Kualitas dan Ketersediaan Data LST MODIS tahun 2008-2010 Secara Spasial dan Temporal

dengan dilakukannya perbandingan pada stasiun klimatologi Darmaga, Bogor maka hasil perbandingan tersebut juga akan memberikan korelasi yang sama terhadap wilayah penelitian. Nilai LST mean rata-rata didapatkan dengan merata-ratakan nilai LST day dan LST night delapan harian. Selanjutnya, nilai suhu T rataan delapan harian dari stasiun klimatologi Staklim, dibandingkan dengan nilai LST rataan delapan harian MODIS dan disajikan dalam Gambar 5.1.2.a. Berdasarkan Gambar 5.1.2.a, terlihat bahwa data LST MODIS umumnya tersedia cukup baik pada bulan-bulan tertentu, seperti bulan Mei hingga September. Ketersediaannya pada awal tahun dan akhir tahun umumnya semakin buruk. Diantara ketiga data tahun tersebut, terlihat bahwa tahun 2008 memberikan korelasi yang cukup baik antara data LST MODIS dan data suhu stasiun iklim. Namun, pada bulan dan hari tertentu, terdapat data LST MODIS yang menyimpang hingga hampir 2 C dibandingkan data stasiun iklim. Perbedaan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh fluktuasi cuaca serta faktor perbedaan skala titik vs areal. Tahun 2009 memberikan pola data LST mean yang cenderung lebih rendah dari data suhu stasiun pada bulan Mei hingga Juli. Namun, pada bulan Agustus hingga Oktober, data LST mean menunjukkan kondisi sebaliknya, yaitu data LST menjadi lebih tinggi dibandingkan data suhu stasiun. Ketersediaan data yang terdapat pada tahun 2009 tergolong cukup baik dibandingkan ketersediaan data pada tahun 2008 dan 2010. Tahun 2010 merupakan tahun dengan ketersediaan dan kualitas data LST paling buruk dibandingkan ketiga tahun lainnya. Gambar 5.1.2.a menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa titik LST yang tersedia sepanjang tahun 2010. Apabila pola tersebut kemudian dikaitkan dengan fenomena iklim yang terjadi pada tahun 2008-2010, maka fenomena El Nino dan La Nina turut berkontribusi terhadap fluktuasi nilai suhu udara seperti yang ditampilkan pada tabel 5.1.2.b. Pada tabel tersebut, indeks ONI Oceanic Nino Index merupakan indeks yang digunakan sebagai salah satu parameter terjadinya fenomena El Nino dan La Nina. Warna merah menunjukkan terjadinya fenomena El Nino, sedangkan warna biru menunjukkan terjadinya fenomena La Nina. Adapun nilai kekuatan El Nino dan La Nina dibagi menjadi 3, yaitu lemah antara 0,5 sampai 0,9, sedang 1-1,4, dan kuat ≥ 1,5. Gambar 5.1.2.a Kualitas Data LST MODIS dibandingkan dengan data T Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor Tahun 2008-2010. Pada tabel 5.1.2.b terlihat bahwa pada awal tahun 2009, kondisi iklim cenderung normal. Sementara menuju akhir tahun 2009, terdapat fenomena El Nino yang semakin menguat. Fenomena El Nino yang identik dengan kekeringan, akan berpengaruh terhadap estimasi data LST MODIS. Pengambilan data LST MODIS yang dilakukan pada siang hari LSTday umumnya memiliki akurasi yang lebih rendah dibandingkan pada malam hari LSTnight. Sehingga, nilai LST yang diestimasi MODIS dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan kondisi sebenarnya. Puncak El Nino mengakibatkan akurasi LSTday menjadi lebih rendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kontribusi atmosfer lokal seperti iradiasi, dan lain-lain. Sementara, pada pengukuran LST night, hanya terdapat pancaran iradiasi dengan gangguan atmosfer yang minimum. Akibatnya, terdapat perbedaan nilai LSTday yang cukup besar dan akhirnya mempengaruhi nilai rata-rata LST. Ketersediaan data yang minim pada tahun 2010, dapat pula dikaitkan dengan fenomena El Nino dan La Nina. Pada Tabel 5.1.2.b, terlihat bahwa sepanjang tahun 2010, terjadi fenomena El Nino pada awal tahun, yang kemudian diikuti dengan fenomena La Nina pada akhir tahun. Sehingga, hal tersebut memberikan kontribusi terhadap minimnya ketersediaan data LST yang diestimasi oleh MODIS. Tabel 5.1.2.b. Indeks ONI Oceanic Nino Index sebagai Salah Satu Parameter Terjadinya El Nino dan La Nina. Sumber : http:www.cpc.ncep.noaa.govproductsanalysis_monitoringensostuffensoyears.shtml Namun secara umum, ketersediaan data yang minim pada awal tahun dan akhir tahun sepanjang 2008-2010, diduga terkait oleh perbedaan musim. Menurut Tomlinson et al. 2011 perbedaan musim akan berpengaruh terhadap ketersediaan citra meningkatnya tutupan awan dan akurasi meningkatnya hujan akan menyebabkan basahnya permukaan sehingga membuat pengukuran LST menjadi bias.

5.2 Hasil Validasi Nilai LST MODIS dengan Nilai Suhu T pada Stasiun Iklim

5.2.1 Pola Suhu Harian Darmaga pada Tahun 2008-2010

Validasi data LST MODIS merupakan tahapan yang menggambarkan hubungan keterkaitan antara nilai LST MODIS dengan nilai suhu udara yang terdapat pada stasiun klimatologi. Pada tahapan ini, terdapat kendala terkait kelengkapan dan ketersediaan data suhu harian pada stasiun klimatologi yang terdapat di wilayah DAS Cimadur, sehingga validasi data LST MODIS dilakukan pada stasiun klimatologi Darmaga, Bogor yang memiliki ketersediaan dan kelengkapan data suhu harian yang cukup baik. Diharapkan dengan dilakukannya validasi pada stasiun klimatologi Darmaga, Bogor maka hasil validasi tersebut juga akan memberikan korelasi yang sama terhadap wilayah penelitian. Tahapan validasi data MODIS diawali dengan melihat pola suhu harian yang terdapat pada stasiun klimatologi Darmaga. Hal ini bertujuan untuk melihat pola suhu udara Bogor pada tahun 2008-2010 dan peristiwa iklim yang mungkin terjadi pada tahun-tahun tersebut. Berdasarkan grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.2.1.a, terlihat bahwa suhu udara pada tahun 2008-2010 memiliki pola yang berbeda-beda setiap tahunnya. Tahun 2008, misalnya, memiliki suhu udara yang tergolong cukup rendah dibandingkan suhu udara pada tahun 2009 dan 2010, khususnya pada bulan Februari hingga Maret. Tahun 2009, bulan-bulan dengan suhu tertinggi berada sekitar bulan Agustus hingga November. Sedangkan pada tahun 2010, suhu tertinggi terdapat pada bulan April hingga Mei. Jika Gambar 5.2.1.a tersebut kemudian dibandingkan kembali dengan Tabel 5.1.2.a, terlihat bahwa penurunan suhu udara yang terjadi pada awal-awal tahun pada tahun 2008, terjadi akibat fenomena La Nina yang berlangsung dengan kekuatan sedang. Curah hujan tinggi yang berlangsung pada awal tahun 2008 menyebabkan suhu udara harian yang terukur menjadi lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya pada tahun tersebut. Untuk tahun 2009, terlihat bahwa ketika fenomena El Nino berlangsung semakin menguat pada akhir-akhir tahun, maka suhu udara kemudian meningkat menjadi lebih tinggi pada akhir tahun tersebut. Hal ini juga ditunjukkan dengan pengaruh El Nino yang terjadi pada tahun 2010 April-Mei. Tahun 2010 merupakan tahun yang cukup kompleks pada terjadinya fenomena El Nino dan La Nina. Terlihat bahwa suhu udara yang semakin menurun pada akhir tahun 2010, disebabkan oleh munculnya fenomena La Nina yang kemudian semakin menguat. Secara umum, Gambar 5.2.1.a menunjukkan bahwa walaupun fluktuasi suhu udara yang terjadi pada setiap tahun pengamatan memiliki pola yang berbeda-beda, masih terdapat korelasi yang cukup stabil diantara ketiga tahun tersebut pada bulan-bulan tertentu. Grafik menunjukkan bahwa korelasi yang cukup stabil umumnya terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sementara, pada bulan-bulan lainnya cenderung bervariasi akibat kemarau yang cukup tinggi ataupun puncak musim hujan.