Multidimensional Scaling Daya Dukung Sosial, merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam

formal maupun informal; 2 sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; 3 didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia dan kelembagaan; 4 keterlibatan aktif stakeholder; 5 memiliki rencana dan program yang jelas; 6 memiliki dampak terhadap lingkungan termasuk sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Keenam faktor ini tentu akan lebih lengkap dengan tambahan faktor ketujuh 7 dukungan informasi ilmiah. Batas-batas spasial sumberdaya terumbu karang menentukan skala minimum suatu tatanan pengelolaan sumberdaya itu sendiri. Berdasarkan batas geografis suatu sumberdaya dapat ditentukan batas-batas fisik lainnya, terutama yang berkaitan dengan teknologi pemanfaatan sumberdaya. Dimensi teknologi diperlukan secara khusus di daerah dimana pemanfaatan langsung terhadap terumbu karang merupakan bagian yang dominan. Di kawasan pesisir umumnya mata pencaharian penduduk yang dominan adalah pemanfaatan sumberdaya laut, seperti perikanan, karena itu dimensi teknologi sebaiknya dipertimbangkan secara khusus Susilo, 2003. Dimensi teknologi mencerminkan seberapa jauh penggunaan teknologi dapat meminimumkan resiko kegagalan keberlanjutan pemanfaatan terumbu karang. Dimensi sosial ekonomi elemen utamanya meliputi aspek permintaan demand dan penawaran supply komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya yang dikelola. Dimensi sosial ekonomi seperti harga dan struktur pasar merupakan insentif atau disinsentif bagi terbentuknya suatu tatanan kelembagaan pengelolaan terumbu karang serta derajat kepatuhan masyarakat terhadap tatanan tersebut. Hal ini karena disamping sebagai kegiatan yang berbasis sumberdaya alam natural resourcebased activity, terumbu karang merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis pasar market-based activity.

2.9. Multidimensional Scaling

Tujuan pendekatan multidimensional scaling yang digunakan disini adalah untuk melihat keragaan performance pengelolaan kawasan konservasi di tinjau dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengevaluasi akuntabilitas dan keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi. Analisis multidimensional scaling MDS digunakan untuk mempresentasikan similaritas disimilaritas antar pasangan individu dan karaktervariabel Young et al 1987. Sickle 1997 menyatakan bahwa MDS dapat mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. MDS adalah metode ordinasi dengan basis jarak antar obyekpoint dalam dua atau tiga dimensi. Dalam evaluasi kondisi sumberdaya pesisir, masing-masing kategori yang terdiri dari beberapa atribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 2. Hasil skor dimasukan ke dalam tabel matrik dengan I baris yang mempresentasikan pengelolaan kawasan konservasi dan J kolom yang mempresentasikan skor atribut. Data didalam matrik tersebut adalah data interval yang menunjukan skoring baik dan buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress Davison dan Skay 1991. Analisis MDS merupakan salah satu metode multivariate yang dapat menangani data yang non-metrik. Metode ini juga dikenal sebagai salah satu metode ordinasi dalam ruang dimensi yang diperkecil ordination in reduced space. Ordinasi sendiri merupakan proses yang berupa plotting titik obyek posisi di sepanjang sumbu yang disusun menurut hubungan tertentu ordered relationship atau dalam sebuah sistem grafik yang terdiri dari dua atau lebih sumbu Legendre dan Legendre 1983. Melalui metode ordinasi, keragaman dispersion multidimensi dapat diproyeksikan di dalam bidang yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Metode ordinasi juga memungkinkan peneliti memperoleh banyak informasi kuantitatif dari nilai proyeksi yang dihasilkan. Pendekatan MDS telah banyak digunakan untuk analisis ekologis, seperti yang dilakukan oleh Alder et al 2001 untuk mengevaluasi kondisi perikanan tangkap dengan berbagai tipe variabel yang berbasis jarak. Pendekatan ini juga telah dikembangkan untuk analisis lingkungan dimana salah satu metode yang digunakan adalah metode MDS Nikjkamp et al 1980 dalam Susilo 2003.

2.10. Nilai Ekonomi Sumberdaya