PENUTUP Evaluasi Program Pemberdayaan Masyrakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Kramat Pela Jakarta Selatan

viii DAFTAR LAMPIRAN LAMPRAN 1 : Surat Bimbingan Skripsi LAMPRAN 2 : Surat Izin Penelitian Skripsi LAMPRAN 3 : Surat Persetujuan Penetian LAMPRAN 4 : Daftar Penerima Manfaat Bina Sosial PPMK Kelurahan Kramat Pela LAMPIRAN 5 : Rekening Koran LMK Kramat Pela LAMPIRAN 6 : Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Bina Sosial PPMK antara LMK dan TPKK Kelurahan Kramat Pela LAMPIRAN 7 : Pedoman Wawancara Pelaksana Program LAMPIRAN 8 : Hasil Wawancara dengan Soeryo Widianto LAMPIRAN 9 : Hasil Wawancara dengan Syamsul Maarif LAMPIRAN 10 : Pedoman Wawancara Penerima Manfaat LAMPIRAN 11 : Hasil Wawancara dengan Agus Setiawan LAMPIRAN 12 : Hasil Wawancara dengan Ulfa Nadiyah LAMPIRAN 13 : Hasil Wawancara dengan Yusup Prasetya LAMPIRAN 14 : Dokumentasi Penelitian 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan kota besar dan terpadat penduduknya dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Hal ini dikarenakan kota Jakarta adalah pusat pemerintahan sekaligus pusat ekonomi dan bisnis Indonesia. Berbagai macam permasalahan sosial menumpuk di kota Jakarta, mulai dari masalah mutu fisik lingkungan, kemiskinan, pengangguran, pendidikan, sampai dengan masalah kesehatan. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah sekaligus warga Jakarta. Krisis moneter yang dialami Indonesia pada tahun 1998 dan berkepanjangan sampai beberapa tahun sesudahnya membuat Indonesia khususnya Jakarta menjadi kota yang “terbakar” dalam arti fisik maupun non fisik. Studi-studi tentang krisis moneter di Indonesia nenunjukan bahwa yang paling terpukul oleh krisis justru daerah-daerah perkotaan dan bukan daerah pedesaan. Jakarta yang menjadi tujuan banyak orang daerah untuk mencari nafkah waktu itu sangat terpukul. 1 Keutuhan hidup bangsa Indonesia tercabik-cabik oleh krisis yang berlangsung dan ini paling dapat dilihat dengan nyata di Jakarta yang menjadi ibukota Indonesia. 1 Team, Mirah Sakethi “Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Provinsi DKI Jakarta ” Jakarta: PT. Mirah Sakethi, 2010, hal. 2. 2 Krisis tahun 1998 yang berawal dari krisis moneter berkembang menjadi krisis multi dimensi dan hampir semua orang Indonesia terkena imbasnya. Banyak dari perusahan baik yang berskala kecil maupun besar bahkan yang bergerak di pasar modal mengalami kebangkrutan. Sektor yang paling terpukul oleh krisis terutama sektor konstruksi, manufaktur dan perbankan serta sektor-sektor yang bergerak menggunakan tenaga manusia. Terjadinya gelombang pemutusan tenaga kerja besar-besaran dalam sektor-sektor ini. Pengangguran melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak tahun 1960-an, yakni 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja. Pendapatan perkapita Indonesia yang sampai 1.115 dollar perkapita pada tahun 1966 dan 1.088 dollar perkapita pada tahun 1997, anjlok menjadi hanya 610 perkapita pada tahun 1998. Organisasi Buruh Internasional ILO menyatakan bahwa dua dari tiga penduduk Indonesia dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999. Rupiah saat itu terdevaluasi sampai 90 persen dan pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot menjadi -13,7 persen. Inflasi mencapai 78 persen dan harga-harga kebutuhan bahan pokok melambung sampai sekitar 118 persen. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 berdampak tidak hanya pada tahun itu saja melainkan sampai beberapa tahun setelahnya. 2 2 Kompas.co, “Laporan akhir tahun bidang ekonomi: krisis ekonomi 1998 tragedi tak terlupakan ” Jakarta 1998, artikel tersebut diakses pada 10 Desember 2014 pukul 15.52 dari www.kompas.co.id 3 Inflasi mencapai 78 persen dan harga-harga kebutuhan bahan pokok melambung sampai sekitar 118 persen. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 berdampak tidak hanya pada tahun itu saja melainkan sampai beberapa tahun setelahnya. Penelitian menunjukan bahwa sesudah krisis moneter tingkat kerawanan terhadap kemiskinan diantara orang Indonesia meningkat tinggi. Jenis kemiskinan yang paling rawan adalah kemiskinan kronis. 3 Kemiskinan kronis mendapatkan perhatian khusus dari pakar dan juga pembuat kebijakan termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Mereka bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan Milenium MDGs. Kemiskinan kronis dialami oleh mereka yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang. Ada standar umum di dunia internasional dalam hal kemiskinan, yakni bahwa warga yang miskin adalah mereka yang hidup dengan pendapatan di bawah USD 1 per hari. Sementara itu program tujuan-tujuan Pembangunan Milenium berupaya untuk mengurangi sampai lima puluh persen jumlah yang hidup dengan pendapatan di bawah USD 1 per hari antara tahun 1990-2015. 4 Selain kemiskinan kronis yang terjadi di Jakarta, jenis kemiskinan yang ditemukan adalah kemiskinan perkotaan urban poverty. Tingkat urbanisasi di Indonesia seperti halnya Negara-negara berkembang lainnya terus melaju pesat. 5 3 Badan Perencanaan Nasional, Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010, h.6. 4 Millennium Development Goals report 2010, United Nation, New York, 2010 5 Mirah Sakethi, Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Provinsi DKI Jakarta, hal. 6.