Faktor Ancaman: Strategi pemasaran produk agroindustri kelapa berorientasi ekspor

penduduk yang meningkat tersebut, saat ini China merupakan negara dengan penduduk terbanyak yaitu sebesar 1.336.718.015 penduduk, disusul negara India dengan 1.189.172.906 penduduk, dan United States sebesar 313.232.044 penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk dunia dan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat dunia secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan permintaan produk desiccated coconut sebagai produk pangan yang biasanya digunakan kembali untuk diolah menjadi produk makanan lain seperti cookies , bikuit, roti, dan lainnya serta digunakan sebagai topping kue. 4 Pengembangan Industri Hilir Masih terbuka peluang untuk mengembangkan industri hilir yang produk akhirnya dapat diekspor sehingga memberi nilai tambah yang lebih dan keuntungan yang lebih besar. Produk hilir tersebut dapat berupa produk-produk makanan yang berbahan baku desiccated coconut , seperti cookies, biskuit, dan produk camilan lainnya seperti yang diproduksi oleh negara potensial China.

b. Faktor Ancaman:

Faktor ancaman yang dimiliki agroindustri desiccated coconut di Indonesia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1 Kualitas Proses Desiccated Coconut Negara Pesaing Lebih Bagus Negara pesaing terbesar Indonesia dalam mengekspor produk desiccated coconut adalah negara Filipina. Tercatat dalam Coconut Statistical Yearbook APCC 2009, jumlah ekspor desiccated coconut negara Indonesia berada di peringkat kedua yaitu sebesar 46.699 ton sedangkan jumlah ekspor desiccated coconut negara Filipina berada di peringkat pertama yaitu sebesar 116.421 ton. Hal ini dikarenakan produk desiccated coconut Filipina memiliki kualitas yang sangat baik dan higienis yang salah satunya disebabkan oleh penerapan Good Manufacturing Process GMP yang telah menyeluruh di seluruh industri desiccated coconut di Filipina. Proses produksi desiccated coconut di negara Filipina sangat higienis, sehingga negara-negara pengimpor desiccated coconut seperti negara-negara Eropa dan USA yang merupakan negara yang sangat mementingkan kualitas kebersihan produk pangannya dari sejak bahan baku, proses, dan hasil produk akhirnya, lebih memilih mengimpor desiccated coconut dari negara Filipina tersebut. 2 Ekspor Bahan Baku Kelapa Utuh Masih banyaknya petani kelapa yang menjual bahan baku buah kelapa utuh ke negara lain yang wilayahnya dekat dengan Indonesia seperti Malaysia dan Singapore menjadi ancaman bagi negara Indonesia sendiri. Hal ini menyebabkan banyak industri pengolah kelapa di Indonesia yang kekurangan bahan baku. Sementara negara pesaing menghasilkan produk turunan kelapa dengan jumlah besar untuk diekspor ke negara potensial. Berdasarkan data dari Pulau Sambu Group 2011, yang mana industrinya berada di wilayah perbatasan Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau, jumlah ekspor dan perdagangan lintas batas kelapa butiran tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini. Tabel 21. Jumlah Ekspor dan Perdagangan Lintas Batas Kelapa Bulat Tahun 2006 Tahun 2007 Ekspor 8.734.700 10.444.000 Lintas Batas 7.509.000 7.797.000 Jumlah 16.243.700 18.241.000 Diperkirakan jumlah tersebut di atas meningkat pesat dalam tahun 2010, sehingga pada awal tahun 2011 telah mencapai sekitar 15.000.000 butir sampai dengan 30.000.000 butir per bulan atau sekitar 500.000 butir sampai dengan 1.000.000 butir perhari. 3 Teknologi Proses Negara Pesaing Lebih Canggih Teknologi proses yang dilakukan Indonesia dalam memproduksi desiccated coconut masih cenderung kurang canggih dibandingkan dengan teknologi proses yang dilakukan oleh negara Filipina. Dalam memproduksi desiccated coconut, Filipina menggunakan alat dan mesin yang berasal dan dirancang dari USA. Permintaan desiccated coconut dari negara USA sangat besar dan Filipina merupakan negara pengekspor desiccated coconut terbesar di dunia, sehingga mereka bekerja sama dengan USA sebagai pembuat mesin canggih untuk proses pembuatan desiccated coconut dan Filipina sebagai pensuplai produk desiccated coconut untuk USA. Hal ini merupakan salah satu sebab meskipun USA adalah negara pengimpor desiccated coconut terbesar di dunia pada tahun 2009 mengimpor sebesar 35.886 ton, namun jumlah impornya dari Indonesia sangat kecil , yaitu hanya sekitar 26 ton pada tahun 2009 APCC, 2009. 4 Manajemen Industri Negara Pesaing Lebih Baik Salah satu alasan mengapa negara Filipina merupakan negara pengekspor produk kelapa terbesar di dunia adalah karena manajemen industri yang diterapkan di sebagian besar agroindustri kelapa negara tersebut lebih baik dibandingkan dengan negara Indonesia. Filipina menerapkan manajemen industri yang sangat baik, dimulai dari manajemen prosesnya yang menerapkan sistem proses produksi kualitas tinggi seperti penerapan GMP Good Manufacturing Process dan penerapan HACCP Hazard Analysis Critical Control Point yang menunjang kualitas dan nilai kesehatan dari produk yang diciptakannya. Selain itu, sistem manajemen pemasaran dari sebagian besar agroindustri kelapa Filipina juga sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hubungan Filipina dengan negara-negara potensial ekspor produk agroindustri kelapa yang erat dan terjalin hubungan yang saling bekerja sama dan saling menguntungkan, seperti yang terjadi antara negara Filipina dan USA. Selain itu, banyaknya penduduk Filipina yang tinggal di USA juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tersebarnya produk-produk kelapa Filipina di USA. Manajemen sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebagian besar agroindustri kelapa Filipina juga sangat baik, seperti pemberian reward, peraturan yang ketat dan penerapan sikap disipilin dari perusahaan menyebabkan para pekerja Filipina sebagian besar mermiliki etos kerja yang tinggi. Para pekerja Filipina memiliki sikap, etika, dan kebiasaan yang baik seperti rajin, pekerja keras, ulet, dan disiplin yang membuat mereka dapat memajukan agroindustri kelapa di negaranya. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang mana manajemen industrinya sebagian besar masih belum baik. Agroindustri kelapa di Indonesia sebagian besar masih belum menerapkan HACCP dan GMP. Hal ini menyebabkan kualitas produk yang dihasilkan belum sebaik negara Filipina dan menyebabkan negara-negara potensial ekspor produk agroindustri kelapa, seperti negara-negara Eropa dan USA yang sangat mementingkan kualitas dan keamanan produk pangan yang masuk ke negaranya, tidak mengimpor produk kelapa dari agroindustri kelapa di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan para pekerja di Indonesia sebagian besar masih memiliki etos kerja yang rendah, yang masih lebih mementingkan keuntungan besar yang diperoleh saat ini tanpa perduli kontinuitas dari keuntungan tersebut. Sehingga banyak industri produk agroindustri kelapa di Indonesia yang tidak kontinu bangkrut di tengah jalan. Hal ini menjadi ancaman bagi agroindustri kelapa di Indonesia karena negara pesaingnya lebih ulet dalam menjalankan usaha dan produksi produk agroindustri kelapa. 5 Impor dari Negara Singapore Lebih Mudah Negara-negara potensial ekspor produk agroindustri kelapa yang berada di Amerika dan Eropa lebih menyukai membeli produk agroindustri kelapa di Singapore dibandingkan dengan di Indonesia. Hal ini dikarenakan birokrasi penjualan ekspor di Singapore lebih sederhana dan mudah, serta kepercayaan Bank dalam memberikan Letter of Credit LC lebih mudah diberikan. Ini merupakan salah satu alasan agroindustri kelapa di Indonesia yang mengekspor hampir 100 produknya memiliki market office kantor pemasaran di Singapore, seperti yang dilakukan oleh PT. Pulau Sambu. Sehingga akibat dari kegiatan re- export ini adalah para agroindustri kelapa di Indonesia dapat dimonopoli penjualannya oleh para traders di Singapore. Tabel 22. Matriks EFE untuk Industri Desiccated Coconut Faktor Strategis Eksternal Bobot a Rating b Skor a x b 1 Peluang

1. Permintaan pasar ekspor besar dan cenderung naik 0,13

3.25 0,42 2. Perdagangan global semakin terbuka luas 0,10 3,25 0,33 3. Peningkatan jumlah penduduk dunia 0,07 3,5 0,25 4. Pengembangan industri hilir 0,12 2,75 0,33

2 Ancaman

1. Kualitas proses desiccated coconut negara pesaing lebih bagus 0,11 3.25 0,36 2. Ekspor bahan baku kelapa utuh 0,14 2,25 0,32 3. Teknologi proses negara pesaing lebih canggih 0,11 2,75 0,30 4. Manajemen industri negara pesaing lebih baik 0,13 2,25 0,29

5. Impor dari negara Singapore lebih mudah 0,09

2,25 0,20 Total 1,00 2,8 Matriks EFE diperoleh melalui penilaian pakar mengenai sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal berpengaruh terhadap ekspor agroindustri desiccated coconut Indonesia. Setiap pakar memberikan penilaian bobot dan peringkat terhadap masing-masing faktor strategis eksternal agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya. Penilaian pada kuesioner untuk matriks EFE dilakukan oleh pakar yang sama pada matriks IFE seperti yang terdapat pada Lampiran 7. Penilaian pakar tersebut kemudian diambil nilai rata-rata dari seluruh penilaian para pakar untuk memperoleh nilai rata-rata seperti yang terdapat pada Tabel 22 di atas. Berdasarkan Tabel 22, analisis matriks EFE yang dilakukan menghasilkan total skor sebesar 2,8. Total skor EFE ini mengindikasikan bahwa kemampuan agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya dalam merespon lingkungan eksternalnya di atas rata-rata. Peluang utama dalam lingkungan eskternal agroindustri desiccated coconut Indonesia dalam melakukan kegiatan eskpor ini ditunjukkan oleh faktor peluang permintaan pasar eskpor besar dan cenderung naik total skor terbesar yaitu 0,42. Hal ini memang menjadi peluang utama dalam mengembangkan dan meningkatkan jumlah ekspor desiccated coconut Indonesia karena memang permintaan pasar ekspor sangat mendukung dengan ingin ditingkatkannya ekspor desiccated coconut Indonesia. Sedangkan ancaman utama bagi agroindustri desiccated coconut Indonesia dalam mengekspor produk desiccated coconut adalah kegiatan impor dari negara Singapore lebih mudah dengan total skor terkecil yaitu sebesar 0,20. Hal ini menjadi ancaman utama dikarenakan kegiatan impor yang mudah birokrasinya dan pemberian LC dari Bank di Singapore yang lebih mudah diberikan menyebabkan banyaknya negara pasar potensial desiccated coconut yang mengimpor atau membeli produk desiccated coconut disana, sehingga pembeli desiccated coconut di Indonesia menjadi berkurang dan akan banyak traders di Singapore yang membeli produk di Indonesia kemudian dijual kembali langsung kepada negara- negara potensial yang menyebabkan Indonesia tidak berhubungan langsung dengan pasar potensialnya.

3. Analisis Matriks Internal-External Matriks I-E

Analisis matriks Internal-Eksternal matriks I-E digunakan untuk mengetahui posisi agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya saat ini. Matriks I-E didasarkan pada total skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Merujuk pada Tabel 19 dan Tabel 22, diperoleh nilai matriks IFE sebesar 2,17, sedangkan nilai matriks EFE sebesar 2,8. Melalui total skor dalam matriks IFE dan EFE, maka dapat digambarkan posisi agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya dalam matriks I-E seperti pada Gambar 22. Total Skor EFE Total Skor IFE Kuat 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99 Tinggi 3,0-4,0 I II III Rata-rata 2,0-2,99 IV V VI Rendah 1,0-1,99 VII VIII IX Gambar 22. Posisi Agroindustri Desiccated Coconut dalam Matriks Internal-Eksternal Berdasarkan pada matriks Internal-Eksternal, agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya berada pada posisi sel V yaitu pada tahap pertahankan dan pelihara hold and maintain. Posisi ini akan menentukan strategi pemasaran yang dapat diterapkan. Menurut David 2009, strategi yang sebaiknya diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Menurut Umar 2003, strategi penetrasi pasar adalah strategi yang berusaha meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha pemasaran yang lebih besar, diantaranya dengan menambah jumlah tenaga penjual dan biaya untuk promosi penjualan. Sedangkan strategi pengembangan produk yaitu strategi yang bertujuan agar industri dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk-produk yang ada sekarang. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi pada agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya saat ini. Penjualan ekspor desiccated coconut yang masih dibawah negara pesaing lain terjadi dikarenakan masih belum banyak agroindustri Indonesia yang bisa menciptakan desiccated coconut dengan kualitas yang diinginkan pasar terutama pasar-pasar Eropa dan Amerika karena negara-negara Eropa dan Amerika memiliki standar sendiri untuk produk-produk pangan yang masuk ke negaranya, dan hanya agroindustri desiccated coconut yang skala besar saja yang sudah dapat mengekspor produk desiccated coconut , dikarenakan penerapan SNI dan standar kualitas negara pengimpor yang telah mereka terapkan, juga GMP yang telah mereka terapkan. Hal ini yang menyebabkan masih kurangnya jumlah ekspor desiccated coconut Indonesia, sehingga memang diperlukan modifikasi produk, penambahan kualitas produk, serta meningkatkan akses ke pasar. Sistem promosi yang baik mendukung peningkatan penjualan produk di pasar ekspor. Tanpa pemasaran dan pengenalan produk desiccated coconut Indonesia ke pasar ekspor, akan sulit bagi produk desiccated coconut indonesia untuk menyaingi penjualan ekspor produk desiccated coconut negara lain. Dilihat dari Gambar 22 di atas, posisi agroindustri desiccated coconut DC berada pada sel V yang menunjukkan nilai eksternal yang lebih besar dibanding internalnya. Oleh karena itu, sebaiknya diterapkan strategi yang menjadikan posisi agroindustri DC Indonesia berada pada sel II dengan meningkatkan faktor eksternalnya sehingga menjadi lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 22, peluang utama dalam meningkatkan ekspor DC Indonesia adalah meningkatnya permintaan pasar ekspor, sedangkan ancaman utamanya adalah impor dari negara Singapore yang lebih mudah. Oleh karena itu, strategi yang sebaiknya diterapkan adalah dengan penetrasi pasar guna memenuhi permintaan seluruh pasar ekspor serta dengan menerapkan regulasi yang lebih ringan dalam proses ekspor produk kelapa Indonesia.

4.3.3 Analisis Matriks SWOT Agroindustri Desiccated Coconut

Analisis SWOT Strengths-Weakness-Opportunities-Threats merumuskan alternatif- alternatif strategi pemasaran yang bisa digunakan oleh agroindustri desiccated coconut Indonesia dalam mengeskpor produk desiccated coconut berdasarkan kondisi agroindustri saat ini yang digambarkan pada matriks I-E seperti Gambar 22, yaitu pada posisi sel V tahap pertahankan dan pelihara. Alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan melalui analisis SWOT disusun dengan menggunakan kombinasi antara faktor-faktor strategis internal dan eskternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mana faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan studi pustaka, literatur internet, dan diskusi serta wawancara pakar. Hasil analisis SWOT agroindustri desiccated coconut Indonesia pada umumnya dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Matriks SWOT Industri Desiccated Coconut Internal Eksternal Kekuatan Strengths 1. Ketersediaan bahan baku melimpah, yaitu sebanyak 3,85 juta hektar dengan produksi buah kelapa 16,5 miliar butir buah kelapa 2. Promosi penjualan cukup baik, melalui website, Cocoinfo International , Directory Traders APCC 3. Dapat menghasilkan produk lain berupa santan dengan memproduksi desiccated coconut lowfat Kelemahan Weakness 1. Kualitas produk yang dihasilkan IKM dan petani belum seragam serta belum sesuai SNI dan standar mutu internasional 2. Infrastruktur kurang memadai, seperti masih kurang berkualitasnya pelabuhan internasional dan pasokan listrik 3. Sinkronisasi kebijakan pemerintah masih kurang 4. Kontinuitas bahan baku masih tidak stabil, masih banyak petani ekspor kelapa butiran dan jumlah tanaman kelapa yang menghasilkan menurun dari 2.789.416 ha pada tahun 2007 menjadi 2.773.489 pada tahun 2009 5. Aplikasi desiccated coconut tidak banyak berkembang, masih digunakan untuk cookies , bakery, biscuit Peluang Opportunities 1. Permintaan pasar ekspor cukup besar dan cenderung naik, meningkat dari tahun 2008-2009 sebesar 12,3 2. Perdagangan global semakin terbuka luas dengan adanya CAFTA dan free export taxes 3. Peningkatan jumlah penduduk dunia, yang mana saat ini mencapai 6.918.687.238 penduduk, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6.884.215.263 4. Pengembangan industri hilir menjadi produk yang lebih bernilai tambah seperti cookies , biscuits, bakery Strategi S-O 1. Memperluas daerah pemasaran ke pasar-pasar yang baru tumbuh, seperti Eropa Timur, Arab, China, dan Rusia serta negara potensial seperti Amerika dan Uni Eropa S 1 , S 2 , S 3 , O 1 , O 2 , O 3 2. Meningkatkan promosi melalui kerjasama dengan pemerintah dan kedutaan negara Indonesia di negara pasar potensial S 1 , S 2 , S 3 , O 1 , O 2 , O 3 , O 4 Strategi W-O 1. Meningkatkan kualitas produk terutama dari segi sifat higienisnya S 1 , O 1 , O 2 , O 3 2. Mengembangkan produk antara lain menjadi cookies, biskuit, sehingga lebih bernilai tambah W 4 , W 5 , O 2 , O 3 , O 4 Ancaman Threats 1. Kualitas proses desiccated coconut negara pesaing lebih bagus disebabkan penerapan GMP Good Manufacturing Process yang menyeluruh 2. Ekspor bahan baku kelapa utuh mencapai 10,4 juta butir pada tahun 2007 3. Teknologi proses negara pesaing lebih canggih dengan menggunakan peralatan dan mesin dari negara maju seperti Amerika 4. Manajemen industri negara pesaing lebih baik dengan penerapan GMP dan HACCP serta manajemen SDM yang baik sehingga para pekerja memiliki etos kerja yang tinggi 5. Impor dari negara Singapore lebih mudah dalam hal pemberian LC dan birokrasi ekspor-impornya lebih sederhana Strategi S-T 1. Mengusahakan pengembangan dan pelatihan manajemen industri desiccated coconut indonesia sehingga lebih teratur dan pekerjanya memiliki etos kerja tinggi S 1 , S 2 , S 3 , T 1 , T 3 , T 4 2. Meningkatkan kualitas proses dan teknologi proses industri desiccated coconut Indonesia yang dibantu oleh pemerintah dengan penerapan dan pelatihan GMP, HACCP, serta penyediaan alat-alat dan mesin canggih S 1 , S 2 , T 1 , T 3 , T 4 Strategi W-T 1. Memperbaiki infrastruktur yang ada dan menambah infrastruktur agar memperlancar proses ekspor W 2 , W 3 , T 1 , T 3 , T 4 , T 5 2. Meningkatkan efisiensi proses dengan melakukan proses pengolahan kelapa terpadu agar dapat membeli kelapa butiran dengan harga lebih mahal dibanding pesaing W 3 , W 4 , T 2 , T 3 , T 4 3. Meningkatkan kemudahan birokrasi dalam proses ekspor- impor dengan meningkatkan tingkat keamanan di pelabuhan, pemberrian kemudahan dalam hal perizinan, serta pemberian kepercayaan yang mudah dalam mengeluarkan LC W 2 , W 3 , T 5 Berdasarkan analisis matriks SWOT tersebut, dirumuskan strategi-strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan sebagai berikut:

1. Strategi SO

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Rangkuti, 2006. Berdasarkan analisis matriks SWOT pada agroindustri desiccated coconut Indonesia, dihasilkan dua alternatif strategi SO yaitu: 1 Memperluas daerah pemasaran, 2 Meningkatkan promosi melalui kerjasama dengan pemerintah dan kedutaan negara Indonesia di negara pasar potensial. Agroindustri desiccated coconut Indonesia perlu memperluas daerah pemasaran ekspor yang kini telah terjelajahi. Hal ini dikarenakan sampai tahun 1980, Indonesia masih belum diperbolehkan mengekspor produk kelapa karena kelapa dijadikan minyak goreng untuk kebutuhan domestik yang mana hal ini terjadi pada saat sebelum adanya minyak kelapa sawit. Sehingga Indonesia terlambat memasuki pasar ekspor kelapa dan hanya mampu merebut pasar-pasar baru atau permintaan tambahan dari pasar-pasar yang sebelumnya telah direbut Filipina dan Srilanka. Oleh karena itu, untuk meningkatkan volume ekspor dari agroindustri desiccated coconut itu sendiri diperlukan perluasan daerah pemasaran untuk mengisi pasar-pasar yang baru tumbuh, seperti Eropa Timur, Arab, China, dan Rusia. Selain itu juga perlu dilakukan pemasaran yang lebih intensif ke negara-negara potensial yang memiliki permintaan cukup besar untuk produk-produk kelapa seperti Amerika dan Eropa. Seperti yang dinyatakan oleh Kotler 1997, strategi pengembangan pasar baru merupakan salah satu strategi pertumbuhan intensif, kisi ekspansi pasar atau produk. Selain perluasan daerah pemasaran, guna meningkatkan ekspor agroindustri desiccated coconut Indonesia juga diperlukan peningkatan promosi yang tidak hanya dilakukan oleh agroindustri itu sendiri, namun juga dibantu dan didukung oleh pemerintah, baik dari Kementrian Perdagangan maupun dari Kementrian Perindustrian, serta bantuan dari kedutaan Indonesia yang berada di negara pasar potensial. Peningkatan promosi ini dapat dilakukan dengan bantuan pemerintah dengan memberikan bantuan dana untuk agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga dapat menghadiri pameran produk di negara potensial tersebut yang mana kedutaan membantu untuk selalu memberi informasi terbaru mengenai acara pameran produk di negara potensial, sehingga agroindustri Indonesia dapat ikut serta memperkenalkan produknya secara langsung dan berhubungan secara langsung dengan para importir. Hal ini dapat menunjang agroindustri desiccated coconut indonesia berhubungan secara langsung dan menjalin mitra kerja secara langsung dengan importir industri pangan yang menggunakan desiccated coconut di industrinya.

2. Strategi WO

Menurut David 2009, strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat dua alternatif strategi untuk strategi WO, yaitu: 1 Meningkatkan kualitas produk untuk mempertahankan pelanggan lama dan meraih pelanggan baru, 2 Mengembangkan produk sehingga lebih bernilai tambah. Kualitas produk desiccated coconut Indonesia sebenarnya telah sesuai dengan standar internasional maupun SNI, namun sebagian besar industri desiccated coconut indonesia yang telah mampu menjual produk desiccated coconut nya ke pasar ekspor masih belum besar. Hal ini dikarenakan desiccated coconut merupakan produk yang pengaplikasiannya 100 untuk pangan, sehingga kualitas kebersihan dan higienis produk ini merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bahan pertimbangan utama dalam membeli produk ini oleh para importir. Sedangkan sebagian besar agroindustri desiccated coconut Indonesia masih belum mementingkan pentingnya kebersihan dan higienis mulai dari bahan baku, proses, sampai produk akhir desiccated coconut tersebut. Inilah yang menyebabkan diperlukannya peningkatan kualitas produk desiccated coconut yang dihasilkan agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga dapat bersaing di pasaran dan dapat merebut pasar potensial desiccated coconut yang sebagian besar merupakan negara-negara pemerhati kehigienisan produk pangan seperti negara-negara Eropa dan USA. Seperti yang dinyatakan oleh Dirjend Perdagangan Luar Negeri 2009 bahwa US Food and Drug Administration FDAA mensyaratkan ekspor hasil pertanian ke Amerika dengan sistem jaminan mutu menggunakan pola HACCP Hazard Analytical Critical Control Point. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas produk desiccated coconut Indonesia dengan melakukan penerapan Good Manufacturing Process sehingga mulai dari bahan baku, proses produksi, sampai produk akhirnya terjamin kualitas dan nilai higienisnya. Sehingga dapat memasuki pasar Amerika sebagai negara dengan volume estimasi konsumsi desiccated coconut terbesar di dunia, yaitu sebesar 35.301 ton pada tahun 2009 APCC, 2009. Pengembangan produk juga diperlukan guna meningkatkan volume eskpor produk kelapa Indonesia. Dengan mengembangkan produk desiccated coconut hingga lebih kepada produk hilir seperti produk-produk makanan yang berbahan baku desiccated coconut, seperti cookies , biskuit, dan produk camilan lainnya seperti yang diproduksi oleh negara potensial China, maka akan terdapat peningkatan nilai tambah yang mana juga meningkatkan keuntungan, serta penambahan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia. Selain itu, dengan menciptakan desiccated coconut low fat sebagai bahan baku produk tersebut, maka akan terdapat produk tambahan yang juga dapat dijual di pasar ekspor maupun pasar domestik, yaitu santan. Hal ini tentunya sangat mampu meningkatkan nilai tambah dari kelapa serta dapat memberi keuntungan lebih bagi agroindustri desiccated coconut Indonesia.

3. Strategi ST

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang adaManktelow dan Carlson, 2011. Terdapat dua alternatif strategi pemasaran yang dirumuskan melalui strategi ST, yaitu: 1 Mengusahakan pengembangan dan pelatihan manajemen industri desiccated coconut Indonesia sehingga lebih teratur dan pekerjanya memiliki etos kerja tinggi, 2 Meningkatkan kualitas proses dan teknologi proses industri desiccated coconut Indonesia yang dibantu oleh pemerintah. Strategi pelatihan manajemen industri bertujuan untuk menciptakan agroindustri desiccated coconut yang memiliki manajemen industri yang baik, teratur, disiplin, sehingga memiliki pekerja yang beretos kerja tinggi serta manajemen proses yang higienis dengan teknologi canggih dan proses produksi desiccated coconut yang higienis sehingga dapat menyaingi pesaing utama, seperti Filipina dan Srilanka. Dengan pelatihan manajemen industri yang diciptakan atau diatur dan diselenggarakan secara rutin oleh industrinya sendiri maupun dengan bantuan fasilitas dari pemerintah, manajemen industri desiccated coconut Indonesia dapat lebih maju dibanding negara lain dan dapat menghasilkan produk desiccated coconut dengan kualitas lebih baik serta mampu dipercaya oleh negara-negara pasar potensial untuk memenuhi kebutuhan desiccated coconut mereka. Terutama negara Amerika, sebagai negara yang sangat memperhatikan kualitas proses produksi produk pangan yang masuk ke negaranya, yang merupakan negara pengimpor desiccated coconut terbanyak di dunia yaitu sebesar 35.886 ton pada tahun 2009 APCC, 2009. Peningkatan kualitas proses dan teknologi proses yang dibantu pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga negara-negara Eropa dan Amerika mau membeli produk desiccated coconut Indonesia, tidak hanya kepada industri-industri yang telah besar, namun juga industri yang masih menengah dan masih berkembang. Dengan adanya bantuan pemerintah seperti penyediaan alat dan mesin atau bantuan dana untuk membeli alat dan mesin, serta pelatihan GMP Good Manufacturing Practice yang diberikan kepada agroindustri desiccated coconut Indonesia dapat meningkatkan kualitas agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga akan banyak importir desiccated coconut yang membeli desiccated coconut ke Indonesia dan hal tersebut dapat meningkatkan ekspor desiccated coconut Indonesia.

4. Strategi WT

Strategi WT adalah strategi yang bersifat defensif dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman David, 2009. Terdapat tiga alternatif strategi WT yang dapat diterapkan, yaitu: 1 Memperbaiki infrastruktur yang ada dan menambah infrastruktur agar memperlancar proses ekspor, 2 Meningkatkan efisiensi proses agar dapat membeli kelapa butiran dengan harga lebih mahal dibanding pesaing, 3 Meningkatkan kemudahan birolrasi dalam proses ekspor-impor. Memperbaiki dan menambah infrastruktur sangat dibutuhkan guna menunjang kelancaran proses dan distribusi ekspor produk desiccated coconut ini. Contohnya untuk infrastruktur seperti pelabuhan internasional. Tentunya bukan hal yang mudah untuk menciptakan infrastruktur ini, oleh karena itu bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur yang ada agar sistem di pelabuhan internasional tersebut berjalan lebih lancar dan baik dapat memperlancar proses ekspor. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki agar tidak terjadi kemacetan di sekitar pelabuhan, pengusahaan air bersih, pengusahaan alat bongkar muatan agar tidak lama pengoperasiannya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, agroindustri juga perlu mendukung agar bisa saling menjaga infrastruktur yang ada. Efisiensi proses juga diperlukan agar industri dapat memperoleh keuntungan yang lebih dan tidak terdapat bahan baku yang terbuang sia-sia. Efisiensi proses dilakukan dengan pengusahaan proses pengolahan kelapa terpad dengan unit pengolahan yang dapat menghasilkan beraneka ragam produk dan memanfaatkan seluruh bagian dari kelapa yang dibeli industri di petani sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan harga kelapa petani, sehingga industri dapat membeli kelapa dengan harga yang tinggi, sehingga petani juga tidak mengekspor kelapa butir ke negara lain karena industri di negeri sendiri mampu membeli dengan harga mahal yang diinginkan petani. Hal ini dapat saling menguntungkan kedua belah pihak dan meningkatkan ekspor kelapa Indonesia. Ini merupakan salah satu strategi menguasai bahan baku dari dalam negeri sendiri. Peningkatan kemudahan birokrasi dalam proses ekspor-impor bertujuan agar para pembeli dari negara potensial tidak merasa kesulitan dalam melakukan proses impor dari negara Indonesia. Kemudahan birokrasi tidak hanya dalam hal perizinan, namun juga dalam hal keamanan yang biasanya terdapat permintaan tarif tertentu dari pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga memperlambat proses pengiriman barang ke negara pasar potensial. Hal ini dapat diterapkan dengan kebijakan dari pemerintah untuk tidak mempersulit masalah perizinan, meningkatkan keamanan di sekitar pelabuhan internasional, serta menempatkan aparat pemerintahan yang bertanggung jawab untuk ditugaskan di sekitar pelabuhan internasional, baik itu dari pihak bea cukai, maupun dari pihak Dinas Perhubungan. Tentu saja hal ini dapat meningkatkan ekspor produk kelapa Indonesia.

4.3.4 Strategi Pemasaran Ekspor Produk Desiccated Coconut

Berdasarkan matriks Boston Consulting Group Matriks BCG yang telah dilakukan, posisi agroindustri desiccated coconut Indonesia berada pada posisi dogs. Hal ini menandakan pertumbuhan pasar industri tersebut masih rendah dengan pangsa pasar relatif yang masih di bawah 50 dari pangsa pasar pesaing utama yaitu Filipina. Posisi ini menunjukkan rasionalisasi merupakan strategi terbaik untuk dijalankan, karena banyak divisi dalam posisi ini menjadi baik setelah usaha pengurangan aset dan biaya, dan kembali menjadi divisi yang dapat hidup dan memperoleh laba. Sedangkan berdasarkan matriks internal-eksternal yang telah dilakukan, agroindustri desiccated coconut Indonesia berada pada posisi sel V yang berarti berada pada tahap pertahankan dan pelihara sehingga perlu melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dilihat dari posisi agroindustri desiccated coconut Indonesia seperti yang dijelaskan di atas dan berbagai alternatif strategi terbaik berdasarkan matriks SWOT yang telah dibuat, strategi terbaik dan yang sebaiknya dilaksanakan untuk memajukan dan meningkatkan ekspor produk desiccated coconut Indonesia antara lain dengan meningkatkan efisiensi proses agar dapat memperkecil biaya dan meningkatkan keuntungan, meningkatkan kualitas produk terutama dari segi sifat higienisnya dikarenakan desiccated coconut merupakan produk yang 100 penggunaannya untuk memproduksi pangan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar ekspor yang semakin meningkat, meningkatkan kemudahan birokrasi dalam proses ekspor-impor dengan meningkatkan tingkat keamanan di pelabuhan, pemberian kemudahan dalam hal perizinan, serta pemberian kepercayaan yang mudah dalam mengeluarkan LC guna mengatasi ancaman utama yang mana impor dari Singapore lebih mudah, memperluas daerah pemasaran ke pasar-pasar yang baru tumbuh seperti Eropa Timur, Arab, China, dan Rusia, dan mengembangkan produk sehingga bernilai tambah seperti cookies, biscuits, bakery . Peningkatan efisiensi proses dilakukan untuk menghasilkan berbagai macam produk dalam pengolahan per butir kelapanya. Dengan demikian, akan banyak produk yang dapat dijual sehingga mampu menutupi dan mengurangi biaya serta memperoleh keuntungan lebih. Hal ini sangat penting untuk dilakukan sebab posisi agroindustri desiccated coconut Indonesia yang masih berada pada posisi dogs memerlukan strategi pengurangan aset dan biaya agar kedepannya desiccated coconut dapat tetap tumbuh dan meningkat penjualannya. Peningkatan kualitas produk merupakan strategi yang juga tepat dilakukan saat ini guna meningkatkan permintaan dari pasar-pasar yang baru dimasuki maupun pasar-pasar yang telah menjadi pelanggan sebelumnya. Perluasan daerah pemasaran dan pengembangan produk menjadi produk yang lebih bernilai tambah juga sangat penting untuk dilakukan sebagaimana sesuai dengan posisi industri pada matriks internal-eksternal yaitu pada posisi sel V dengan strategi terbaiknya yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.

4.3.5 Analisis Posisi Kompetitif Relatif Agroindustri Minyak Kelapa

Analisis posisi kompetitif relatif agroindustri minyak kelapa digambarkan dalam matriks BCG yang merupakan pendekatan portofolio perusahaan. Matriks BCG dibuat berdasarkan volume eskpor minyak kelapa Indonesia dan kompetitor utamanya yaitu Filipina, seperti disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Volume Ekspor Minyak Kelapa Indonesia dan Filipina Tahun Indonesia MT Filipina MT 2005 745.742 1.151.639 2006 519.556 1.070.269 2007 739.923 886.561 2008 649.255 847.626 2009 570.311 826.237 Berdasarkan Tabel 24 di atas, pertumbuhan pasar minyak kelapa Indonesia mengalami penurunan drastis dari tahun 2005 ke tahun 2006, namun kemudian naik kembali pada tahun 2007 dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2009. Hal ini menunjukkan ketidakkonstanan pertumbuhan pasar ekspor minyak kelapa Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada negara Filipina yang terus menerus mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Nilai pertumbuhan pasar minyak kelapa Indonesia dari tahun 2008 ke tahun 2009 adalah sebesar -12,2 . Sedangkan pangsa pasar relatif industri minyak kelapa Indonesia terhadap pesaing utamanya yaitu Filipina pada tahun 2009 sebesar 69. Hal ini menunjukkan pangsa pasar produk minyak kelapa yang dimiliki Indonesia sebesar 0,69 dari pangsa pasar yang dimiliki Filipina. Berdasarkan nilai pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif minyak kelapa Indonesia yang diperoleh tersebut, dapat dibuat plot pada diagram matriks BCG seperti disajikan pada Gambar 23. Gambar 23. Matriks BCG Agroindustri Minyak Kelapa Indonesia Tahun 2009 Pada Gambar 23 tersebut industri minyak kelapa berada pada sel cash cow dimana posisi ini menunjukkan industri memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang rendah namun pangsa pasar yang dimilikinya relatif besar. Pada posisi ini pasar dalam kondisi telah dewasa, karena tingkat pertumbuhan pasar yang relatif rendah. Meskipun demikian, menurut David 2009, posisi pada dogs ini menunjukkan posisi internal dan eksternal industri masih cukup lemah sehingga diperlukan penciutan atau pengurangan aset dan biaya yang ketat agar industri tetap mampu menghasilkan keuntungan. Cash cow menunjukkan sapi perah yang menghasilkan banyak kas bagi industri. Dalam kondisi seperti ini industri disarankan untuk menerapkan defensive strategy yang bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dari pesaing dan menjaga kelompok produk dari serangan produk substitusi. Menurut Umar 1999, posisi cash cow dapat bertahan selama mungkin jika menerapkan strategi product development atau concentric diversification yaitu dengan cara menambah produk baru tapi masih berhubungan dengan produk yang sudah ada. Dalam kasus minyak kelapa, produk baru tersebut dapat berupa minyak goreng atau produk-produk oleochemical minyak kelapa yang dapat digunakan dalam proses produksi produk selanjutnya seperti deterjen, sabun, dan lain sebagainya.

4.3.6 Analisis Internal dan Eksternal Agroindustri Minyak Kelapa

Seperti yang telah dilakukan untuk agroindustri desiccated coconut sebelumnya, analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan usaha agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami kekuatan dan kelemahan agroindustri sehingga dapat mengoptimalkan kekuatan dan menekan kelemahan yang dimiliki dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan. Analisis eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang akan dihadapi usaha agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan di pasar ekspor. Hal ini dilakukan untuk memahami Star II Question Mark I Cash Cow III Dogs IV Pangsa Pasar Relatif Tinggi 1,0 Sedang 0,50 Rendah 0,0 Tingkat Pertumbuhan Pasar Tinggi +20 Sedang Rendah -20 peluang dan ancaman agroindustri dalam memasarkan produknya di pasar ekspor sehingga menentukan perencanaan strategi yang efektif dalam memasarkan produk di pasar ekspor. Analisis internal dan eksternal dari agroindustri minyak kelapa ini dilakukan dengan cara studi pustaka, mencari referensi dari internet mengenai agroindustri minyak kelapa Indonesia, melakukan diskusi dan wawancara dengan pakar kelapa dari berbagai pihak seperti yang telah disebutkan sebelumnya, serta dengan melakukan pengisian kuesioner oleh para pakar untuk pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut yang kuesionernya dapat dilihat pada Lampiran 7.

1. Analisis Internal Factor Evaluation IFE

Analisis internal industri minyak kelapa terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan yang dapat dilihat pada Tabel 25. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Kekuatan