Minyak Atsiri Sitronelal TINJAUAN PUSTAKA

18 Tabel 4. Karakteristik Persyaratan Mutu Geraniol Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI No Parameter SNI 06-0027-1987 1 Bobot jenis 25 o C 25 C 0,870 – 0,899 2 Indeks bias n D 25 C 1,4660 – 1,4770 3 Putaran Optik - 11 – + 2 4 Geraniol, bb min 75 5 Sitronelal, bb maks 7 Sumber : SNI 1987 Minyak sereh wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak Sereh Wangi banyak digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektan, bahan pengilap, aneka ragam preparasi teknis, dan kosmetik Lutony dan Rahmayati, 1999. Minyak sereh secara tradisional digunakan sebagai repelen nyamuk, fumigan racun inhalasi di permukiman, ataupun bahan pewangi pada makanan, sabun, dan kosmetik Nakahara et al, 2003. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode cawan tebar, diketahui bahwa minyak sereh memiliki aktifitas antibakteri dan antijamur. Senyawa aktif pada minyak sereh yang berfngsi sebagai antifungi pada penelitian tersebut adalah sitronelal dan linalool Nakahara et al, 2003. Selain itu, minyak sereh juga digunakan pada bidang pertanian sebagai pestisida alami insektisida dan fungisida yang bersifat sebagai racun kontak. Racun kontak merupakan racun yang masuk dalam tubuh organisme melalui kulit dan menyebabkan serangga kehilangan cairan dalam tubuh secara terus-menerus kemudian mati Djojosumarto, 2008. Minyak sereh juga sering digunakan sebagai penolak serangga alami. Kemampuan menolak nyamuk telah dibuktikan melalui penelitian terhadap nyamuk Aedes aegypti maupun Culex quinquefasciatus dengan cara mengoleskan formula penolak nyamuk yang mengandung minyak sereh di kulit selama 60 menit uji. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa minyak sereh wangi efektif digunakan sebagai penolak nyamuk Kim et al, 2005 19

2.4. Sitronelal

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati Miftakhurohmah et al, 2008. Turunan senyawa sitronelal dan geraniol seperti hidroksi sitronelal, mentol sintetis, ester geraniol dan ester sitronelol banyak dibutuhkan industri formulasi parfum berkualitas tinggi, flavour, fragrance, obat-obatan, repellent, di samping itu minyak sereh wangi secara langsung juga dipakai sebagai topmiddle note pada produk home care dan personal care karena bermanfaat menenangkan, antiseptik, tolak nyamuk, membantu melemaskan otot, dan bau harumnya membangkitkan gairah. Di Indonesia, minyak sereh wangi digunakan untuk krim detergen dan produk pembersih rumah tangga Sabini, 2006. Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus aldehid, ikatan rangkap dan rantai karbon yang memungkinkan mengalami reaksi siklisasi aromatisasi Irna et al, 2007 Selain itu, sitronelal juga merupakan bahan dasar sintesis pembuatan fragrance seperti sitronelol, isopulegol, mentol dan ester-ester lainnya yang mempunyai bau dan wangi yang khas. Sitronelal bila direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam seperti anhidrida asetat, dan sebagaiya akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol dan sejumlah isomer isopulegol sebagai produk utama. Bila isopulegol dihidrogenasi dengan Raney Ni akan menghasilkan mentol. Salah satu pabrik di Perancis mengkonsumsi mentol sintetik sekitar 10 dari produk total dunia minyak sereh, tipe Jawa. Pernggunaan yang penting dari sitronelal adalah untuk pembuatan hidroksi stronelal, dimana hidroksi sitronelal ini merupakan salah satu senyawa sintetik yang paling penting dalam pewangian. Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral – lily sehingga sejumlah orang menyebutnya sebagai king of the parfumes parfum berkualitas tinggi. Karena itu sitronelal digunakan untuk pewangi sabun dan kosmetika, flavoring agent untuk aneka makanan dan minuman, obat-obatan, repellent obat pengusirpenolak nyamuk, produk home care dan personal care karena bermanfaat untuk menenangkan, antiseptik, membantu melemaskan otot, dan bau harumnya membangkitkan gairah.Di 20 Indonesia pada umumnya digunakan untuk krim detergen dan produk pembersih rumah tangga Irna et al, 2007. Proses isolasi atau fraksionasi sitronelal harus dikerjakan dalam keadaan vakum untuk mencegah kerusakan dekomposisi komponen karena panas yang tinggi. Pengambilan kondisi operasi fraksinasi dengan cara pendekatan antara tekanan terhadap temperatur pada komponen utama minyak sereh disajikan pada Tabel 5. Isolasi sitronelal dapat dilakukan dengan cara distilasi fraksinasi pengurangan tekanan dan cara pengendapan menggunakan larutan jenuh natrium bisulfit NaHSO 3 . Hasil Isolasi sitronelal dengan cara pengendapan menggunakan larutan jenuh natrium bisulfit NaHSO 3 ternyata lebih efektif dari pada cara distilasi fraksi-nasi pengurangan tekanan. Kondisi proses yang digunakan melalui cara pengen-dapan ini adalah suhu proses 5 C dan lama pengadukan 2 jam. Rendemen yang diperoleh sebesar 39,92 dan kadar sitronelal 92,05. Pemeriksaan awal dengan menggunakan kromatografi gas, spektrofotometer IR dan GC-MS menunjukan bahwa rendemen tertinggi sitronelal adalah 37,99 Siallagan, 1999. Tabel 5. Data Berbagai Tekanan dan Temperatur Komponen Utama Minyak Sereh Wangi Tekanan Temperatur o C mmHg mBar Sitronelal Sitronelol Geraniol 1 1.3332 44 66.4 69.2 5 6.6661 71.4 93.6 96.8 10 13.332 84.8 107 110 20 26.664 99.8 121.5 123.6 30 39.997 107.95 129.35 133.7 40 53.329 116.1 137.2 141.8 60 79.993 126.2 147.2 151.5 100 133.32 140.1 159.8 165.3 200 266.64 160 179.8 185.6 400 533.29 183.8 201 207.8 760 1013.2 206.5 221.5 230 Sumber : Perry et al 1994 21 50 100 150 200 250 200 400 600 800 1000 1200 Temperatur oC Sitronelal Temperatur oC Sitronelol Temperatur oC Geraniol Tekanan mBar Temperatur oC Gambar 3. Grafik hubungan antara tekanan terhadap temperatur untuk komponen utama minyak sereh wangi Perry, 1994 Agustian et al 2005, dalam Proyek ITDP-Twinning Activities, 1999-2000, telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal dengan distilasi fraksionasi pada tekanan 40 mmHg 53 mBar dan suhu 128,3 o C. Penelitian ini merupakan kajian awal pengembangan kimia adi dari minyak sereh wangi dan esternya. Hasil kajian dari proyek ini menunjukkan bahwa rendemen sitronelal yang diperoleh sebesar 11,35 dan kemurnian 96, sedangkan kandungan sitronelal awal di dalam bahan baku sebesar 40,50. Agustian et al 2005, telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal melalui proses penyulingan vakum dengan memvariasikan refluks rasio dan menggunakan alat distilasi fraksionasi vakum skala bench. Alat ini berguna untuk memisahkan komponen utama berdasarkan perbedaan titik didih. Kondisi terbaik yang pernah diperoleh adalah fraksinasi menggunakan tekanan 60 mmHg dan refluks rasio 20 : 10, yang menghasilkan rendemen sebesar 41,33 dengan kandungan Sitronelal sebesar 96,1030 atau 39,72 dari bahan baku umpan minyak sereh wangi sebesar 1500 ml. Isolasi sitronelal secara fisika melalui distilasi fraksinasi pengurangan tekanan. Melalui penelitian ini jumlah sitronelal 22 yang dapat diperoleh sekitar 35 pada titik didih dan tekanan 47 – 48 o C 3 mmHg Sastrohamidjojo, 2002. Menurut Perry 1994, jika mengisolasi sitronelal dengan menggunakan tekanan 3 mmHg, seharusnya suhu yang digunakan atau dipertahankan adalah 60,44 o C. Selain itu, menurut Guenther 2006, minyak sereh wangi asal Jawa mengandung sitronelal 32 - 45. Oleh karena itu, perolehan sitronelal dalam penelitian ini masih bisa ditingkatkan dengan menggunakan tekanan 3 mmHg dan suhu 60,44 – 71,58 o C. Sastrohamidjojo 2002, telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal secara kimia dengan larutan jenuh natrium bisulfit NaHSO 3 . Bila larutan jenuh NaHSO 3 dituangkan ke dalam minyak sereh, yang bereaksi hanya sitronelal, maka reaksi antara sitronelal dengan NaHSO 3 merupakan reaksi adisi dan dari reaksi adisi ini akan terbentuk garam atau endapan berwarna putih yang larut dalam air dan akibat dari reaksi ini akan diperoleh dua lapisan. Lapisan atas berupa senyawa yang tetap tidak larut dalam air, sedangkan lapisan bawah adalah endapan hasil adisi yang larut dalam air. Proses selanjutnya adalah filtrasi, tapi filtrasi ini tidak berjalan lancar karena endapan hasil adisi sangat kental. Untuk mengisolasinya dilakukan dengan mengekstrak-nya dengan pelarut pentane. Endapan hasil adisi direaksikan dengan larutan Na 2 CO 3 untuk membebaskan sitronelal. Dari cara isolasi ini sitronelal yang diperoleh sekitar 18,4. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut : Sitronelal + Na + HSO 3 Hasil adisi Hasil adisi + Na 2 CO 3 Sitronelal + Na 2 SO 3 + NaHCO 3 Isolasi Sitronelal dapat dilakukan melalui proses penyulingan vakum dengan memvariasikan refluks rasio dan menggunakan alat distilasi fraksionasi skala bench . Alat ini berguna untuk memisahkan komponen utama berdasarkan perbedaan titik didih. Isolasi sitronelal dilakukan dengan menggunakan tekanan 60 mmHg dan refluks rasio 20 : 10, isolasi tersebut menghasilkan rendemen sebesar 41,33 dengan kandungan sitronelal sebesar 96,1030 atau 39,72 dari bahan baku umpan minyak sereh wangi sebesar 1500 ml Agustian et al, 2005. 23 Isolasi sitronelal secara kimia juga dapa dilakukan dengan menggunakan campuran pelarut n-heksana-etanol. Ekstraksi sitronelal dalam minyak sereh wangi dilakukan secara kimia dengan menggunakan campuran pelarut n-heksana- etanol dengan komposisi 1:4; 2:3; 1:1; 3:2 dan 4:1 dengan volume total pelarut 50 mL. Sitronelal yang diperoleh dari hasil ekstraksi pelarut dianalisis secara spektrometri FTIR, kromatografi gas dan kromatograti gas-spektrometri massa KG-SM. Kadar sitronelal yang dianalisis secara kromatografi gas dan kromatografi gas-spektrometri massa dalam minyak sereh wangi sebelum ekstraksi minyak sereh kasar sebesar 37,50 dan 37,67. Kadar tersebut mengalami pening-katan setelah proses ekstraksi yang dilakukan pada komposisi campuran pelarut n-heksana-etanol 3:2 dan 4:1.Terdapat perbedaan kadar sitronelal dalam minyak sereh wangi pada variasi komposisi campuran pelarut n- heksana etanol. Pada komposisi campuran pelarut n-heksana-etanol 3:2 yang dianalisis secara kromatografi gas dan kromatografi gas-spektrometri massa menghasilkan kadar sitronelal tertinggi yaitu sebesar 43,24 dan 52,61 Ririh et al, 2009.

2.5. Sitronelol

Sitronellol atau sering juga disebut dengan dihydrogeraniol adalah suatu monoterpenoid alami dengan formula C 10 H 20 O yang diperoleh dari minyak sereh wangi Citronella Oil dan juga dari minyak daun cengkeh. Dalam perdagangan, sitronelol diperoleh dengan mereduksi sitronelal yang terdapat dalam minyak sereh wangi. Kandungan sitronelal dalam minyak sereh wangi dari Jawa berkisar 30 – 45 , sedangkan kandungan sitronelolnya berkisar 12 – 18 . Sitronelol berupa cairan tak berwarna yang memiliki bau seperti bunga mawar. Sitronelol merupakan salah satu pewangi yang paling penting yang banyak digunakan dalam parfum, kosmetik dan sabun mandi. Sitronelol merupakan konstituen utama dalam senyawa sintetik yang berbau mawar. Dalam perdagangan sitronelol dikenal sebagai bahan yang sangat mahal. Selain itu, sitronelol juga dapat dipergunakan sebagai pembuat senyawa-senyawa sintetik feromon ratu lebah, yaitu trans-9-okso-2-dekenoat 9-ODA Singh et al, 2011. 24 Sastrohamijojo 2002, telah melakukan penelitian tentang sintesa atau konversi sitronelal menjadi sitronelol dengan NaBH4. Konversi sitronelal menjadi sitronelol dapat dilakukan melalui reaksi reduksi, dimana gugus aldehid pada sitronelal akan tereduksi menjadi senyawa alkohol menggunakan natrium borohidrida NaBH4. Seyawa logam hidrida komplek adalah reagen yang paling banyak digunakan pada reaksi kimia. Sastrohamijojo 2002 juga telah melakukan penelitian tentang konversi sitronelal menjadi sitronelol dengan LiAlH 4 dan “konversi sitronelal menjadi sitronelol dengan Al-isopropoksida. Isolasi sitronelol dapat dilakukan dari hasil protonasi sitronelal. Kandungan sitronelol yang diperoleh sebesar 76,8, dan selanjutnya sitronelol ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuat senyawa sintetik atraktan beraroma dan feromon ratu lebah, yaitu trans-9-okso-2-dekenoat 9-ODA, yang digunakan sebagai umpan untuk menciptakan sistem beternak lebah agar dapat berproduksi sepanjang tahun dan hasil madunya memiliki aroma dan cita rasa madu sesuai dengan yang diinginkan serta tidak bergantung pada jenis bunga di lokasi peternakan. Rendemen senyawa sinteti k ”feromon ratu lebah 9-ODA” yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebesar 22.4. Bahan dasar dan jalur sintesis yang dipergunakan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis retrosintesis dari senyawa target. Hasil sintesisnya dicirikan dengan metode spektroskopi ultra- violet, inframerah, resonansi magnetik inti proton dan kromatografi gas- spektrometri massa. Aktivitas setiap senyawa diuji dengan metode olfaktometri dan metode cawan petri untuk mengetahui perilaku lebah dalam merespons senyawa hasil sintesis Yunus et al, 2008.

2.6. Geraniol

Geraniol sering disebut juga sebagai rhodinol, adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol dengan formula C 10 H 18

O. Geraniol sering dijumpai

pada tanaman sereh wangi, geranium, palmarose, jeruk purut, laos merah dan jahe. Geraniol juga sering disebut dengan minyak rose. Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik yang umum. Baunya menyengat dan sering digunakan sebagai parfum.. Kandungan geraniol dalam minyak sereh wangi sebesar 11-15. 25 Geraniol digunakan untuk menarik serangga atau mengusir serangga, selain itu juga mempunyai daya tarik terhadap lalat buah tetapi aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap masih perlu ditambahkan larutan deterjen. Geraniol dapat mengakibatkan kematian 65 pada larva ulat kubis, karena diduga geraniol bersifat racun lambung, sehingga pada saat hari pertama terjadi kontak belum memperlihatkan gejala keracunan, tetapi setelah larva-larva tersebut makan, dapat mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut Singh et al, 2011. Menurut Irna et al 2007, Dr. Jerry Butler dari University of Florida telah membuktikan, bahwa geraniol merupakan salah satu kimia bahan alam yang efektif untuk mengusir nyamuk, lalat, dan semut. Lebah memanfaatkan geraniol untuk menandai bunga yang menghasilkan madu dan menandai pintu masuk ke sarangnya. Pada tahun 1994 lima perusahaan rokok terbesar mendaftarkan geraniol sebagai salah satu dari 599 zat aditif yang ada di dalam rokok untuk meningkatkan aroma. Selain itu, industri pengguna geraniol antara lain ádalah industri kosmetik, sabun mandi, bahan pembuat skin lotion penolak nyamuk, insektisida, fungisida, bahan pembuat pakan ikan khususnya obat pembangkit nafsu makan pada ikan, obat pengusir nyamuk, lalat, dan semut. Sastrohamijojo 2002, telah melakukan penelitian tentang cara isolasi geraniol melalui proses saponifikasi residu Minyak sereh setelah diambil sitronelalnya disebut residu, dididih-kan dengan larutan NaOH dalam alkohol. Tujuannya ádalah untuk mensaponifikasi ester-ester sitronelol dan geraniol agar supaya menjadi produk alkohol. EtOH Sitronelil asetat + NaOH Sitronelol + CH3COONa EtOH Geranil asetat + NaOH Geraniol + CH3COONa Hasil dari reaksi ini adalah terjadi dua lapisan, dimana lapisan atas yang mengandung alkohol dipisahkan. Proses berikutnya lapisan atas tersebut didistilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Fraksi dengan titik didih 75 – 76 C dan tekanan 3 mmHg mengandung campuran 57 sitronelol dan 23 geraniol. Fraksi 26 dengan titik didih 76 – 77 C dan tekanan 3 mmHg mengandung 41 sitronelol dan 56 geraniol.

2.7. Analisa Kromatografi

Kromatografi merupakan metode fisik dalam pemisahan komponen contoh di mana komponen-komponen itu terbagi menjadi dua fase, yaitu fase stasioner atau fase tetap dan fase gerak atau fase mobil. Fase stasioner dapat berupa solid padatan ataupun cairan yang mengandung padatan-padatan. Kebanyakan bahan- bahan yang dikromatografi saat ini adalah bahan-bahan yang tidak berwarna. Kromatografi mencakup rangkaian teknik yang memisahkan komponen- komponen pada suatu campuran dengan serangkaian operasi pemisahan, di mana hasilnya akan terbagi menjadi dua, yaitu fase stasioner yang berpermukaan luas dan fase mobil atau fase gerak Anonim, 2007. Kromatografi terbagi menjadi beberapa macam. Pengelompokan jenis kromatografi itu disesuaikan dengan jenis pemisahan komponennya. Contohnya untuk kromatografi adsorpsi terdiri dari liquid-solid column chromatography, paper chromatography, thin layer chromatography, dan gas solid chromatography. Selain itu, ada partition chromatography yang terdiri dari liquid-liquid column chromatography, paper chromatography, thin layer chromatography, emulsion chromatography, gas liquid chromatography, size exclusion chromatography, gel filtration, permeation chromatography, dan molecular sieves Anonim, 2007. Gas chromatography GC atau kromatografi gas merupakan salah satu jenis kromatografi di mana fase geraknya adalah gas, biasanya gas yang digunakan adalah gas helium. GC diaplikasikan untuk analisis gas dan uap dari komponen yang sangat volatil. GC dapat digunakan untuk pemisahan langsung dan analisis sampel gas, cairan, dan padatan volatil Anonim, 2007. Pada GC, produk dekomposisi dipisahkan dalam kolom GC, setelah produk itu terdeterminasi secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis itu akan muncul dari pirogram sebuah kromatogram yang memberikan hasil dari hasil deteksi produk pirolisis. Pada GC, pirolisis fragmen dihasilkan dari dekomposisi kimia oleh panas. Jika komponen yang akan dipirolisis itu terlalu kompleks, maka tidak 27 dapat dilakukan identifikasi secara lengkap untuk semua fragmen Anonim, 2007. Kolom pada GC berupa pipa tipis seperti selang yang tergulung rapi seperti kumparan. Kolom itu merupakan kolom kapiler yang berisi resin atau padatan lain yang berfungsi sebagai fase stasioner. Isi kolom itu pun dapat diganti sesuai dengan komponen yang akan dikromatografi Anonim, 2007. Hal-hal yang biasanya diperhatikan dalam sebuah GC teknik analisis, teknik penelitian fisik, teknik persiapan, online monitoring probe, dan sistem terotomatisasi Anonim, 2007. Kelebihan GC adalah sebagai berikut : 1. GC dapat memberikan resolusi pemisahan yang sangat baik, bahkan komponen yang berbentuk campuran azeotropis dalam teknik distilasi pun dapat dipisahkan oleh GC. 2. Tingkat sensitivitas GC lebih baik dari alat kromatografi lainnya. 3. Waktu analisis GC relatif lebih cepat daripada alat kromatografi lainnya, yaitu sekitar 30 menit. 4. Operasi GC sangat sesuai dengan prosedur dan sangat mudah digu-nakan oleh orang yang termasuk non-teknisi sekalipun . Anonim, 2007. 2.8. Distilasi Fraksinasi Vakum 2.8.1.Teori Dasar Distilasi Unit operasi distilasi merupakam metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam satu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan evaporasi pada titik didihnya Geankopolis, 1983. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang mendidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan Geankopolis, 1983. 28 Menurut Himmelblau 1987, titik didih merupakan suhu pada saat tekanan atmosfer sama dengan tekanan atmosfer di sekitar cairan. Titik didih cairan bersifat konstan, tetapi bervariasi sesuai dengan tekanan atmosfer di sekelilingnya. Titik didih pada lingkungan dengan tekanan atmosfer lebih tinggi akan lebih tinggi bila dibandiungkan dengan titik didih pada lingkungan dengan tekanan atmosfer lebih rendah. Proses distilasi yang dilakukan pada beberapa industry kimia dapat melibatkan lebih dari dua komponen. Prinsip umum desain distilasi menara kolom multi komponen pada beberapa hal sama dengan system dua komponen binary system. Masing-masing komponen dalam campuran multi komponen terdapat pada satu kesetimbangan massa. Kesetimbangan entalpi atau panas dibuat sama dengan distilasi sistem dua komponen. Data kesetimbangan digunakan untuk menghitung titik didih dan titik embun Geankopolis, 1983.

2.8.2. Distilasi Bertingkat Distilasi Fraksionasi

Fraksionasi atau penyulingan fraksi adalah proses pemisahan komponen- komponen atau fraksi-fraksi yang terkandung di dalam suatu cairan atau minyak atsiri menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing fraksi yang bersangkutan. Dalam hal ini fasa uap dan cairan mengalir secara berlawanan arah di dalam daerah transfer massa pada kolom distilasi dimana tray atau packing digunakan untuk memaksimalkan kontak antar muka diantara fasa- fasa tersebut. Sebaiknya minyak atsiri tidak difrak-sionasi pada tekanan atmosfer, tapi dalam keadaan vakum pada penyulingan vakum karena tekanan atmosfer dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi dan resinifikasi, sehingga ,destilat mempunyai baud an sifat fisikokimia yang berbeda dengan minyak murni. Suhu penyulingan dapat diturunkan dengan cara menurunkan tekanan atau dengan penyulingan vakum pada tekanan rendah Guenther, 2006. Operasi fraksinasi yang ideal akan menghasilkan fraksi tertentu dengan kemurnian tinggi, pada setiap suhu distilasi tertentu. Setelah fraksi tertentu didistilasi, suhu akan meningkat dengan cepat dan tidak terdapat cairan yang disuling sebagai fraksi antara. Jika volume ,destilat diplot terhadap volume ,destilat pada fraksionasi yang ideal, maka akan diperoleh garis horizontal dan 29 vertikal. Adanya kemiringan slop menunjukkan adanya fraksi antara dan sejumlah fraksi tersebut dapat digunakan sebagai criteria kualitatif kinerja kolom yang berbeda. Tujuan utama perancangan kolom fraksinasi adalah untuk mengurangi kadar fraksi antara. Faktor-faktor penting yang mem-pengaruhi pemisahan campuran menjadi fraksi murni adalah waktu distilasi, panjang kolom distilasi, isolasi panas dan rasio refluks Furniss et al, 1984. Keuntungan dari proses fraksionasi ini adalah diagram alir dari proses yang sederhana, biaya investasi yang rendah jika dibandingkan dengan unit separasi yang lainnya dan selain itu, operasi fraksinasi ini juga memiliki resiko yang rendah terhadap kegagalan produksi maupun terhadap pencemaran lingkungan. Namun distilasi fraksionasi ini juga memiliki kekurangan yakni, efisiensi dari energi yang digunakan rendah, dan memerlukan suatu senyawa yang memiliki kestabilan thermal yang baik pada titik didihnya. Agustian et al, 2005.

2.8.3. Distilasi Vakum

Bahan-bahan dengan berat molekul yang tinggi misalnya yang khususnya peka terhadap suhu atau oksidasi hanya dapat didistilasi dalam keadaan vakum sedang atau vakum tinggi, tetapi tekanan mutlak yang serendah itu hanya dapat dicapai apabila tidak terdapat kerugian tekanan pada transportasi uap ke kondensor Handojo, 1995. Proses penyulingan dalam keadaan vakum telah banyak diterapkan dalam industri minyak atsiri. Dengan tekanan serendah mungkin, maka suhu tidak begitu berpengaruh terhadap mutu minyak. Dalam prakteknya, penurunan tekanan lebih lanjut akan memperlambat proses penyulingan dan memerlukan alat penyuling vakum yang efisien serta kedap udara dan kondensor yang efektif. Dengan demikian komponen minyak atsiri yang bertitik didih rendah dapat diperoleh kembali Guenther, 2006. Fraksionasi vakum terutama digunakan untuk secara hati-hati memisahkan campuran yang peka terhadap suhu. Dalam hal ini tekanan rendah tekanan absolute yang dipilih tergantung pada titik didih yang diinginkan Handojo, 1995. 30

2.8.4. Distilasi Molekuler

Operasi distilasi molekuler atau yang dikenal dengan short path distillation merupakan suatu teknik pemisahan yang berguna dalam permunian senyawa termal yang tidak stabil dan memiliki volatilitas yang rendah. Distilasi molekuler berdasarkan pada penguapan senyawa dalam campuran Marttinello et al, 2008. Karakteristik pada operasi distilasi molekuler adalah tekanan yang bekerja di dalamnya yaitu pada rentang 10 -2 -10 -4 KPa. Dengan kondisi tersebut, volatilitas dari kenaikan komponen dan operasi suhu akan menu-run, dan memungkinkan untuk memisahkan senyawa pada suhu yang lebih rendah. Molekul yang meninggalkan permukaan evaporasi akan menga-lami gangguan tidak ada tumbukan pada tekanan operasi yang lebih rendah. Akibatnya, molekul-molekul mengambil jalan singkat sebelum mereka terkondensasi, sehingga molekul- molekul tersebut akan tiba di permukaan kondensor dalam waktu yang singkat Marttinello et al, 2008. Gambar 4. Skema Distilasi Molekuler Marttinello et al, 2008