Dampak Terhadap Keadaan Ekonomi dan Kemakmuran Desa

Bab VI. Hasil dan Pembahasan 98 98 Tabel 38 Banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh usaha non-formal dan formal tahun 2004 di dua kecamatan asal migran Kecamatan Usaha NonformalKerajinan Rumatangga Orang Usaha Formal Orang Pucuk 712 781 Sukodadi 4.688 5.843 Total 5.400 6.624 Sumber: BPS Kabupaten Lamongan, 2004 Akibat perbedaan orientasi pribadi anggota masyarakat di dua kecamatan tersebut mempengaruhi jumlah penciptaan faktor produksi. Desa-desa di kecamatan Pucuk lebih berorientasi pada investasi sumberdaya manusia, sedangkan desa-desa di kecamatan Sukodadi lebih menggandalkan investasi dibidang penciptaan lapangan kerja baru untuk mengembangkan remittances yang sudah didapat. Lebih lanjut, ramainya aktifitas perekonomian desa di dua kecamatan asal jelas menggambarkan keberhasilan sebagian besar keluarga migran mengelola sekaligus menginvestasikan remittances didesa. Walaupun terjadi perbedaan yang jelas secara kuantitatif antara masyarakat dikecamatan Pucuk dan Sukodadi. Perbedaan tersebut disebabkan adanya orientasi yang berbeda dikalangan masyarakat dua kecamatan asal tersebut.

6.4.2. Dampak Terhadap Keadaan Ekonomi dan Kemakmuran Desa

Masuknya pendapatan yang berasal dari luar desa melalui remitances yang dikirim oleh migran sektor informal desa asal menambah jumlah uang yang beredar di desa. Bertambahnya uang yang beredar di masyarakat adalah salah satu keuntungan yang diperoleh masyarakat desa akibat migrasi sirkuler penduduk ke luar desa. Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa pendapatan migran dari desa asal kecamatan Pucuk yang dikumpulkan dalam waktu sebulan oleh 100 migran sebesar Rp.122.975.000,- dan pendapatan yang diperoleh migran dari desa asal kecamatan Sukodadi sebesar Rp. 73.555.000,- lihat Tabel 41, jumlah total pendapatan tersebut setidaknya berdampak pada bertambahnya jumlah uang yang beredar dimasyarakat perdesaan dua kecamatan asal tersebut. Bab VI. Hasil dan Pembahasan 99 99 Tabel 39 Jumlah migran per kecamatan dan total pendapatan tahun 2005 Kecamatan Jumlah Migran Orang Total Pendapatan Rp Jumlah Faktor Produksi Nonformal Unit Pucuk 100 122.975.000,- 357 Sukodadi 59 73.555.000,- 3.617 Total 159 196.530.000,- 3.974 Sumber: Survei Lapangan, 2005 Besar pendapatan migran berdasarkan jenis pekerjaan yang dijalani di daerah tujuan umumnya relatif bervariatif. Data pembanding Boxplot menunjukkan bahwa migran yang berjualan makanan siap saji keliling Nasi Goreng, Bakso, Mie, Gorengan, Pecel Lele, Soto, Bubur dst di daerah tujuan yaitu Kelurahan Blimbing umumnya memiliki pendapatan bersih lebih besar dari pada berjualan jenis yang lain, yaitu antara Rp. 950.000,- sampai Rp. 1.700.000,- per bulan. Sedangkan pendapatan terendah adalah migran yang bejualan sejenis minuman di daerah kelurahan Brondong berpenghasilan Rp. 750.000 – Rp. 960.000,-, hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa disamping modal usaha yang dikeluarkan oleh migran sedikit, juga banyak persaingan antar sesama migran yang berjualan pada jenis pekerjaan pedagangpejual minuman. Mengingat daerah lamongan beriklim panas dan daya beli masyarakat daerah tujuan terhadap minuman siap saji sangat tinggi maka kondisi tersebut mendorong banyaknya migran yang berjualan jenis minuman siap saji Teh Botol, Es keliling, Es Kelapa, dst.. Berikut Gambar 9 menunjukkan Boxplot pendapatan migran berdasarkann pekerjaan yang dijalankan di empat daerah tujuan. Bab VI. Hasil dan Pembahasan 100 100 Paciran Blimbing Brondong Sedayulawas t_tujuan Boxplot Besar Pendapatan Migran Berdasarkan Pekerjaan di Daerah Tujuan Migran Sirkuler Di Kabupaten Lamongan ikan, bumbu dapur, sayur, etc minuman es, tehBotol, minuman lain nasgor,mie pangsit, bakso, soto, pcLele, krupuk,bubur,etc pakaian, mainan, lampu, etc j_pkjaan 800000 1200000 1600000 2000000 income A A A 37 35 30 Gambar 11 Boxplot pendapatan migran berdasarkan jenis pekerjaan di daerah tujuan Sedangkan bila dilihat dari gambar boxplot dapat diketahui bahwa rata- rata migran mengirim hasil pendapatannya lebih dari 75 persen dari hasil pendapatannya di daerah tujuan. Hanya terdapat 1 orang responden yang mengirim pendapatannya terkecil adalah sebesar Rp. 400.000,-. Persentase terbesar adalah 40 responden yang mengirim pendapatannya sebesar Rp. 900.000,- jumlah uang yang dikirim ke desa asal tersebut adalah mencapai 60 persen dari jumlah total pendapatan yang di dapat dan sisanya untuk dikonsumsi didaerah tujuan. Kondisi yang paling menarik adalah responden yang mengirim remittances sebesar Rp. 1.120.000, sejumlah 4 orang dengan pendapatan sebesar rata-rata Rp. 1.200.000, artinya hanya sebesar Rp. 80.000,- uang yang dikonsumsi didaerah tujuan. Bila dilihat per jumlah individu jumlah pendapatan dengan besarnya remittances yang dikirim, berikut Gambar 10 menunjukkan besarnya materi balik berupa uang yang dikirim migran ke desa asal. Bab VI. Hasil dan Pembahasan 101 101 e Pucuk e Sukodadi Kecamatan Asal Gambar 12 Kiriman dan pendapatan migran sirkuler di dua kecamatan, Kabupaten Lamongan Tahun 2005 570000 700000 850000 950000 1000000 1200000 1350000 1450000 1575000 1700000 1800000 2100000 Pendapatan 400000 560000 750000 1100000 1500000 K I R I M A N e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e ee e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e Besar kiriman migran kedesa asal juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian di daerah tujuan. Karena daerah tujuan yang daya beli masyarakatnya tinggi akan menguntungkan bagi sektor perdagangan di daerah tersebut. Migran yang berjualan dengan pembeli yang banyak akan mendapatkan pendapaan yang tinggi. Dengan pendapatan yang tinggi uang yang dapat dikirim oleh migran kedesa asal juga akan besar. Sedangkan bila dilihat seberapa besar kiriman migran berdasarkan tempat bekerja di daerah tujuan adalah migran yang berasal dari kecamatan Sukodadi yang bekerja di daerah tujuan kelurahan Blimbing kecamatan Paciran, tedpat seorang responden berusia 38 tahun berpendapatan lebih dari Rp. 1.500.000,- perbulan. Tetapi apabila dilihat dari total keseluruhan pendapatan yang relatif merata adalah migran yang bekerja di daerah tujuan Brondong yang berasal dari kecamatan Sukodadi mengirim pendapatannya sebesar Rp. 600.000,- sampai Rp. 1.100.000,- ke desa asal. Berikut Gambar 11 Boxplot kiriman migran berdasarkan daerah tujuan, yaitu migran yang bekerja di sektor informal Bab VI. Hasil dan Pembahasan 102 102 pedangan keliling dan kaki lima di daerah tujuan Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran. 1=Pucuk 2= Sukodadi as_kec Paciran Blimbing Brondong Sedayulawas t_tujuan 500000 750000 1000000 1250000 1500000 kiriman A A A A A S 21 44 38 35 38 25 Boxplot KIRIMAN MIGRAN BERDASARKAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SIRKULER DI KABUPATEN LAMONGAN Gambar 13 Boxplot kiriman migran berdasarkan daerah tujuan Penelitian Abustam di desa Caba-Caba dan Tikala, Sulawesi Selatan dalam Sutarno, 1987 menemukan bahwa remitances dalam bentuk uang yang dikirim para migran kedesa asalnya selain sangat diharapkan oleh keluarganya juga digunakan untuk membayar pajak dan untuk membantu pambangunan desa. Dalam pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada migran sektor informal tentang “Jenis materi balik yang biasanya dibawa pulang ke desa asal”, dari 159 responden yang sengaja dipilih terdapat 100 persen migran yang mengirimkan pendapatannya dalam bentuk uang, 25 persen migran mengirimkan remitancesnya disertai barang yang lain, seperti barang elektronik, ikan, makanan serta pakaian. Namun ada hal yang menarik dalam mengetahui berapa besar hasil pendapatan yang digunakan untuk membayar pajak dan atau iuran kas desa Bab VI. Hasil dan Pembahasan 103 103 semisal pembangunan jalan setapak dan pengurusan administrasi kependudukan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut sebagian besar responden merasa kesulitan, kondisi tersebut juga diakui oleh Mantra 1994 dalam menemukan hubungan antara remittances dengan pembangunan ekonomi semisal retribusi untuk pembangunan desa asal sulit untuk dapat diukur dengan statistik, tetapi secara visual tampak dengan nyata. Sehubungan dengan kesulitan dalam mengukur penggunaan pendapatan hasil migrasi di desa asal, pertanyaan “selama satu tahun terakhir, berapa pajak dan atau iuran yang sudah bapakibusdr bayar di kantor desa asal dengan menggunkan uang hasil migrasi sirkuler?” terdapat 21,4 persen responden tidak menjawab dan 27 orang menggunakan sekitar Rp. 100.000,- untuk membayar Pajak dan iuran di desa asal. Tabel 40 menunjukkan gambaran secara langsung dampak yang dirasakan oleh desa asal dari menggalirnya remittances berupa uang ke desa asal migran. Tabel 40 Banyaknya rupiah untuk pajak dan atau iuran desa dari uang hasil migrasi sirkuler tahun 2005 No. Jumlah Rupiah Frekuensi Persentase 1. Rp.5.000 16 10 2. Rp.6.000 1 0.6 3. Rp.9.000 1 0.6 4. Rp.10.000 7 4.4 5. Rp.11.500 1 0.6 6. Rp.12.000 1 0.6 7. Rp.12.500 1 0.6 8. Rp.15.000 5 3.1 9. Rp.16.000 1 0.6 10. Rp.20.000 4 2.5 11. Rp.22.000 1 0.6 12. Rp.24.000 1 0.6 13. Rp.25.000 2 1.2 14. Rp.35.000 6 3.7 15. Rp.34.000 1 0.6 16. Rp.40.000 1 0.6 17. Rp.50.000 25 15.7 18. Rp.75.000 21 13.2 19. Rp.100.000 27 16.9 20. Rp.110.000 1 0.6 21. Rp.120.000 1 0.6 22. 0Tidak Menjawab 34 21,4 Rata-Rata Uang: Rp. 4.729,56 N = 159 100 Sumber: Survei Lapangan, Juli 2005 Bab VI. Hasil dan Pembahasan 104 104 Walaupun jumlah rata-rata relatif sedikit Rp. 4.729,56, setidaknya, namun besar migran merasakan bahwa pendapatan yang dibawa ke desa asal sangat berarti bagi sumbangan pembangunan baik fisik maupun non fisik di desa. Mereka juga menyimpulkan jika penduduk desa tidak bekerja keluar desa migrasi sirkuler maka selain tidak ada tambahan uang yang beredar di desa dan sumbanganiurankelancaran membayar pajak, tidak akan ada sumbangan tambahan pendapatan dan tambahan pengetahuan atau ide-ide baru bagi rumahtangga serta desa asal mereka. Selanjutnya, jika peningkatan pendapatan dan mengalirnya remittances kedesa asal akibat keputusan migrasi sirkuler dapat dipandang sebagai peningkatan kemakmuran desa, maka secara langsung juga dapat disimpulkan bahwa migrasi sirkuler berdampak positif bagi peningkatan keadaan ekonomi dan kemakmuran desa. Walaupun sangat sulit untuk di kuantitatifkan, uang yang digunakan untuk membantu secara langsung ke desa asal, tetapi secara langsung dapat dikatakan sangat membantu bemasukan kas desa.

6.5. Dampak Terhadap Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian