petani buah mangga masih sangat bergantung kepada penggunaan obat-obatan. Kenaikan harga obat-obatan sebesar 33 persen.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan hama dan penyakit, tanaman mangga merupakan tanaman yang rentan terhadap hama dan
penyakit setiap frase pertumbuhannya, kerugian yang diderita akan sangat tinggi apabila obat-obatan hama dan penyakit tidak tersedia. Upaya petani untuk
meminimalisir dampak kerugian apabila terjadi peningkatan harga obat-obatan yang terlalu tinggi adalah dengan cara mengurangi pengunaan obat-obatan dengan
risiko serangan hama dan penyakit akan lebih tinggi, dan tindakan pencegahan adalah menjadi prioritas utama untuk meminimalisir dampak serangan hama dan
penyakit. Selain itu cara untuk meminimalisir pengunaan obat-obatan untuk memberantas hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani adalah
pemberantasan hama dan penyakit dengan cara pengendalian secara fisik, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian secara biologi, serta pengolahan
lahan yang baik.
b. Peningkatan harga pupuk
Selain harga obat-obatan, harga pupuk merupakan komponen biaya yang dapat memberikan dampak kerugian bagi pendapatan petani buah mangga. Pupuk
merupakan komponen input yang sangat penting dalam budidaya buah mangga, tujuannya untuk meningkatkan produktivitas lahan. Menurut hasil wawancara
dengan 30 orang petani responden nilai peningkatan harga pupuk sebesar 50 persen. Jenis pupuk yang biasa digunakan oleh para petani buah mangga adalah
pupuk urea, KCL, TSP, NPK, dan pupuk kandang atau kompos. Penggunaan pupuk sendiri bertujuan untuk memperkaya unsur-unsur tanah yang berguna
untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penggunaan pupuk dalam kelangsungan usahatani buah mangga sangatlah penting. Maka, kenaikan harga
pupuk ini akan berdampak kepada penerimaan petani buah mangga itu sendiri. Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan merupakan biaya terbesar pada
usahatani buah mangga sehingga peningkatan harga pupuk dan obat-obatan dianggap berpotensi memberikan dampak kerugian. Peningkatan harga obat-
obatan merupakan faktor yang dianggap berpotensi tinggi untuk merugikan
petani, ini dikarenakan karena ketersedian obat-obatan merupakan salah satu input yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan maupun produksi mangga.
c. Peningkatan Harga Upah Kerja
Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usahatani buah mangga, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas, penggunaan
tenaga kerja yang terampil, berpendidikan serta berpengalaman sangat penting bagi kelangsungan usahatani buah mangga guna mendukung kegiatan operasional
didalam budidaya tersebut. Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan didapat bahwa ketersediaan tenaga kerja yang terlatih, terdidik, dan berpengalaman
sangatlah kurang dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayarnya tentunya lebih mahal. Oleh karana itu petani buah mangga hanya mengguanakan buruh
tani yang ada disekitar lingkungan mereka atau bahkan tidak jarang anggota keluarga yang dilibatkan dalam budidaya buah mangga, dengan alasan untuk
mengurangi pengeluaran. Sampai saat ini peran instansi yang terkait untuk meningkatkan keterampilan sumberdaya sangatlah jarang dan hanya terbatas pada
petaninya saja, belum ada upaya pelatihan atau pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat umum.
Peningkatan upah tenaga kerja sangat jarang terjadi, dalam satu tahun hanya satu kali terjadi kenaikan upah tenaga kerja, penentuan upah tenaga kerja
merupakan hasil negosiasi antara petani pemilik lahan dengan buruh tani. Penentuannya didasarkan pada harga pasaran atau harga yang umumnya
dibayarkan petani pemilik lahan kepada buruh tani. Upah yang biasa dibayarkan petani untuk tenaga kerja rata-rata sebesar Rp 50.000,- per hari atau 8 jam kerja,
tenaga kerja yang biasa dipekerjakan biasanya merupakan tenaga kerja pria, ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dikerjakan dianggap lebih banyak memerlukan
kemampuan fisik dan menguras tenaga. Menurut hasil wawancara dengan responden, kenaikan upah tenaga kerja
ini menurut petani peningkatan upah tenaga kerja dianggap memberikan potensi yang sedang, terbukti dari hasil wawancara menunjukkan persentase nilai sebesar
17 persen hal ini dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun,
selain itu peningkatannya tidak terlalu tinggi.
6.3. Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu