III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Teori Migrasi
Dalam memahami fenomena migrasi secara umum desa–desa, kota-kota, kota-desa, desa-kota dari segi faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan,
maka bukan suatu studi yang mudah bagi penulis. Tulisan ini mencoba mengkaji dan memahami sebagian fenomena migrasi yang berbeda dari kasus yang
sudah diteliti oleh sejumlah peneliti sebelumnya Hugo, Mantra, Leuwol yaitu adanya keterpaduan antara fenomena migrasi desa-kota dan desa-desa. Dalam
segi sebab-sebab dan dampak yang ditimbulkan terdapat sesuatu yang “unik” dan berbeda dengan feneomena migrasi pada umumnya. Masyarakat pedesaan
yang mencoba bekerja diluar sektor pertanian dengan cara menjadi migran mengalami kemudahan dalam memperoleh pendapatan, kondisi tersebut dialami
oleh sebagian masyarakat pedesaan dan sebagian yang lain akan cenderung meikuti.
Kerangka teoritis dalam penelitian ini didasarkan pada teori migrasi yang diterapkan pada negara-negara berkembang oleh Haris-Todaro 1970. Teori ini
didasarkan pada asumsi bahwa migrasi merupakan fenomena ekonomi dan bagi migran merupakan tindakan rasional. Ketika upah disektor formal Wo dikalikan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan disektor formal P dan upah disektor informal Wi dikalikan satu dikurangi peluang untuk mendapatkan pekerjaan
disektor informal 1 – P menunjukkan hasil atau upah yang lebih besar sama dengan upah yang diperoleh masyarakat perdesaan WAupah sektor pertanian
maka masyarakat perdesaan yang bekerja disektor pertanian menurut Haris- Todaro akan cenderung untuk memutuskan bermigrasi. Upah disektor pertanian
disini meliputi upah: mencangkul, menanam, merambet dan pekerjaan pertanian lain pada umumnya.
Masih menurut Haris-Todaro, migrasi desa ke kota akan terus berlangsung walaupun pekerjaan formal di perkotaan terbatas. Karena upah minimumnya
yang tinggi, bahkan dibandingkan dengan pendapatan di desa, dengan kata lain bahwa nilai harapan dari upah yang diperoleh lebih tinggi dari tingkat upah di
pedesaan. Selain upah minimum yang mendasari migran keluar dari daerah asal,
Bab III. Kerangka Pemikiran
36
Gilbert dan Gugler 1969 dalam anshori at,al., 1996 menambahkan bahwa model migrasi Haris-Todaro pada tahun 1976 dimodifikasi dengan
menambahkan faktor keamanan kerja di daerah tujuan yang menjadikan para migran potensial memilih daerah tujuan. Dalam konteks perbedaan upah, berikut
rumusan teori yang mendasari penelitian fenomena migrasi Haris-Todaro.
Wo . p + Wi . 1 – p ≥
W
A
Dimana :
Wo = Upah disektor formal
P = Probabilitas untuk mendapatkan pekerjaan disektor formal
Wi = Upah disektor informal
WA = Upah disektor pertanian
Upah yang diharapkan diatas adalah bagian dari pendapatan yang didapat dari bekerja baik disektor formal maupun informal. Faktor lain yang juga ikut
mendukung fenomena migrasi adalah dayatarik sektor pertanian di pedesaan yang belum juga menunjukkan arah yang lebih baik, semakin banyaknya petani
liliput kepemelikan lahan kurang dari 1 hektar yang tersebar di pulau Jawa, serta optimalisasi lahan pertanian di perdesaan yang semakin menurun.
Memahami migrasi sebagai suatu proses, selain beberapa faktor diatas yang dapat dikelompokkan sebagai faktor pendorong dan faktor penarik, terdapat
faktor penghalang antara, meliputi; jarak antara daerah asal ke daerah tujuan, kondisi jalan raya, keberadaan transportasi serta biaya transportasi. Sedangkan
faktor pribadi menyangkut persepsi individu terhadap faktor-faktor terdapat didaerah asal dan tujuan, dalam hal ini kepekaan pribadi akan sangat
mempengaruhi penilaian tentang keadaan di daerah asal dan tujuan. Setiap individu mempunyai tingkat kebutuhan tidak sama yang harus
dipenuhi, terutama kebutuhan ekonomi. Pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi antar seseorang pada dasarnya sepenuhnya bersifat rasional,
meskipun pada kenyataan yang sebenarnya banyak ditemukan pengecualian dari generalisasi sifat-sifat yang rasional. Jika sebagian besar dari kebutuhan
seseorang yang bersifat rasional tidak terpenuhi, maka seseorang akan mengalami tekanan. Tekanan yang dialami menyebabkan seseorang akan
melakukan keputusan migrasi atau tidak, sangat tergantung pada kekuatan
Bab III. Kerangka Pemikiran
37
tekanan, baik secara individu, keluarga maupun kelompok. Tekanan yang dialami seseorang dan keluarganya mempengaruhi jenis atau pola migrasi yang
diputuskan oleh seseorang atau kelompok orang. Migrasi sirkuler pada dasarnya dipilih seseorang atau sekelompok orang
dalam rumahtangga karena adanya dua kombinasi kekuatan, yaitu kekuatan sentrifugal dan kekuatan sentripetal. Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang
mendorong individu maupun kelompok untuk pindah dari daerah asal. Kekuatan sentripetal, adalah kekuatan seseorang atau kelompok orang untuk tetap tinggal
di daerah asal. Dua kekuatan dari daerah asal dan daerah tujuan tersebut menurut pendapat Mantra 1978 terdiri dari tingkat pendapatan, kesempatan
kerja, luas kepemilikan tanah, transportasi, informasi mengenahi daerah tujuan serta sumberdaya pribadi yang dimiliki oleh para migran.
Beberapa hasil studi tentang migrasi menunjukkan bahwa motif utama seseorang melakukan migrasi adalah karena alasan ekonomi. Todaro 2003
mengatakan paling tidak ada dua harapan seseorang meninggalkan daerah asal: pertama, ingin mendapat pekerjaan dan penghasilan lebih besar, dibandingkan
dengan di daerah asal; Pendapat yang kedua, karena ingin mencari pengalaman serta pekerjaan yang lebih baik. Seiring dengan berkembangnya industri
perkotaan sehingga terbentuk sektor-sektor formal yang memberikan harapan untuk menerima tenaga kerja dari sektor perdesaan, seseorang atau kelompok
orang yang memutuskan menjadi migran pada dasarnya mempunyai harapan untuk diterima di sektor tersebut. Namun kenyataan yang terjadi, kondisi tersebut
terkait erat dengan fenomena urbanisasi, sektor formal perkotaan secara ketat dapat menyeleksi tenaga kerja yang dibutuhkan dan hanya tenaga kerja yang
terdidik dan mempunyai ketrampilan yang dapat terseleksi didalamnya. Studi tentang sektor informal, mengatakan bahwa akibat tingginya migrasi
desa kota sektor formal perkotaan tidak mampu lagi menampung migran dari pedesaan, sehingga para migran banyak yang bekerja disektor informal
perkotaan. Sektor informal semakin besar jumlahnya karena arus tenaga kerja yang relatif besar tidak disertai dengan pendidikan dan ketrampilan skill yang
cukup untuk bekerja disektor perkotaan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hari ke hari semakin bertambah dan mendesak. Walaupun sektor
informal terkenal dengan upah yang murah, namun tetap saja menarik bagi penduduk pedesaan. Dalam kenyataannya, sektor informal tidak menuntut
Bab III. Kerangka Pemikiran
38
persyaratan yang ketat seperti di sektor formal, sifatnya yang dinamis dan fleksibel menjadi suatu alternatif bagi migran, terutama masyarakat perdesaan.
Perilaku migran sirkuler yang seperti Semut, membawa materi balik remittances ke daerah asal akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
rumahtangga migran sektor informal di daerah perdesaan. Ketika migran memutuskan untuk mondok atau menginap di daerah tujuan hal itu akan
memungkinkan untuk mengurangi biaya-biaya trasportasi faktor antara, sehingga pendapatan yang di dapat untuk dikirim kedaerah tujuan akan semakin
besar. Pendapatan yang dikirim ke daerah asal tersebut kebanyakan oleh para migran sirkuler dan rumahtangganya diwujudkan dalam bentuk faktor produktif,
misalnya; perluasan lahan pertanian, ternak, usaha kelontong rumahtangga, dan fisik bangunan rumah di desa asal. Namun, pada sebagian rumahtangga migran
sirkuler aliran materi balik hasil migrasi sirkuler tersebut digunakan untuk biaya pendidikan anak dan keluarganya di desa asal. Wujud fisik aliran materi balik di
perdesaan tersebut akan membawa dampak pada tingkat kesejahteraan bagi rumahtangga keluarga migran sirkulerdi desa asal. Kriteria dari rumahtangga
sejahtera apabila rumahtangga memenuhi berbagai macam bidang, yaitu bidang pangan, bidang perumahan, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Indikator
dari kriteria ini merujuk ke BKKBN. Kondisi tingkat kesejahteraan dan investasi faktor produktif didesa asal
oleh rumahtangga migran sektor informal akan membawa dampak kemajuan dalam pembangunan ekonomi perdesaan. Pembangunan ekonomi perdesaan,
sebagai bagian dari pembangunan ekonomi daerah yang ditandai dengan meningkatnya sarana dan prasarana perdesaan yang memperluas pelayanan
dasar bagi masyarakat perdesaan. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat biasanya ditandai dengan meningkatnya konsumsi baik fisik maupun non fisik
sebagai akibat dari peningkatan pendapatan, baik yang didapat melalui proses migrasi yang diinvestasikan kedalam faktor-produktif rumahtaangga, sehingga
mampu meningkatkan produktifitas pembangunan ekonomi desa asal. Gambar 3 menunjukkan tahapan kerangka pemikiran penelitian.
Bab III. Kerangka Pemikiran
39
Gambar 3 Kerangka pemikiran konseptual analisis dampak migrasi sirkuler terhadap pembangunan ekonomi perdesaan
Dalam mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggal di perdesaan akan terkait dengan ketersediaan lapangan pekerjaan di perdesaan.
Tidak atau kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di desa akan memunculkan keputusan untuk migrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan migrasi di jelaskan secara diskriptif, tingkat pendapatan sebelum memutuskan migrasi di dekati dengan Indeks Gini Ratio IGR. Variabel
remittances dan tingkat kesejahteraan migran didekati dengan Indeks Good Service Ratio IGSR, variabel tersebut diyakini dalam penelitian ini
=? yang diteliti
KEPUTUSAN UNTUK MIGRASI
RUMAHTANGGA MIGRAN SEKTOR
INFORMAL
FAKTOR PENARIK FAKTOR
PENDORONG F. PENGHALANG
PELANCAR ANTARA
FAKTOR PRIBADI
=? yang tidak diteliti Keterangan Gambar :
PEMBANGUNAN EKONOMI
PERDESAAN
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
RUMAHTANGGA MIGRAN
ULANG ALIK KOMUTTING MONDOK
NGINAP MATERIBALIK
REMITTANCES
PENGGUNAAN USAHA PRODUKTIF
PENINGKATAN PENDAPATAN
RUMAHTANGGA
MIGRASI SIRKULER
Bab III. Kerangka Pemikiran
40
mempengaruhi pembangunan ekonomi perdesaan dan tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggal di perdesaan. Gambar 4 menunjukkan kerangka
pendekatan operasional.
PEMBANGUNAN EKONOMI
PERDESAAN Penduduk yang tinggal di
perdesaan Ketersediaan
Lapangan Pekerjaan di Perdesaan
Analisa Diskriptif
Remittances
Peningkatan pendapatan rumahtangga migran perdesaan
1. Asupan
Gizi keluarga
Migran di desa
2. Peningkat
an Skill pengetahu
an 1.
Peningkatan Jml.Faktor
Produktif di perdesaan
2.
Peneingkatan pembangunan
fisik perdesaan
1. Ketersediaan
Tenaga Kerja Pertanian
2. Sumbangan
Ide-ide pembangunan
di desa Analisa Diskriptif Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ruta migran dari per
desaan
Migrasi Sirkuler
mondoknginap
Gini Rasio
Peningkatan Kesejahteraan Ruta Migran sirkuler perdesaan
q Kenaikan Pendapatan Ruta q Tingkat Asupan Gizi Ruta migran
IIndeks GSR
Gambar 4 Kerangka pendekatan operasional
Bab III. Kerangka Pemikiran
41
3.2. Hipotesis Penelitian Sebagaimana uraian diatas hipotesis dari penilitian ini adalah :
1. Terdapat beberapa faktor yang dominan atas terjadinya fenomena migrasi sirkuler dari daerah perdesaan menuju daerah pesisir Pantai
Utara Kabupaten Lamongan. 2. Diduga karakteristik rumahtangga migran sirkuler yang datang ke daerah
Pantai Utara adalah rumahtangga pertanian dengan penguasaan lahan pertanian kurang dari 250 M2.
3. Diduga keputusan rumahtangga dari perdesaan untuk bermigrasi sirkuler mampu meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan
rumahtangganya. 4. Diduga keputusan migrasi sirkuler oleh rumahtangga dari daerah
perdesaan berdampak pada pembentukan faktor produktif dan kemajuan ekonomi di desa asal migran.
3.3. Beberapa Batasan Operasional