wanita bercadar dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menerimanya dan tidak merasa takut dengan stigma yang beredar di masyarakat.
Tujuan dalam komunikasi merupakan maksud yang harus dicapai, agar
sebuah pesan dapat tersampaikan dari komunikator kepada komunikan. Jadi dari penjelasan di atas, untuk mencapai strategi dalam kerangka referensi yaitu dengan
berhadapan langsung dengan komunikan atau komunikasi tatap muka face to face. Karena dengan pendekatan tersebut komunikator akan mengetahui
bagaimana keadaan dan cara berfikir komunikan. Selain komunikasi tatap muka dalam mensosialisasikan jilbab bercadar,
dilakukan juga melalui media massa. Dalam hal ini, komunikasi bermedia umumnya dipergunakan untuk menyampaikan informasi melalui media massa.
Media ini dapat menampung semua masukan baik yang bersifat saran ataupun kritikan masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi WIB agar
lebih baik lagi dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Sebuah keuntungan menggunakan media massa, karena menimbulkan
keserempakan. Maksudnya, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak pada waktu yang sama secara
bersama-sama. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan
persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam hubungan ini, komunikator harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang
akan dituju dan memahami sifat-sifat media yang akan digunakan. Maka dari itu, WIB menggunakan bahasa keseharian yang baik dan benar agar tidak terjadinya
kesalahpahaman makna.
Tujuan yang paling mendasar dari kegiatan komunikasi adalah menciptakan pemahaman. Maka pada akhirnya akan tercapai suatu pengetahuan
yang menumbuhkan pemahaman timbal balik dari khalayak. Komunitas WIB melakukan
pendekatan pribadi
kepada masyarakat
dalam rangka
mensosialisasikan jilbab bercadar agar mereka mengetahui keutamaan dalam menggunakan jilbab bercadar, serta nyaman hidup berdampingan antar sesama
tanpa adanya labeling terhadap wanita bercadar itu sendiri.
2. Penyusunan Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah penyusunan pesan, yaitu menentukan materi yang
akan disampaikan kepada komunikan. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Pesan yang
disampaikan terkait dengan mensosialisasikan jilbab bercadar, komunikator menggunakan penyajian pesan yang bersifat:
a. Menarik perhatian khalayak Penyusunan pesan harus direncanakan dan disampaikan dengan baik agar
dapat menarik perhatian khalayak. Rencana komunikasi disini adalah bagaimana komunikator menyampaikan materi kegiatan sosialisasi ini, bagaimana bentuk
bahasa yang digunakan oleh komunikator saat berada di lingkungan khalayak umum, bagaimana komunikator saat berbicara dengan banyak orang, bagaimana
cara berbicara face to face dengan komunikan yang bertanya atau kurang mengerti dengan materi diskusi yang telah disampaikan.
Dalam hal ini, komunikator menyampaikan materi dengan pembahasan yang tidak berat-berat dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat, hal ini
dilakukan agar saling mengenal antara komunikator dengan komunikan. Bentuk bahasa yang digunakan oleh komunikator lebih formal tetapi dengan nada
berbicara pada umumnya. Menyampaikan materi dengan santai dan tidak terburu- buru. Saat komunikator berbicara face to face dengan komunikan yang bertanya
mengenai materi diskusi, komunikator menjawab dengan lugas diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini dilakukan agar komunikan mengerti dan
yakin dengan jawaban dari pertanyaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut ini:
“Saat berhadapan dengan masyarakat, kita berusaha berakhlak baik dengan ngobrol tapi bahasannya disesuai sama kondisi masyarakat. Kang
dian sama ummu nida juga nyampein materi dengan santai dan ngasih jawaban dengan lugas. Jadi masyarakat tertarik dan mau bertanya banyak
hal.”
2
Kegiatan sosialisasi ini juga didukung dengan atribut yang dibawa oleh WIB berupa tulisan di karton untuk menarik perhatian khalayak. Seperti yang
dikatakan oleh salah satu anggota WIB yaitu Ukhty Farah, sebagai berikut: “Kita bawa kayak spanduk mini dan tulisan-tulisan di karton.
Contoh tulisannya “kalian coba, boleh bawa pulang” dan tulisan lainnya. Kita mengajak siapapun yang lewat, dan bisa juga karena penampilan kita
berbeda jadi menarik perhatian.”
3
Jadi pesan yang disampaikan oleh komunikator harus sesuai dengan kemampuan komunikan dalam mencerna pesan itu, tujuannya supaya pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh khalayak. Maka, peran komunikator sangatlah penting dalam proses komunikasi. Atribut yang digunakan juga tidak kalah
pentingnya sebagai alat pendukung komunikasi.
2
Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07 September 2016.
3
Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni 2016.
b. Menggunakan tanda-tanda yang disesuaikan dengan kerangka acuan khalayak
Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan dalam mensosialisasikan jilbab bercadar secara bertahap mulai dari pengetahuan
mendasar hingga tahap sosialisasi jilbab bercadar. Pesan tersebut dimulai dengan cara mengingatkan pentingnya menutup aurat bagi perempuan muslim, kemudian
keutamaan menggunakan hijab dan jilbab yang sesuai dengan syariat islam, disertai hukum wajibnya mengenai hijab dan jilbab. Setelah komunikan tertarik
dengan diskusi yang sedang berjalan lalu pihak komunitas WIB menceritakan kisah inspiratif wanita bercadar dengan menunjukkan foto-foto wanita bercadar
yang sedang melakukan pekerjaannya, seperti menjadi seorang pilot di bandara Malaysia, pembuat bola dunia untuk seagames, WNI yang menjadi pembicara
internasional, dokter kecantikan dan dokter umum yang memberikan pengobatan gratis untuk warga miskin di Yogyakarta dan pendaki gunung. Kemudian,
komunikator memberikan informasi mengenai keutamaan menggunakan jilbab bercadar. Hal ini disampaikan oleh komunikator melalui komunikasi tatap muka.
3. Penetapan Metode
Penetapan metode yang digunakan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar dalam mensosialisasikan jilbab bercadar dengan cara:
a. Informatif Suatu bentuk metode penyampaian pesan yang dilakukan dengan cara
memberikan penerangan kepada komunikan. Dalam hal ini, Kang Dian dan Ummu Nida selaku komunikator memberikan penerangan berupa pesan yang
berisi informasi
berdasarkan fakta
dan pendapat
yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti halnya menerangkan surat Al- Ahzab ayat 59 mengenai wajibnya menutup aurat bagi wanita serta cara
berpakaian menurut syariat Islam. Ditambahkan dengan Informan Ukhty Fitriyani sebagai berikut:
“Ternyata masyarakat sekitar masih menganggap bahwa pemakaian jilbab itu masih sunnah. Jadi ada beberapa yang belum
berjilbab. Nah baru disitu kita jelaskan dan kita terangkan dalilnya seperti ini memakai jilbab segala macem.”
4
Metode informatif ini bisa disebut hubungan satu arah. Sebuah cara komunikasi dalam meyampaikan pesan yang dilakukan oleh komunikator yaitu
Kang Dian dan Ummu Nida kepada komunikan. Metode komunikasi ini yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi
kekuranganpahaman komunikan. Selain itu, metode ini merupakan metode yang efektif karena, pesan yang disampaikan oleh komunikator dilakukan secara tatap
muka sehingga lebih cepat dipahami oleh komunikan serta adanya penguatan materi yang jelas sumbernya.
b. Persuasif Metode persusasif ini merupakan bentuk penyampaian pesan dengan cara
membujuk. Dengan demikian, mempengaruhi komunikan agar tidak tertalu banyak berpikir kritis. Informan Ummu Nida mengatakan:
“Saat kami terjun kelapangan memang tidak sedikit diantara mereka yang merasa takut dan gelisah melihat wanita bercadar. Maka dari
itu, kami memiliki taktik dengan cara para suami-suami dari WIB yang menghadapinya. Mereka memanggilnya atau menghampirinya lalu diajak
ngobrol. Pembahasannya disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
4
Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07 September 2016.