Seleksi Primer PCR Polymerase Chain Reaction

sebanyak 10 µl, lalu sentrifugasi pada kecepatan 13000 rpm selama 2 menit. Hasil sentrifugasi supernatan akan terpisah menjadi dua fase yaitu bagian atas merupakan fase air yang berisi asam nukleat dan bagian bawah yaitu fase organik yang berisi pelarut organik. Fase air dipisahkan dari fase organik dengan menggunakan pipet mikro lalu dipindahkan kedalam tabung mikro baru. Kemudian ditambahkan chloroform 500 µl dan fenol 10 µl sebanyak dua kali secara berulang yang bertujuan untuk memperoleh DNA yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Supernatan yang telah terpisah dari fase organik, ditambahkan isoproponal dingin sebanyak 500 µl dan NaCl atau NaOAc sebanyak 500 µl dan 300 µl. Campuran ini disimpan dalam freezer selama 45 menit – 1 jam. Hasil pengendapan tersebut disentrifuge pada kecepatan 13000 rpm selama 2 menit kemudian cairan dalam tabung mikro dibuang. Hasil pengendapan akan berupa pelet DNA. Pelet DNA ini kemudian ditambahkan etanol 100 sebanyak 300 µl dan disentrifuge selama 2 menit pada kecepatan 13000 rpm, kemudian cairan etanol tersebut dibuang. Setelah itu pelet DNA yang tersisa dalam tabung mikro dikeringkan dalam desikator dengan posisi terbalik selama 10 menit lalu ditambahkan larutan TE sebanyak 20 µl difortex kemudian disimpan didalam freezer. Selama proses pengeringan pelet DNA, disiapkan agarose 1 0.33 gram agarose dalam 33 ml TAE. Untuk proses elektroforesis, diambil 3 µl DNA ditambahkan 2 µl blue juice 10 X dan kemudian di running pada tegangan 100 selama ± 30 menit. DNA akan bergerak kearah positif anoda. Hasil elektroforesis kemudian direndam dalam larutan etidium Bromide ETBR 10 µl per 200 ml aquades selama 3 – 5 menit dan selanjutnya dilihat pada UV transiluminator.

3. Seleksi Primer

Primer adalah rantai pendek DNA yang dihasilkan secara buatan biasanya antara 10 – 25 nukleotida. Primer berfungsi sebagai titik mula terjadinya sintesis oleh enzim yang disebut DNA polymerase yang diperoleh dari bakteri Thermus aquaticus. Enzim ini biasa disebut juga Taq DNA polymerase. Enzim ini sesuai untuk proses amplifikasi karena dapat bertahan pada suhu tinggi hingga 95 C meskipun suhu optimum bagi aktifitas enzim adalah 72 C. Setelah terjadi annealing selanjutnya dilakukan perbanyakan fragmen DNA melalui proses ekstensi pada suhu 72 C. Seleksi primer dimaksudkan untuk mencari primer acak yang menghasilkan penanda polimorfik, karena tidak semua primer nukleotida dapat menghasilkan produk amplifikasi primer positif dan dari primer positif tidak semuanya menghasilkan fragmen DNA polimorfik. Proses penyeleksian primer yang digunakan dalam metoda mikrosatellite mengikuti primer yang pernah diuji oleh Nurtjahjaningsih et al. 2005, karena belum ada penelitian pendahuluan terhadap jenis P. merkusii alami yang dapat mengamplifikasi DNA tanaman ini. Dalam penelitian ini digunakan 7 primer yang dipilih dari hasil temuan mikrosatelit pada P. merkusii di hutan tanaman Nurtjahjaningsih et al. 2005. Informasi tentang ketujuh primer mikrosatelit tersebut tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik primer mikrosatelit dari Pinus merkusii di hutan tanaman, di Pulau Jawa Nurtjahjaningsih et al. 2005

4. PCR Polymerase Chain Reaction

Proses PCR membutuhkan 4 komponen utama yaitu H 2 O, HotStar Mix, primer dan DNA. DNA hasil proses ektraksi sebelum dilakukan proses amplifikasi PCR harus dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquabidest. Besarnya perbandingan antara DNA dengan aquabidest tergantung dari tebal dan tipisnya DNA hasil ekstraksi. Untuk proses PCR, DNA 1.5 µl dicampurkan dengan HotStar Mix 7.5 µl, Nuclease-free water 2.5 µl dan primer 1.5 µl disentrifugasi selama 5-10 detik Suhu Nomor Akses annealing o C ke Bank Gen 1. pm01 111-117 56 TG 12 F: AGAGAAGGCACGATTTTGTC AB201535 R: TCCCACTAATCACTTTGAAAG 2. pm04 92 56 TG 10 F: CTCTAAGTAGGACAAGGCCT AB201536 R: CATAATCCAAGGAGTCAAGG 3. pm05 112-118 52 TG 9 F: GAGTCTAATTGCAAACCCCA AB201537 R: TGGAGATCTACCACTTTTTC 4. pm07 284-309 52 AC 8 AT 4 F: GAATCTAAGCATATGAAATGAG AB201538 R: CTTGTTAATGCTACTAGTTATG 5. pm08 132 59 AT 2 GT 11 F: GCTTCAATCTATTGACCCCAT AB201539 R: TAAAGGGGCAGCTGCTACAACCAATGG 6. pm09a 81-99 52 AT 5 GT 18 AT 2 F: CCTTCTCATTTCGATATGCAC AB201540 R: ATTAAAGGTTATATGGGGCT 7. pm12 181-193 59 GT 5 CTGT 5 AT 5 F: GAACAATCATTGCGGGTCCCG AB201541 R: TATGCTGCGTTTATATGTATAAGTGTC Ukuran Produk bp Lokus No Motif Pengulangan Sekuen primer 5-3 kemudian dimasukkan kedalam mesin PCR. Tahapan serta suhu PCR seperti disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Tahapan dalam proses PCR Metode Tahapan Suhu C Waktu menit Jumlah siklus Mikrosatelit Pre- Denaturation Denaturation Annealing Extention Final Extention 95 95 53 72 72 2 1 2 2 5 1 35 1 Pengujian polimorfisme dilakukan dengan melihat pita hasil PCR yang divisualisasi berdasarkan hasil elektroforesis. Hasil pengujian ini dikatakan polimorfisme jika pola pita yang dihasilkan mempunyai sekurang-kurangnya lebih dari satu variasi, sedang hasil pengujian dikatakan monomorfik jika tidak memperlihatkan adanya variasi pada pola pita hasil elektroforesis.

5. Analisis Data