Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu

produktivitas tertinggi, terendah, dan normal selama periode siklus produksi berlangsung. Tabel 17 menunjukkan bahwa angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh petani dalam mengusahakan buah mangga ini sering memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi ataupun rendah. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada budidaya mangga, penyebab munculnya prodiktivitas tertinggi dan terendah disebabkan karena adanya curah hujan, ketidakstabilan cuaca serta serangan hama yang masih belum dapat diprediksi sebelumnya.

6.4.4.1. Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu

Penilaian risiko produksi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari budidaya buah mangga tersebut. Penilaian risiko produksi dapat dihitung dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 18. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tertinggi, Terendah dan, Normal Tahun 2010 Komoditas Variance Standar Deviation Coefficieny Variation Mangga Gedong Gincu 2,95 1,7 1,3 Mangga Cengkir 2,84 1,6 3,5 Berdasarkan Tabel 18. terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas diperoleh nilai variance dan coefficient variation diukur dari rasio standar deviasi dengan ekspected return. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Maka tingkat risiko jenis mangga cengkir lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh jenis mangga gedong gincu. Standar deviasi yang diperoleh dari jumlah produksi adalah 42.62, dan standar deviasi dari jumlah kepemilikan pohon sebesar 14.2. Korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi sebesar 0.999 dengan P-Value 0.000 lebih kecil dari alpha 5 persen artinya ada korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi. Maka tolak H0 yang artinya jumlah kepemilikan pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. Dimana jumlah produksi -55.6 ditambah dengan jumlah kepemilikan pohon sebanyak 29.94 yang artinya setiap peningkatan jumlah kepemilikan lahan satu pohon mampu meningkatkan jumlah produksi sebanyak 29.945 kilogram.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN