Struktur Biaya dan Produktivitas Sayuran Hidroponik

11 Dari berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan biasanya merupakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi high value dan juga berupa tanaman sayuran sub tropis yang jarang diproduksi dengan teknologi konvensional. Komoditas yang high value berpeluang besar untuk diusahakan karena permintaan yang juga tinggi baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor.

2.3 Struktur Biaya dan Produktivitas Sayuran Hidroponik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, teknologi hidroponik merupakan teknologi tinggi dalam memproduksi sayuran. Teknologi tinggi umumnya membutuhkan biaya yang juga tinggi baik dari segi biaya investasi maupun biaya operasional sehingga mempengaruhi bagaimana struktur biayanya. Struktur biaya ditentukan oleh teknologi yang digunakan, besaran skala usaha, dan juga komoditas yang diusahakan sehingga struktur biaya suatu usaha berbeda dengan usaha lainnya. Hidroponik merupakan teknologi tinggi dalam memproduksi sayuran sehingga biaya yang dibutuhkan juga tinggi. Penggunaan greenhouse serta berbagai sarana dan prasarana penunjang dalam teknologi hidroponik menyebabkan dibutuhkannya biaya investasi yang tinggi. Biaya yang tinggi sering disebut sebagai kelemahan dalam teknologi hidroponik. Hidroponik membutuhkan modal yang besar atau investasi yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan sistemnya. Penggunaan greenhouse, sarana irigasi, dan peralatan menjadi modal utama untuk dapat menjalankan teknologi hidroponik. Terlebih lagi apabila dilakukannya peningkatan kualitas sistem yang lebih canggih seperti penggunaan aplikasi komputer yang otomatis maka biaya investasi yang dibutuhkan akan semakin besar Rosario AD dan Santos 1990; Chow V 1990; Savvas D 2003. Seperti yang dilakukan pada penelitian Anggraini A 1999, pada komoditas tomat recento hidroponik, biaya tetap merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan. Biaya tetap ini terdiri dari penyusutan greenhouse, instalasi NFT, instalasi listrik, kantor, gudang dan peralatan. Besarnya biaya greenhouse dengan luas 2600 m 2 mencapai 64 persen dari keseluruhan total biaya investasi. Biaya variabel terdiri dari polybag, bibit, nutrisi, dan tenaga kerja. Komoditas 12 tomat recento hidroponik juga diteliti oleh Dahlia E 2002 pada perusahaan yang berbeda. Biaya investasi juga merupakan komponen biaya terbesar pada usaha tomat recento hidroponik di PT Prima Tani dengan biaya pembangunan greenhouse dengan luas 1 Ha mencapai 42 persen dari total biaya investasi yang dikeluarkan. Biaya variabel merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya investasi yang terdiri dari biaya penyediaan input seperti polybag, sekam, bibit, nutrisi dan tenaga kerja. Input yang digunakan pada usaha sayuran hidroponik memang berbeda dengan konvensional sehingga biaya variabel pada usaha hidroponik relatif lebih besar. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengusahaan sayuran hidroponik, biaya produksi yang dibutuhkan tinggii karena adanya penggunaan teknologi tinggi yang berbeda dengan teknik bertanam konvensional. Penelitian mengenai struktur biaya sayuran hidroponik juga dilakukan oleh Tampubolon SH 2005 yang membandingkan struktur biaya tiga perusahaan PT ABBAS Agri, PT JORO, PT Triple A untuk menganalisis persaingan usaha. Struktur biaya usaha sayuran hidroponik pada ketiga perusahaan berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan pada penggunaan inputnya seperti benih, nutrisi, media tanam serta perbedaan sewa lahan atau milik sendiri. Biaya tetap yang ada berupa biaya penyusutan greenhouse dan penyusutan sarana irigasi. Untuk menganalisis persaingan usaha, selain struktur biaya digunakan pula analisis pendapatan dan pengeluaran agar diketahui usaha yang menguntungkan. Selain biaya investasi, biaya tenaga kerja dan distribusi dalam usaha sayuran hidroponik juga tinggi. Pada produksi bayam hidroponik dengan sistem NFT media kerikil, biaya tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 35,3 persen dari total biaya, sedangkan biaya bahan bakar untuk distribusi mencapai 21,8 persen dari total biaya Anggayuhlin R 2012. Dalam teknologi hidroponik, penggunaan lahan untuk menanam lebih efisien. Tanaman dapat diatur sedemikian rupa tanpa memerlukan jarak tanam yang lebar seperti pada bercocok tanam dengan media tanah. Penggunaan pupuknutrisi dan penggunaan air lebih efisien karena dengan teknologi hidroponik, nutrisi dilarutkan bersama air dan air dialirkan secara sirkulasi serta langsung diserap oleh akar tanaman. Selain itu, periode tanam pada teknologi hidroponik lebih pendek sehingga tanaman lebih cepat dipanen. Dari pernyataan 13 tersebut, biaya produksi pada hidroponik bisa saja ditekan dengan penggunaan lahan, air dan nutrisi secara efisien serta adanya peningkatan produksi dan hasil panen Rosario AD dan Santos 1990; Chow V 1990; Agustina H 2009. Produktivitas sayuran hidroponik juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas sayuran yang ditanam secara konvensional. Produktivitas sayuran hidroponik yang tinggi dikarenakan pemberian nutrisi dan air yang langsung dapat diserap oleh akar tanaman dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman serta tanaman tidak terkontaminasi dengan adanya kemungkinan logam, bahan kimia, dan zat lain yang ada di dalam tanah. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Collins pada tahun 1985 mengenai perbandingan produktivitas beberapa sayuran yang ditanam secara hidroponik dan konvensional di Universitas Arizona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas sayuran hidroponik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas non hidroponik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa produktivitas selada keriting hidroponik mencapai 12 tonHa, sementara produktivitas selada konvensional hanya mencapai 3-8 tonHa Prawoto B 2012. Produktivitas sayuran hidroponik yang lebih tinggi dibandingkan konvensional diduga dapat menjadi solusi untuk menekan biaya hidroponik yang tinggi. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur biaya memperlihatkan bagaimana komposisi biaya yang ada pada tiap usaha berbeda-beda. Struktur biaya dapat dipengaruhi oleh teknologi, skala usaha, dan jenis komoditasnya. Pada usaha yang sama, tetapi skala usaha berbeda, maka akan menghasilkan struktur biaya yang berbeda pula. Pada hidroponik yang menggunakan teknologi yang tinggi umumnya membutuhkan biaya yang tinggi terutama dalam hal biaya investasi. Biaya yang tinggi mungkin saja dapat ditekan dan ditutupi oleh penggunaan lahan, air, dan pupuk secara efisien dan tingginya produktivitas sayuran hidroponik. Oleh karena itu, struktur biaya penting diketahui untuk melihat komposisi biaya yang ada pada suatu usaha. 14 Tabel 3 . Perbandingan Produktivitas Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Non Hidroponik Di Universitas Arizona Sumber : Jensen MH dan Collins WL 1985 Tanaman Hidroponik Non Hidroponik media tanah Hasil panen TonHa Jumlah panen per tahun Total TonHaTahun Total TonHaTahun Brokoli 32.5 3 97.5 10.5 Kubis 57.5 3 172.5 30 Mentimun 250 3 750 30 Terong 28 2 56 20 Lettuce 31.3 10 313 52 Lada 32 3 96 16 Tomat 187.5 2 375 100 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN