Analisis Temuan Penelitian HASIL PENELITIAN
Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi aspek
menyiapkan rencana
pembelajaran, menerangkan
tujuan pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari
kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang
diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa untuk
mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi
dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis
masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas
akselerasi.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat
guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal matematika. Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas
akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik feedback, mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru
melontarkan permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa. Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas
akselerasi di atas rata-rata kelas reguler. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan
perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi proyektor,
jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses
pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT Information Communication Technology.
Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat komputer dalam membahas materi-materi matematika seperti pembahasan
bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya. Perangkat itu digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi,
dengan manampilkan gambar, diagram, proses perhitungan yang merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam. Media yang sering
dipakai adalah alat-alat peraga realia kubus, balok, prisma, media
berdimensi tiga, dan sebagainya, program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya.
3. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan setiap kompetensi dasar KD. Siswa yang belum tuntas menguasai
kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa
berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu. Guru memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru
melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan
siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu,
yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai
kebutuhan siswa misalnya matematika untuk olimpiade. Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk
tulisan. Berikut adalah hasil temuan penelitian di lapangan berdasarkan
kisi-kisi instrumen yang telah dibuat: 1.
Persiapan proses belajar mengajar.
Persiapan siswa
sebelum pelaksanaan
pembelajaran matematika di kelas akselerasi dapat dijelaskan pada aspek berikut ini:
a. Membaca materi pelajaran, jumlah siswa yang menjawab jenis ini
sebanyak 3 siswa. b.
Mendengarkan musik untuk mendapatkan penyegaran otak. Jumlah responden ini sebanyak 1 orang.
c. Melakukan latihan-latihan dalam menjawab soal matematika,
jumlah siswa yang menjawab ini sebanyak 4 siswa. d.
Jarang membaca buku matematika dengan alasan kurang suka pelajarannya. Hanya ada 1 orang siswa.
Dari gambaran tersebut di atas diketahui bahwa siswa lebih banyak mempersiapkan diri dengan membaca materi atau
mengerjakan soal-soal
matematika di
rumah. Fakta
ini mengindikasikan bahwa persiapan matang mutlak diperlukan dalam
menguasai materi di kelas. Fakta tersebut mengindikasikan dengan kuat bahwa para siswa kelas akselerasi memiliki persiapan matang
dengan mengeksplorasi terlebih dahulu materi di rumah sebelum dibahas bersama di dalam kelas. Dengan aktivitas demikian, proses
pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien. Fakta lain juga ditemukan, bahwa sebagian besar para siswa rajin
mencari sumber-sumber bahan ajar di internet yang ada di rumah mereka, atau di sekitar rumah. Bahan-bahan ajar itu dipelajari secara
serius untuk dicari pemecahan dan mengintroduksi ke dalam materi yang ada pada kurikulum.
Sedangkan persiapan mengajar guru lebih pada sistem koordinasi, memberikan fasilitas dan ketersediaan sumber-sumber bahan
ajar yang akan dibahas. Selain RPP dan silabus serta buku panduan, guru juga mencari sumber-sumber bahan ajar tersendiri di internet. Dengan
demikian, terjadi proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa.
Guru juga tidak lupa mempersiapkan perangkat-perangkat teknologi seperti laptop dan bahan presentasi dalam format power point.
Tetapi ini tergantung materi dan tingkat kesulitan pelajar matematika yang diberikan. Menurut sebagian guru matematika, penggunaan slide
tidak dilakukan setiap waktu. 2.
Aktivitas Pembelajaran dan Pengajian Informasi Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas akselerasi berbeda
dengan kelas-kelas reguler lainnya yang ada pada SMA Negeri 8 Jakarta. Perbedaan tersebut terletak pada aspek berikut ini:
a. Formasi tempat duduk di kelas
Di dalam formasi tempat duduk siswa kelas akselerasi menggunakan formasi yang mobile. Artinya, di setiap waktu dan
kesempatan, perubahan bentuk tempat duduk bisa berbentuk huruf U. Pada kesempatan yang lain berbentuk oval berbentuk bulat
dengan guru yang berada di tengah-tengah, pada kesempatan lain
dapat berbentuk per kelompok dengan dua siswa yang saling berhadap-hadapan.
Formasi yang berganti-ganti ini dilakukan karena jumlah siswa yang mengikuti program kelas akselerasi dalam satu kelas
tidak lebih dari 15 siswa. Dengan demikian, ruang kelas dengan mudah disetting sesuai dengan kebutuhan dan keadaan materi yang
diajarkan. b.
Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suasana
keakraban, tidak ada jarak antara kedua belah pihak tanpa mengurangi rasa hormat siswa kepada guru. Guru tidak sungkan-
sungkan mengakui dan menghargai pendapat dan temuan siswa hasil rekayasa teknik dan kalkulasi matematis yang tidak konvensional.
Pada sisi siswa, mereka juga sering diberikan kesempatan oleh guru menjadi pengajar sementara untuk mempresentasikan hasil
penemuan yang diperoleh sebelum masuk ke dalam kelas. Menurut hasil pengamatan dan wawancara, diperoleh fakta bahwa sistem
asisten guru berlaku di kelas akselerasi. Sistem ini layaknya sistem yang diberlakukan di perguruan tinggi, dengan menempatkan asisten
dosen pada mata kuliah tertentu. Yang membedakan dari sistem asisten dosen adalah bahwa siswa diberikan kesempatan yang sama
pada suatu waktu untuk mempresentasikan temuan inovatif yang berhubungan dengan materi yang diberikan kepada mereka.
c. Kematangan guru dalam mengajar
Dari jawaban senang, banyak asalan yang mengemuka, antara lain dapat digambarkan sebagai berikut:
1 Karena guru selalu mengajarkan sesuai dengan petunjuk atau
cara yang berurutan; 2
Karena cara menyampaikan pesan penuh dengan humor dan hiburan yang dapat menghilangkan kejenuhan;
3 Karena guru mnyampaikan penuh melalui cara-cara yang
interaktif yang membuat siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya;
4 Karena guru memberikan kesempatan yang luas kepada para
siswa untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan jawaban yang kadang-kadang hanya beralasan
bahwa apa yang disampaikan oleh guru matematika sulit dimengerti oleh siswa tersebut. Dan bagi siswa yang menjawab tidak senang
dengan apa yang disampaikan guru memiliki alasan bahwa siswa tersebut hanya menangkap materi pelajaran di sekolah dengan
kisaran pemahaman antara 15 – 20.
d. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas
Guru menyelesaikan suatu masalah matematika, siswa diberikan
kesempatan yang
seluas-luasnya untuk
mencari, menemukan, dan memformulasikan perhitungan matematika di luar
jalur yang tersedia. Oleh karena itu, mereka selalu memanfaatkan
fasilitas laboratorium matematika yang tersedia di SMAN 8 Jakarta, dengan fasilitas internet dan aplikasi-aplikasi matematika lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, mereka lebih senang
mengerjakan tugas
secara individual
dibandingkan berkelompok. Fakta ini mempertegas bahwa, siswa kelas akselerasi
yang memiliki kecerdasan tinggi ingin berusaha secara mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika.
Mereka mencari rumus-rumus dan konsep-konsep dasar matematika di internet, jurnal-jurnal langganan sekolah, buku
matematika terbitan luar negeri yang tersedia di perpustakaan sekolah, sampai mereka menemukan misteri matematika tersebut
secara maksimal. e.
Teknik menyelesaikan soal matematika Mayoritas dari jawaban siswa-siswa adalah dikerjakan
dengan sendiri sampai menemukan jawabannya. Sekiranya tidak memperoleh jawaban maka pilihan berada pada pihak berikut:
1 Guru, pihak guru menjadi alternatif terakhir untuk memperoleh
jawaban yang benar; 2
Orang tua dan anggota keluarga, rata-rata pihak keluarga merupakan kelas menengah ke atas, dari aspek pendidikan
setiangkat level sarjana dan pasca sarjana. Sehingga, ketika siswa-siswa mengalami kesulitan orang tua menjadi tumpuan
jawaban;
3 Teman sekelas dan kelas di atasnya, biasanya ini dilakukan untuk
memperoleh jawaban dengan cepat dan efektif. Temuan yang lain adalah bahwa guru jarang menggunakan
media pembelajaran di kelas, meskipun tersedia fasilitas internet dan slide di kelas. Dari jawaban siswa-siswa kelas akselerasi
menyebutkan bahwa semua siswa 100 menjawab guru matematika tidak menggunakan media pembelejaran di kelas. Alat-
alat yang biasa digunakan adalah spidol, papan tulis, dan buku pelajaran.
Beberapa jawaban yang mengemuka meskipun guru tidak menggunakan media:
1 Pemahaman matematika tidak tergantung pada media yang
dipakai oleh guru, melainkan sering tidanya siswa berlatih drill menjawab soal-soal matematika setiap kesempatan mempelajari
matematika itu sendiri; 2
Justru dengan metode problem based-learning memberikan umpan yang harus diselesaikan siswa, memberikan tugas dan
resitasi, siswa-siswa lebih menangkap esensi pelajaran
matematika. Hal itu sesuai dengan jawaban siswa atas hasil wawancara
diketahui bahwa siswa yang menjawab tentang cara yang paling mudah dalam memahami materi pada pelajaran matematika adalah
dengan pembelajaran berbasis masalah dengan jumlah 8 siswa
72,8. Kemudian jawaban siswa yang menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman materi matematika berjumlah 2
siswa 18,2, dan yang menjawab dengan cara atraktif dengan jumlah siswa yang menjawab sebanyak 1 orang 9,1.
Jawaban yang menjadi mayoritas dari responden adalah dengan pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang menemukan
masalah pada materi tertentu menjadi bahasan yang akan didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah. Setiap kesempatan
pembelajaran matematika, lebih dari satu masalah muncul yang pada umumnya bersumber dari siswa.
Meskipun demikian, mereka merasa pelajaran matematika tetap sulit dan rumit karena padatnya kurikulum yang harus di
selesaikan dalam waktu relatif cepat. Deskripsi jawaban yang mengalami kesulitan adalah sebagai berikut:
1 Tingkat kerumitan matematika itu sendiri, terutama menyangkut
rumus-rumus dan konsep matematika; 2
Kurang konsentrasi; 3
Kurang cepat memahami penjelasan guru; 4
Tidak menyukai pelajaran matematika. Para siswa kelas akselerasi merasakan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah. Karakteristik jawaban yang menjawab mudah dalam pelajaran matematika adalah:
1 Karena gemar dengan pelajaran matematika;
2 Karena merasa materi pelajaran matematika yang ada di sekolah
relatif mudah, kecuali untuk soal-soal yang diujikan mada olimpiade matematika dan sains.
f. Kehadiran siswa
Kehadiran siswa hanya dipatok 75 dari keadaan normal. Ini berbeda dengan kelas konvensional dengan kewajiban kehadiran
95 dari jumlah hari yang aktif dalam satu semester. Namun, siswa diberikan buku supervisi belajar yang dilakukan di luar kelas atau
sekolah. Para siswa biasanya diberikan waktu belajar di tempat lain
secara berkelompok, dengan menyerahkan bukti kunjungan atau tugas dengan disertai hasil penelitian atau temuan. Tugas tersebut
dapat dipresentasikan di dalam kelas dengan diundang beberapa perwakilan kelas yang berada di lingkungan sekolah SMAN 8
Jakarta. g.
Tempat belajar Kelas akselerasi dilaksanakan dalam format yang berbeda,
tidak sama dengan kelas-kelas reguler atau konvensional lainnya yang pada umumnya dilakukan. Pada kelas akselerasi di SMAN 8
Jakarta, rasio tempat pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas adalah 50 : 50. Rasio ini menunjukkan bahwa target kurikulum yang
harus diselesaikan siswa dan guru dalam rentang waktu yang relatif
singkat 3 tahun harus selesai dalam 2 tahun, maka strategi dan kerativitas pembelajaran mutlak dilakukan, termasuk pemilihan
tempat pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ada beberapa
tempat yang digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1
Laboratorium matematika. Di tempat ini biasanya siswa seharian penuh melakukan analisa dan penyelesaian soal-soal matematika
di laboratorium matematika SMAN 8 Jakarta. 2
Perpustakaan sekolah. Selain laboratorium matematika, proses pembelajaran juga dilangsungkan di perpustakaan sekolah yang
cukup memadai, terutama ketersediaan buku-buku referensi matematika dan jurnal luar negeri yang sangat membantu siswa
menyelesaikan masalah. 3
Perpustakaan Fakultas MIPA perguruam tinggi yang ada di wilayah jakarta, seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri
Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Gunadarma, Universitas Trisakti dan sebagainya. Di tempat itu pula dilakukan
sharing dan kajian bersama dengan beberapa mahasiswa senior dan dosen-dosen matematika di perguruan tinggi setempat.
4 Lembaga-Lembaga Riset dan Kajian Strategis seperti LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Puspitek Serpong, LAPAN Lembaga Penelitian Antariksa Nasional, dan
sebagainya.
h. Model Pembelajaran yang digunakan
Model pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran mandiri terstruktur dengan model pembelajaran berbasis masalah
problem based-learning. Model pembelejaran yang mengemuka dari jawaban siswa-siswa adalah dengan berlatih soal-soal setiap hari,
menggunakan alat peraga, dan disampaikan dengan menyenangkan. Namun, landasan pembelajaran yang sering dilaksanakan adalah
pembelajaran berbasis masalah.