pertumbuhan dan metabolime bahkan menyebabkan kematian organisme, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah meningkatnya daya akumulasi
berbagai zat kimia dan menurunkan kadar oksigen dalam air. Suhu perairan G.Sulat-G.Lawang antara 29.5 32.7 °C. Perbedaan suhu
diantara titik sampling tidak berbeda jauh, hanya sekitar 2.2 °C, suhu tertinggi terdapat di sekitar pantai. Suhu secara tidak langsung berhubungan dengan
kedalaman, makin dangkal perairan maka cenderung semakin cepat terjadi perubahan suhu sebab dengan sumber panas yang sama, perairan dangkal yang
memiliki volume air yang lebih kecil akan lebih cepat panas. Fenomena ini juga terjadi di perairan Sambelia dimana perairan di dekat pantai yang lebih dangkal
memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam. Nontji 1987, menyebutkan bahwa suhu air di perairan nusantara berkisar antara
28 38 °C dan suhu di dekat pantai lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di laut lepas. Suhu perairan merupakan salah satu faktor penting dalam mempelajari
gejala fisika perairan karena dapat mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan pada perairan Nontji 2003.
4.1.3.4. Derajat Keasaman pH
Hasil pengukuran pH di perairan pesisir G.Sulat-G.Lawang, berkisar antara 6.82-8.14. Pada daerah sekitar muara sungai pH perairan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Umumnya daerah muara sungai mempunyai pH lebih rendah akibat penguraian bahan organik yang biasanya
menumpuk pada dasar muara sungai. Hal ini berarti bahwa pada daerah muara sungai tidak terjadi penumpukan dan penguraian bahan organik yang bersifat
asam. Kemungkinan hal ini terjadi karena wilayah kajian adalah perairan terbuka yang mempunyai waktu pembilasan flushing time relatif cepat sehingga bahan
organik tidak sempat menumpuk pada muara sungai sudah mengalami pembilasan. Data substrat dasar juga menunjang penjelasan ini sebab pada
muara sungai di wilayah pesisir Sambelia, substrat dasar umumnya berupa karang, pecahan karang dan pasir lumpur bahan organic. Setiap organisme
membutuhkan kondisi pH tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
4.1.3.5. Oksigen terlarut oksigen adalah salah satu gas terlarut yang memegang peranan penting
untuk menunjang kehidupan organime dalam proses respirasi dan metabolisme
sel. Clark 1977 menyatakan bahwa Dissolved Oxygen DO optimum moluska berkisar antara 4,1
6,6 ppm dengan batas minimal tolerasi adalah 4 ppm. Tabel 15. Kondisi Oseanografi dan Kualitas Air di G.Sulat-G.Lawang, 2010
Sta- siun
Salini tas ppt
DO pH
Kecera han
m Substrat
Suhu °C
Kec. Arus
mdet Tinggi
Gelom- bng m
Kedal aman
m L-1
27,7 2,8
6,82 0,20
Karang 32,0
0,1667 0,05
1,0 L-2
27,4 4,16
7,83 0,23
batu karang
31,5 0,119
0,05 5,0
L-3 27,4
4,56 7,93
0,26 Pecahan
Karang 32,7
0,109 0,10
4,5 L-4
26,7 4,9
7,30 0,28
Pasir 32,2
0,177 0,17
6,0 L-5
28,9 3,63
7,38 0,25
Pasir 29,5
0,153 0,03
1,0 L-6
29,6 3,89
7,40 1,31
karang 30,7
0,104 0,10
4,5 L-7
29,3 3,60
7,70 1,35
karang 30,0
0,110 0,03
4,5 S-1
29,1 4,12
8,14 1,31
pasir berlumpur
30,0 0,263
0,02 6,0
S-2 30,2
3,81 7,02
1,41 Lumpur
29,8 0,360
0,03 7,5
S-3 30,7
3,71 7,99
1,34 Lumpur
29,9 0,297
0,03 10,5
S-4 30,6
3,42 7,66
2,80 Pecahan
Karang 30,9
0,400 0,30
18,0 S-5
30,3 3,69
7,12 2,89
pasir berlumpur
30,4 0,556
0,35 18,0
S-6 30,3
3,88 7,23
2,83 Berlumpur
30,5 0,362
0,37 19,0
S-7 30,4
3,77 7,01
2,90 pecahan
karang 30,0
0,416 0,37
19,5 S-8
30,3 3,51
7,09 2.98
karang 29,9
0,320 0,45
21,0
4.1.3.6. Substrat Dasar
Substrat dasar perairan G.Sulat-G.Lawang umumnya terdiri dari karang, pecahan karang dan pasir
sebagian kecil berlumpur. Substrat dasar
berhubungan dengan kecerahan perairan. Substrat yang berupa lumpur apabila kedalamannya rendah gampang teraduk oleh arus dan gelombang sehingga
menyebabkan kekeruhan. Selanjutnya kekeruhan bisa menghambat penetrasi cahaya matahari yang sangat dibutuhkan
penyelam dalam melakukan aktivitasnya. Karena itu untuk kegiatan selam dilakuakn pada lokasi yang tidak
terlalu dalam dengan tingkat kecerahan tinggi, disyaratkan substrat dasarnya berupa karang, pecahan karang, pasir atau campuran ke tiganya.