Bab II. Tinjauan Pustaka
21
21
2.5. Kaitan Sektor Informal dan Materi Balik
Pada kenyataan yang terjadi, sebenarnya persoalan yang dihadapi migran di daerah tujuan lebih ditekankan pada penentuan bidang pekerjaan atau
jenis usaha yang akan dijalani dan untuk mendapatkan bidang pekerjaan tersebut tidak akan terlepas dari hubungan orang-orang yang berhasil di daerah
yang di tuju. Jenis dan bidang pekerjaan yang ditekuni migran lebih banyak tertampung ke sektor-sektor informal.
Wirahadikusumah 1990 mengatakan bahwa kegagalan migran untuk memasuki bidang pekerjaan di perusahaan swasta atau negeri sektor
formalmodern secara umum disebabkan oleh rendahnya kualitas migran yang bersangkutan. Hal itu karena potensi sumberdaya manusia yang dimiliki migran
umumnya sangat lemah pendidikanketrampilan. Squire 1991 mengemukakan bahwa seiring dengan berkembangnya struktur perekonomian yang beragam dan
industrialisasi perkotaan, secara alamiah kondisi tersebut akan menyeleksi dengan ketat “ hanya orang-orang yang berkualitas saja yang dapat memasuki
sektor-sektor modernformal di perkotaan”. Sementara kenyataan yang terjadi, jumlah migran yang menuju ke daerah perkotaan setiap tahunnya cenderung
meningkat. Peningkatan jumlah pengangguran yang tidak mampu diserap oleh sektor
formal akan bergerak menuju sektor informal. Karena secara psikologis migran akan “malu” apabila pulang ke daerah asal tanpa mendapatkan pekerjaan dan
tidak membawa hasil. Mereka akan memutuskan untuk bekerja pada sektor- sektor informal yang banyak dijumpai dikota-kota besar seperti sektor
perdagangan kakilima dan pedagang keliling Manning dan Effendi, 1989. Keterlibatan migran terhadap keluarga terutama orang Jawa dapat
dipakai sebagai penguat hubungan yang melatarbelakangi timbulnya materi balik remittances. Salah satu peran materi balik bagi keluarga migran di desa asal
untuk menjaga keselarasan masyarakat dan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi individu melalui hubungan sosial dan tolong menolong. Tata sosial Jawa
adalah salah satu ciri utamanya, yaitu memiliki rasa setia yang kuat terhadap tanah leluhur dan keluarganya Mulder,1987.
Geertz 1973 mengemukakan bahwa masyarakat Jawa adalah merupakan satu kesatuan ekonomi yang dipertahankan dengan cara membagi-
Bab II. Tinjauan Pustaka
22
22
bagi rejeki shared poverty yang diperolehnya dengan keluarga atau kerabatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya ikatan yang kuat antara migran
dengan keluarganya didaerah asalnya diwujudkan dalam bentuk “materi balik” yang merupakan bentuk budaya pedesaan yang erat dan mengikat secara
struktural. Terkait dengan materi balik, Caldwell 1982 menyatakan bahwa dilihat
dari segi ekonomi, aspek penting dengan adanya pergerakan keluar penduduk imigrasi adalah timbulnya materi balik remittances berupa uang dan barang.
Secara tidak langsung pernyataan tersebut bermakna bahwa para migran diperkotaan pada tahap-tahap awal yang dilakukan adalah adaptasi serta
mencari pekerjaan yang sesuai, selanjutnya sampai pada tingkat optimum yaitu stabilitas ekonomi mulai mapan, maka migran tersebut akan mengirim hasil
selama bermigrasi berupa uang atau barang ke daerah asalnya. Kondisi migran sebagaimana hasil studi terdahulu Ponto, 987; Sukwika,
2004; Leuwol, 1988 tentang Kronologis tahapan migran sampai mendapat pekerjaan di sektor informal terkait erat dengan materi balik yang dikirim
kedaerah asalnya. Keberhasilan migran dalam menyisihkan sebagian penghasilan di sektor ini akan mempengaruhi seberapa banyak materi balik yang
dikirimnya. Walaupun sektor Informal identik dengan upah yang sangat murah, dalam kondisi ini sangat jelas bahwa sektor informal terkait erat dengan materi
balik remittances yang dikirim oleh migran ke daerah asal.
2.6. Ekonomi Rumahtangga Migran Sektor Informal