43
VI. ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PT KSS
Analisis usaha sayuran hidroponik PT KSS dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan menguntungkan dan efisien berdasarkan
perhitungan struktur biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan titik impas. Perhitungan analisis usaha pada tiap komoditas sayuran hidroponik
dikonversikan menjadi luasan lahan greenhouse pembesaran per 500 m
2
untuk waktu satu tahun. Alasan pengkonversian luasan lahan dan waktu yang sama yaitu
dikarenakan penggunaan lahan, input-input dan siklus produksi tiap komoditas berbeda. Luasan lahan dan waktu yang sama akan memudahkan perhitungan,
memperkecil bias yang mungkin terjadi dalam perhitungan dan memudahkan dalam menganalisis perbandingan ke empat komoditas sayuran hidroponik
tersebut. Penggunaan tenaga kerja, greenhouse persemaian, dan peralatan yang digunakan secara bersama dihitung menggunakan metode join cost, yang
diasumsikan penggunaan untuk tiap komoditas mempunyai proporsi yang sama.
6.1 Analisis Struktur Biaya Sayuran Hidroponik
Biaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pada suatu usaha. Analisis struktur biaya pada sayuran hidroponik
dihitung dengan membedakan komponen biaya yaitu ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan biaya berdasarkan data dan prakiraan harga berlaku
pada saat penelitian berlangsung yaitu bulan Desember 2012 hingga Februari 2013.
6.1.1 Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya sewa lahan, penyusutan greenhouse persemaian, penyusutan greenhouse pembesaran, penyusutan sarana
irigasi, penyusutan peralatan, tenaga kerja tetap, listrik, distribusi. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi
sayuran yang diperoleh. Biaya tetap tersebut pada kenyataannya tidak semua dibayarkan secara tunai namun tetap diperhitungkan seperti penyusutan.
Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dengan memperhitungkan lama umur ekonomisnya. Penyusutan diperhitungkan agar perusahaan dapat
melakukan reinvestasi atas sarana dan prasarana yang digunakan.
44 Penyusutan greenhouse persemaian dihitung berdasarkan biaya pendirian
greenhouse dan umur ekonomisnya. Greenhouse persemaian terbuat dari kerangka bambu yang umur ekonomisnya empat tahun. Greenhouse persemaian
memiliki luas 200 m
2
yang digunakan untuk persemaian benih bayam, caysim, dan pakcoy, sedangkan kangkung tidak mengalami proses persemaian terlebih
dahulu. Pada greenhouse persemaian terdapat rak bambu untuk tempat semai serta peralatan lainnya yang digunakan secara bersama untuk ketiga komoditas tersebut
sehingga perhitungan penyusutan greenhouse persemaian dihitung secara total kemudian diproporsikan sama sebagai biaya penyusutan masing-masing
komoditas. Penyusutan greenhouse pembesaran juga dihitung berdasarkan biaya
pendirian greenhouse dan umur ekonomis. Greenhouse pembesaran terbuat dari kerangka bambu yang umur ekonomisnya empat tahun. Greenhouse pembesaran
terpisah penggunaannya untuk tiap komoditas sehingga dapat dihitung berdasarkan luas lahan 500 m
2
untuk tiap komoditasnya. Perhitungan penyusutan greenhouse persemaian dan pembesaran dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penyusutan sarana irigasi dihitung berdasarkan komponen yang digunakan untuk membuat suatu sarana irigasi pengaliran nutrisi hingga ke tanaman. Sarana
irigasi meliputi mesin pompa, pipa paralon, drum nutrisi, bak nutrisi, rak tanam, dan styrofoam untuk komoditas bayam, caysim, dan pakcoy. Sarana irigasi untuk
kangkung yang menggunakan metode substrat, penggunaan rak tanam dan styrofoam diganti dengan media kerikil. Masing-masing komponen untuk sarana
irigasi tersebut memiliki nilai beli dan umur ekonomis yang berbeda sehingga perhitungan dilakukan satu per satu, setelah itu dijumlahkan total biaya
penyusutannya. Perhitungan penyusutan sarana irigasi untuk komoditas bayam, caysim, dan pakcoy dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan penyusutan sarana
irigasi untuk kangkung dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyusutan peralatan dihitung berdasarkan nilai beli peralatan dan umur
ekonomisnya. Peralatan yang dihitung penyusutannya yaitu vacuum sealer, timbangan, container plastik, troli, EC meter, dan mobil box untuk distribusi.
Peralatan tersebut digunakan secara bersama untuk semua komoditas sehingga perhitungannya diproporsikan dalam jumlah yang sama untuk tiap komoditas
45 sayuran. Perhitungan penyusutan peralatan dapat dilihat pada Lampiran 4,
sedangkan hasil perhitungan biaya tetap usaha sayuran hidroponik dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 . Komponen Biaya Tetap Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS Per 500
m
2
dalam Waktu Satu Tahun
Komponen Bayam
Kangkung Pakcoy
Caysim Rp
Rp Rp
Rp
Sewa lahan 9.090.000
4,43 9.090.000
4,87 9.090.000
4,60 9.090.000
4,72 Penyusutan gh
persemaian 1.880.000
0,92 0,00
1.880.000 0,95
1.880.000 0,98
Penyusutan gh pembesaran
4.875.000 2,37
4.875.000 2,61
4.875.000 2,47
4.875.000 2,53
Penyusutan sarana irigasi
18.291.667 8,91
5.266.667 2,82
18.291.667 9,26
18.291.667 9,50
Penyusutan peralatan
15.240.521 7,42
15.240.521 8,16
15.240.521 7,71
15.240.521 7,91
Biaya tenaga kerja tetap
35.100.000 17,09
35.100.000 18,80
35.100.000 17,76
35.100.000 18,23
Biaya listrik 18.666.000
9,09 9.333.000
5,00 18.666.000
9,45 18.666.000
9,69 Biaya
distribusi 33.750.000
16,43 33.750.000
18,08 33.750.000
17,08 33.750.000
17,53
Total Biaya Tetap
136.893.188 66,65
112.655.188 60,35
136.893.188 69,27
136.893.188 71,09
Biaya tetap rata-rata per
kg
15.735 8.470
17.686 21.224
Keterangan : gh = Greenhouse
Berdasarkan Tabel 6, biaya sewa lahan memiliki jumlah yang sama pada tiap komoditas karena luasan lahan yang digunakan sama yaitu 500m
2
. Biaya sewa lahan per m
2
yaitu Rp 1.515 per bulannya. Lahan yang digunakan merupakan milik pribadi pemilik perusahaan, namun sewa lahan tetap dibayarkan
kepada pemilik tiap bulannya. Persentase biaya sewa lahan terhadap total biaya yang dikeluarkan paling tinggi yaitu pada komoditas kangkung 4,87 persen, hal
ini dikarenakan total biaya yang digunakan sebagai pembagi lebih kecil dibandingkan komoditas lainnya.
Biaya penyusutan greenhouse persemaian pada komoditas bayam, caysim, dan pakcoy memiliki jumlah yang sama, sedangkan pada kangkung memiliki nilai
46 nol dikarenakan tidak menggunakan greenhouse persemaian. Persentase biaya
penyusutan greenhouse persemaian pada bayam yaitu 0,92 persen, pakcoy 0,95 persen, dan caysim 0,98 persen. Persentase caysim paling tinggi dikarenakan
jumlah total biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan bayam dan pakcoy, sedangkan pada greenhouse pembesaran setiap komoditas menggunakan
luasan greenhouse 500 m
2
sehingga biaya penyusutan greenhouse pembesaran pada tiap komoditas sama besar.
Biaya penyusutan sarana irigasi yang paling kecil dan efisien yaitu pada komoditas kangkung. Hal ini dikarenakan komoditas kangkung menggunakan
media kerikil pada sarana irigasi, dimana kerikil umur ekonomisnya dapat mencapai sepuluh tahun dan harga kerikil lebih murah dibandingkan media
lainnya. Persentase biaya penyusutan sarana irigasi kangkung paling kecil yaitu 2,82 persen sedangkan komoditas lainnya mencapai 8-9,5 persen.
Biaya penyusutan peralatan memiliki jumlah yang sama besar dikarenakan peralatan tersebut digunakan secara bersama pada semua komoditas sehingga
diproporsikan dalam jumlah yang sama. Peralatan yang digunakan bersama seperti peralatan panen, pengemasan dan distribusi.
Biaya tenaga kerja tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang memperoleh gaji bulanan. Tenaga kerja tetap seperti pengawas,
manajer produksi, asisten manajer, dan petugas distribusi supir dan kernet bekerja untuk produksi semua sayuran hidroponik sehingga diproporsikan sama
untuk setiap komoditas. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya distribusi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan
sayuran hidroponik ke supermarket dan outlet yang ada di Jabodetabek. Biaya distribusi ini terdiri dari biaya bahan bakar mesin serta uang makan supir. Biaya
distribusi ini jumlahnya tetap dikeluarkan setiap hari. Persentase biaya distribusi terhadap total biaya yang dikeluarkan paling tinggi yaitu pada komoditas
kangkung 18,08 persen, hal ini dikarenakan total biaya yang digunakan sebagai pembagi lebih kecil dibandingkan komoditas lainnya. Sama halnya dengan biaya
penyusutan dan biaya tenaga kerja, kangkung memiliki persentase yang tinggi dikarenakan total biayanya terkecil.
47 Biaya listrik yang digunakan berasal dari hitungan pemakaian listrik di
perusahaan yaitu Rp 3.111 per m
2
setiap bulannya. Listrik dibutuhkan untuk menggerakkan mesin pompa sebagai sarana utama dalam pengaliran larutan
nutrisi ke tanaman. Pada komoditas bayam, pakcoy, dan caysim pompa bekerja 24 jam terus-menerus, sedangkan pada komoditas kangkung yang menggunakan
subsrat kerikil, hanya dibutuhkan waktu setengah hari dalam pemakaiannya sehingga biaya listrik pada komoditas kangkung jauh lebih murah dan efisien
dibandingkan sayuran lainnya. Persentase biaya listrik terhadap total biaya pada kangkung hanya mencapai lima persen, sedangkan sayuran lain mencapai
sembilan persen. Komponen biaya tetap tertinggi pada masing-masing komoditas sama
yaitu pada biaya tenaga kerja tetap dan biaya distribusi. Biaya tenaga kerja tetap tinggi dikarenakan jumlah supir dan kernet yang mencapai delapan orang.
Distribusi merupakan hal yang penting dalam usaha hidroponik sehingga biaya distribusi dan tenaga kerja distribusi lebih mahal dibandingkan komponen biaya
tetap lain. Persentase total biaya tetap terhadap total biaya pada masing-masing komoditas sayuran berkisar antara 60-71 persen.
Biaya tetap rata-rata per kilogram yang paling kecil dan efisien yaitu pada komoditas kangkung. Biaya tetap rata-rata per kg yang dikeluarkan hanya sebesar
Rp 8.470 sedangkan sayuran lain berkisar antara Rp 15.000-21.000. Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari biaya tetap yang dikeluarkan, komoditas kangkung
menjadi komoditas yang paling efisien untuk diusahakan.
6.1.2 Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya tenaga kerja harian, biaya penggunaan benih, rockwool, nutrisi, dan kemasan. Jumlah biaya variabel
yang dikeluarkan tergantung pada besar kecilnya volume produksi sayuran hidroponik yang diperoleh. Misalnya pada penggunaan benih, semakin besar
jumlah sayuran yang diproduksi maka biaya benih yang dibutuhkan semakin besar. Hasil perhitungan biaya variabel usaha sayuran hidroponik dapat dilihat
pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, biaya tenaga kerja harian memiliki jumlah yang
sama dikarenakan tenaga kerja harian seperti tenaga kerja persemaian, panen, dan
48 pengemasan melakukan pekerjaan untuk semua komoditas sayuran hidroponik.
Total biaya tenaga kerja harian diproporsikan sama untuk setiap komoditas. Persentase biaya tenaga kerja harian terhadap total biaya yang paling tinggi yaitu
pada komoditas kangkung 11,57 persen, dikarenakan total biaya sebagai pembagi lebih kecil dibandingkan komoditas lainnya.
Tabel 7 . Komponen Biaya Variabel Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS Per
500 m
2
dalam Waktu Satu Tahun
Komponen Bayam
Kangkung Pakcoy
Caysim Rp
Rp Rp
Rp
Tenaga kerja harian
21.600.000 10,52
21.600.000 11,57
21.600.000 10,93
21.600.000 11,22
Benih 10.208.000
4,97 11.185.300
5,99 10.320.000
5,22 6.880.000
3,57 Rockwool
5.370.800 2,61
0,00 3.981.800
2,01 3.981.800
2,07 Nutrisi
17.400.000 8,47
19.950.000 10,69
12.900.000 6,53
12.900.000 6,70
Kemasan 13.920.000
6,78 21.280.000
11,40 11.919.600
6,03 10.320.000
5,36
Total Biaya Variabel
68.498.800 33,35
74.015.300 39,65
60.721.400 30,73
55.681.800 28,91
Biaya variabel rata-rata per
kg
7.873 5.565
7.845 8.633
Biaya penggunaan benih pada tiap komoditas berbeda tergantung pada harga benih dan jumlah siklus produksi. Biaya benih yang paling tinggi yaitu pada
komoditas kangkung. Hal ini dikarenakan siklus produksi kangkung yang hanya 27 hari, sehingga dalam satu tahun penggunaan benih mencapai 13 kali sedangkan
siklus produksi pada komoditas bayam 11 kali, pakcoy dan caysim sama yaitu 8 kali. Walaupun siklus produksi pada pakcoy dan caysim sama, namun harga benih
pakcoy paling tinggi di antara komoditas lainnya sehingga biaya benih pakcoy juga tinggi.
Biaya penggunaan rockwool hanya ada pada komoditas bayam, caysim, dan pakcoy saja, dikarenakan kangkung hanya memakai media kerikil. Rockwool
digunakan dari persemaian hingga sayuran dipasarkan, rockwool menempel pada akar sehingga ikut bersama sayuran yang dijual. Biaya penggunaan rockwool dan
persentase terhadap total biaya yang paling besar 2,61 persen yaitu pada
49 komoditas bayam dikarenakan siklus produksinya paling banyak dalam setahun
dibandingkan dengan pakcoy dan caysim. Nutrisi yang digunakan pada usaha sayuran hidroponik ini yaitu nutrisi AB
mix dengan penggunaan 0,8 ml untuk satu liter air. Biaya nutrisi dihitung berdasarkan hitungan perusahaan bahwa biaya penggunaan nutrisi yaitu Rp 3.000
per m
2
untuk sekali panen sehingga siklus produksi mempengaruhi biaya nutrisi. Biaya nutrisi yang paling besar yaitu pada komoditas kangkung, dan yang terkecil
pada komoditas caysim dan pakcoy. Biaya penggunaan kemasan diperoleh dari banyaknya jumlah produksi
setiap komoditas sayuran hidroponik dan harga tiap plastik kemasan. Kemasan yang digunakan bayam, kangkung, dan caysim berukuran sama dengan harga Rp
400 per kemasan, sedangkan kemasan pakcoy sedikit lebih pendek dengan harga Rp 385 per kemasan. Setiap satu kemasan berisi sayuran dengan berat 250 gram.
Jumlah produksi kangkung dalam setahun paling banyak yaitu mencapai 13.300 kg atau setara dengan 53.200 pack sehingga biaya kemasan kangkung paling besar
yaitu mencapai 11,40 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Komponen biaya variabel tertinggi pada semua komoditas yaitu pada
biaya tenaga kerja harian. Jumlah tenaga kerja harian yang dipekerjakan yaitu 16 orang sehingga biaya yang dibutuhkan cukup besar. Komponen biaya variabel
yang juga tinggi yaitu pada penggunaan nutrisi dan kemasan. Nutrisi merupakan input penting yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan kemasan
merupakan hal yang penting dalam pemasaran sayuran hidroponik sehingga biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Dilihat dari persentase total biaya variabel
terhadap total biaya, jumlah biaya variabel yang dikeluarkan masing-masing sayuran berkisar antara 28-40 persen.
Biaya variabel rata-rata per kilogram yang paling kecil dan efisien yaitu pada komoditas kangkung. Biaya variabel rata-rata per kilogram pada komoditas
kangkung sebesar Rp 5.565, sedangkan komoditas lain mencapai kisaran Rp 7.000-9.000. Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari biaya variabel yang
dikeluarkan, komoditas kangkung menjadi komoditas yang paling efisien untuk diusahakan.
50 Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya produksi yang paling besar dikeluarkan pada komoditas bayam, sedangkan biaya yang paling kecil yaitu pada komoditas kangkung. Biaya total
rata-rata per kg yang paling kecil juga terdapat pada komoditas kangkung yaitu sebesar Rp 14.035 per kilogram, sedangkan biaya total per kg pada komoditas lain
mencapai Rp 23.000 – 29.000. Semakin kecil biaya rata-rata tiap kilogram maka dapat dikatakan semakin efisien dan menguntungkan. Biaya produksi dan biaya
rata-rata yang kecil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode substrat dengan media kerikil pada komoditas kangkung dapat menghemat jumlah biaya
yang dikeluarkan. Struktur biaya produksi sayuran hidroponik dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Struktur Biaya Produksi Sayuran Hidroponik di PT KSS
Komponen Bayam
Kangkung Pakcoy
Caysim Rp
Rp Rp
Rp
Biaya Tetap
136.893.188 66,65
112.655.188 60,35
136.893.188 69,27
136.893.188 71,09
Biaya Variabel
68.498.800 33,35
74.015.300 39,65
60.721.400 30,73
55.681.800 28,91
Total Biaya 205.391.988
100 186.670.488
100 197.614.588
100 192.574.988
100
Biaya total rata-rata
per kg
23.608 14.035
25.532 29.857
6.2 Analisis Penerimaan Sayuran Hidroponik