Marjin Pemasaran Kerangka Pemikiran Teoritis

16 makan, dan baru ke konsumen. Tiap tahapan pasti terdapat biaya, sehingga semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin tipis peternak memperoleh keuntungan.

3.1.6 Fungsi-fungsi Pemasaran

Proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat mempelancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu: 1 fungsi pertukaran, 2 fungsi fisik, 3 fungsi fasilitas Limbong dan Sitorus, 1987. a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran adalah merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Adapun fungsi fisik meliputi: pembelian dan penjualan. b. Fungsi Fisik Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Adapun fungsi fisik meliputi kegiatan : penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. c. Fungsi Fasilitas Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Adapun fungsi fasilitas terdiri dari empat yaitu: fungsi standarisasi atau grading, fungsi penanggungan resiko dan fungsi pembiayaan.

3.1.7 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu segi harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani produsen. Dengan menganggap bahwa selam proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam aktifitas pemasaran ini, maka dapat 17 dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat Sudiyono, 2001. Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi Limbong dan Sitorus, 1987. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen, secara grafis marjin pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan Sumber : Dahl dan Hammond, 1977 Keterangan : Pr : Harga di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Sf : Kurva penawaran di tingkat petani Sr : Kurva penawaran di tingkat pengecer Df : Kurva permintaan di tingkat petani Dr : Kurva permintaan di tingkat pengecer Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat pengecer dan petani Pr-Pf × Qrf : Total marjin pemasaran Nilai Marjin Df Dr Pf Pr Marjin Pemasaran Pr – Pf Sr Sf Harga Jumlah Qrf 18 Dahl dan Hammond 1977, menyatakan bahwa besarnya marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin pemasaran ini ditunjukan oleh bagian yang diarsir yaitu Pr-Pf × Qrf. Besaran Pr- Pf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per unit. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengruhi oleh perubahan biaya pemasaran, keuntungan perantara, harga yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh produsen. Selain faktor itu, sifat barang yang diperdagangkan dan tingkat pengolahan juga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Variasi marjin juga dipengaruhi pula oleh jarak daerah produsen ke konmsumen, sifat barang yang secara keseluruhan akan menambah biaya pemasaran Limbong dan Sitorus, 1987.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional