang untuk mencari solusi pada pembelajaran matematika. Selain itu, siswa kelas
akselerasi mampu melakukan terobosan dalam perhitungan matematika dengan rumus-rumus yang lebih sederhana.
Dari beberapa deskripsi yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan siswa akselerasi di bidang matematika, maka perlu dilakukan penelitian
deskriptif yang mendalam yang berhubungan dengan model pembelajaran matematika pada kelas akselerasi.
7
Sumber nilai diambil dari data rekapitulasi nilai semester genap Tahun Ajaran 20092010 Kelas X akselerasi SMAN 8 Jakarta.
8
Menyangkut prestasi ang ditorehkan oleh siswa-siswa kelas akselerasi dapat dibaca pada website www.wangsajaya.wordpress.com
Dari beberapa deskripsi masalah di atas, maka penulis mengajukan judul penelitian sebagai berikut: Model Pembelajaran Matematika di Kelas
Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta.