Pola Suhu Harian Darmaga pada Tahun 2008-2010
Tahapan validasi data MODIS diawali dengan melihat pola suhu harian yang terdapat pada stasiun klimatologi Darmaga. Hal ini bertujuan untuk melihat
pola suhu udara Bogor pada tahun 2008-2010 dan peristiwa iklim yang mungkin terjadi pada tahun-tahun tersebut. Berdasarkan grafik yang ditampilkan pada
Gambar 5.2.1.a, terlihat bahwa suhu udara pada tahun 2008-2010 memiliki pola yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Tahun 2008, misalnya, memiliki suhu udara yang tergolong cukup rendah dibandingkan suhu udara pada tahun 2009 dan 2010, khususnya pada bulan
Februari hingga Maret. Tahun 2009, bulan-bulan dengan suhu tertinggi berada sekitar bulan Agustus hingga November. Sedangkan pada tahun 2010, suhu
tertinggi terdapat pada bulan April hingga Mei. Jika Gambar 5.2.1.a tersebut kemudian dibandingkan kembali dengan
Tabel 5.1.2.a, terlihat bahwa penurunan suhu udara yang terjadi pada awal-awal tahun pada tahun 2008, terjadi akibat fenomena La Nina yang berlangsung dengan
kekuatan sedang. Curah hujan tinggi yang berlangsung pada awal tahun 2008 menyebabkan suhu udara harian yang terukur menjadi lebih rendah dibandingkan
bulan-bulan lainnya pada tahun tersebut. Untuk tahun 2009, terlihat bahwa ketika fenomena El Nino berlangsung
semakin menguat pada akhir-akhir tahun, maka suhu udara kemudian meningkat menjadi lebih tinggi pada akhir tahun tersebut. Hal ini juga ditunjukkan dengan
pengaruh El Nino yang terjadi pada tahun 2010 April-Mei. Tahun 2010 merupakan tahun yang cukup kompleks pada terjadinya fenomena El Nino dan La
Nina. Terlihat bahwa suhu udara yang semakin menurun pada akhir tahun 2010, disebabkan oleh munculnya fenomena La Nina yang kemudian semakin menguat.
Secara umum, Gambar 5.2.1.a menunjukkan bahwa walaupun fluktuasi suhu udara yang terjadi pada setiap tahun pengamatan memiliki pola yang
berbeda-beda, masih terdapat korelasi yang cukup stabil diantara ketiga tahun tersebut pada bulan-bulan tertentu. Grafik menunjukkan bahwa korelasi yang
cukup stabil umumnya terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sementara, pada bulan-bulan lainnya cenderung bervariasi akibat kemarau yang cukup tinggi
ataupun puncak musim hujan.
Gambar 5.2.1.a. Fluktuasi Suhu Harian Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor Tahun 2008-2010.
5.2.2 Hasil Validasi Data LST MODIS Tahun 2011 dan Data Suhu T Stasiun Klimatologi pada Berbagai Ketinggian dan Waktu
Berdasarkan hasil analisis pola suhu harian Stasiun Darmaga, Bogor dan analisis ketersediaan serta kualitas data LST MODIS tahun 2008-2010, terlihat
bahwa data LST MODIS tersedia cukup baik pada bulan-bulan kering musim kemarau, yaitu sekitar bulan April hingga September. Sementara, pada bulan
lainnya, terutama bulan-bulan basah, ketersediaan data MODIS cenderung minim dan bahkan tidak ada. Dengan demikian, validasi data LST MODIS hanya
dilakukan pada bulan April hingga September. Tahun 2011 dipilih sebagai tahun validasi karena belum tersedianya data
suhu pada berbagai ketinggian pada tahun 2008-2010. Validasi yang dilakukan pada berbagai ketinggian bertujuan untuk mengkaji sensitivitas nilai LST yang
MODIS terhadap nilai stasiun iklim, dan pada ketinggian berapa nilai LST tersebut bersesuaian dengan suhu permukaan lahan.
Validasi yang dilakukan pada berbagai waktu bertujuan untuk mencari hubungan antara LSTday dan LSTnight pada MODIS, dengan Tmax dan Tmin
yang terukur pada stasiun klimatologi. Sebelumnya, penelitian Maeda et al. 2011 di Kenya dan Vancutsem et al. 2010 di Afrika, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang cukup dekat antara LST night yang terukur pada MODIS dengan T min pada stasiun klimatologi, dan juga LST day pada MODIS dengan
Tmax pada stasiun klimatologi.
Fluktuasi Suhu Harian Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor
Tahun 2008-2010
23.0 24.0
25.0 26.0
27.0 28.0
29.0
Bulan T
e m
p e
ra tu
re C
TAHUN 2008
TAHUN 2009
TAHUN 2010
Ja F
M A
M Ju
Ju A
Sep O
Nov De
5.2.2.1 Hasil Validasi Data LST MODIS day Tahun 2011 dan Data Suhu T Stasiun Klimatologi pada Berbagai Ketinggian.
Stasiun klimatologi Darmaga, Bogor memiliki beberapa stasiun agroklimat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada berbagai
ketinggian. Stasiun AGM-1C tersebut terutama diperuntukkan untuk keperluan data terkait bidang pertanian. Beberapa ketinggian yang diukur pada stasiun
AGM-1C antara lain adalah 5 cm, 10 cm, 15 cm, 30 cm, 50 cm, 150 cm, dan 200 cm. Pada stasiun ini, pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan
termometer Physchrometer Assman. Pengukuran dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.10 dan 13.50 WIB.
Sedangkan pengukuran suhu harian rata-rata yang umum digunakan dan diberikan kepada pengguna, merupakan pengukuran suhu rata-rata harian yang
berasal dari sangkar meteo, dengan menggunakan termometer bola kering sesuai dengan standar World Meteorology Organization. Suhu harian rata-rata tersebut
diukur pada ketinggian sangkar meteo 120 cm dan pada rataan pengukuran waktu tertentu yaitu pukul 07.00 dua kali, 13.00, dan 18.00 WIB.
Berdasarkan hal tersebut, maka suhu harian yang dibandingkan dengan data LST MODIS merupakan suhu yang berasal dari stasiun AGM-1C pada
ketinggian 5 cm dan 100cm, serta suhu yang berasal dari sangkar meteo 120 cm sebagai sumber data yang umum digunakan oleh pengguna. Sedangkan, waktu
pengambilan data dilakukan pada Tmax pukul 13.00 WIB untuk T pada sangkar meteo, dan pukul 13.50 WIB untuk T pada stasiun AGM 1-C, untuk kemudian
dibandingkan dengan LST MODIS day yang diukur pada waktu lokal solar 10.30.
a. Sang
Gambar 5.2.2.1.a Ala Gambar 5.2.2.1.b
iklim, pengukuran suhu beda walaupun memb
stasiun yang ditunjukka hanya pada Julian D
dibandingkan dengan berhimpit pada bulan
bulan terlihat masih m disebutkan pada sub
stasiun, dapat terjadi anistropi yang bisa
bayangan pada pengukur al., 2010.
ngkar Meteo b. Termometer Bola Bas
Sumber: www.jsec.com.sg c. Phsychrometer Assman
lat Ukur Suhu Pada Stasiun Klimatologi. 5.2.2.1.b menunjukkan bahwa pada berbagai ke
suhu pada siang hari ternyata memiliki fluktuas bentuk pola yang cenderung mirip satu sama
unjukkan pada gambar 5.2.2.1.b, cenderung s Days awal. Jika garis antar stasiun iklim ter
an garis LST, terlihat bahwa garis LST, han bulan-bulan tertentu saja. Sedangkan fluktuasin
h menyimpang cukup jauh 2 hingga 3 C. Se
ub bab sebelumnya, bahwa penyimpangan di akibat kondisi cuaca, faktor skala, dan ju
a menyebabkan tingginya nilai pantulan, baur gukuran di siang hari Tomlinson et al., 2011;
asah-Kering
ketinggian stasiun uasi yang berbeda-
a lain. Garis antar sejajarberhimpit
tersebut kemudian hanya sejajar atau
sinya di beberapa Seperti yang telah
n nilai LST dan juga efek angular
bauran, serta efek 2011; Vancutsem et
Gambar 5.2.2.1.b Grafik Perbandingan LST MODIS day dan Suhu Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor pada Berbagai Ketinggian.
Gambar 5.2.2.1.c juga menunjukkan bahwa hubungan terdekat antara LST MODIS day dengan T stasiun, diperoleh T stasiun pada ketinggian 5 cm dengan
nilai R
2
sebesar 0,362. Sementara itu, R
2
antara LST MODIS day dan T stasiun 100 cm adalah 0,304. Sedangkan nilai R
2
terkecil didapatkan dari hubungan antara LST MODIS day dan T stasiun 120 cm, yaitu 0,277. Terlihat bahwa nilai LST day
pada data MODIS lebih erat kaitannya pada T stasiun dengan ketinggian 5 cm, walaupun secara umum, perbedaan antara ketiga ketinggian tersebut tidak
menghasilkan nilai R
2
yang jauh berbeda.
a. LSTday-T
5
b. LSTday-T
100
c. LSTday-T
120
Gambar 5.2.2.1.c Nilai R
2
antara LST MODIS day dan T stasiun pada Berbagai Ketinggian.
5.2.2.2 Hasil Validasi Data LST MODIS night Tahun 2011 dan Data Stasiun Klimatologi pada Berbagai Ketinggian.
Proses validasi MODIS night dilakukan pada bulan Mei hingga September 2011. Hal ini disebabkan oleh data MODIS night yang tidak tersedia pada bulan
April. Secara umum, data LST night lebih sulit tersedia dibandingkan dengan data LST day. Validasi LST MODIS night dilakukan dengan membandingkan T
stasiun pada ketinggian 5, 100, dan 120 cm pada pukul 07.00 WIB untuk pengukuran T sangkar meteo dan 07.10 WIB untuk pengukuran T pada stasiun
AGM-1C, dengan LST MODIS night pada waktu akuisisi 22.30 waktu lokal
solar.
Gambar 5.2.2.2.a Grafik Perbandingan LST MODIS night dan Suhu Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor pada Berbagai Ketinggian.
Gambar 5.2.2.2.a menunjukkan bahwa pada pengukuran suhu minimum, terdapat hubungan yang cukup dekat antara stasiun pada ketinggian 5 cm dan 100
cm. Sementara itu, pada stasiun dengan ketinggian 120 cm, terdapat perbedaan pengukuran suhu hingga mencapai 2
C jika dibandingkan dengan kedua nilai suhu lainnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbedaan nilai yang disebabkan
oleh perbedaan alat ukur pengukuran suhu udara. Jika dibandingkan antara nilai LST night dengan nilai T stasiun, terlihat
bahwa garis LST night cenderung berhimpit pada pengukuran T stasiun 120 cm. Hal ini tentu berbeda dengan kondisi pada LST day, yang cenderung mendekati
nilai Tstasiun pada ketinggian 5 cm. Terdapat dua asumsi terkait perbedaan nilai tersebut. Asumsi pertama, jika nilai LST MODIS berada pada ketinggian 5 cm,
maka perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan waktu akuisisi data dan pengambilan data T stasiun. Pada LST MODIS night, pengambilan data
dilakukan pada pukul 22.30 waktu lokal solar. Sementara, pada T stasiun, pengambilan data dilakukan pada pukul 07.00 WIB. Dengan demikian, nilai Tmin
yang dimaksud pada LST MODIS night, menjadi terlihat lebih setara dengan pengukuran T stasiun pada ketinggian 120 cm.
Asumsi kedua adalah nilai LST memang berada di sekitar ketinggian 120 cm dari permukaan lahan. Sehingga, LST night tepat mendekati nilai stasiun iklim
pada ketinggian 120 cm. Sementara, hubungan antara nilai LST day yang tidak terlalu erat dengan T stasiun pada ketinggian 120 cm, lebih disebabkan oleh
besarnya bias yang terjadi pada pengukuran siang hari oleh sensor MODIS. Pada asumsi kedua ini, bias waktu kurang dipertimbangkan.
a. LSTnight-T
5
b. LSTnight-T
100
c. LSTnight-T
120
Gambar 5.2.2.2.b Nilai R
2
antara LST MODIS night dan T stasiun pada Berbagai Ketinggian.
Sementara, analisis regresi Gambar 5.2.2.2.b menunjukkan bahwa R
2
terbesar ditunjukkan pada ketinggian 100 cm. Nilai R
2
pada ketinggian tersebut adalah 0,567. Selanjutnya, nilai R
2
terbesar kedua didapatkan dari ketinggian 5 cm, yaitu 0,442. Pada ketinggian 120 cm, yang justru terlihat lebih dekat dengan
LST MODIS night, ternyata hanya memiliki nilai R
2
sebesar 0,283. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi nilai LST MODIS night yang pada beberapa titik
cenderung lebih tinggi atau lebih rendah. Sehingga, walaupun garis LST MODIS night cenderung berhimpitan dengan T pada ketinggian 120 cm, nilai R
2
yang dihasilkannya akan menjadi lebih kecil.