9
broiler lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir
pemeliharaan. Daging ayam berasal dari ayam broiler yang diternakkan dalam
peternakan ayam pedaging. Ayam pedaging yang potensial penghasil daging yang baik adalah ayam broiler Rasyaf, 1995. Menurut Cahyono 1995, ayam broiler
adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan. Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas
pertumbuhannya cepat, penghasil daging dengan konversi makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda. Ciri khas daging ayam broiler adalah dagingnya
empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi akan hancur dalam perebusan yang lama.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai pemasaran ayam ras pedaging di Jawa Barat, khususnya Kota Bogor telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang
menjadi acuan penelitian ini,yaitu penelitian Wirawati 2006 dan Singgalinging 2007. Tujuan penelitian tersebut mengacu pada: 1 menganalisis saluran dan
fungsi pemasaran, 2 menganalisis marjin pemasaran, dan 3 menganalisis setiap saluan pemasaran dan membandingkan satu dengan lainnya. Kedua penelitian
terdahulu tersebut dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Metode penelitian pada penelitian dahulu tersebut menggunakan analisis
marjin pemasaran, analisis keuntungan, dan analisis saluran pemasaran. Hasil yang diperoleh dari penelitian Wirawati, menunjukkan bahwa enam pola saluran
pemasaran ayam ras pedaging produk Sunan Kudus farm, yaitu : 1 Produsen pengumpul
pemotong pengecer
konsumen, 2 Produsen pengumpul
pemotong pengecer
konsumen, 3 Produsen pengumpul pemotong dan
pengecer konsumen, 4 Produsen
pemotong pengecer
konsumen, 5 Produsen
pemotong pengecer konsumen, dan 6 Produsen
konsumen. Struktur pasar yang dihadapi produsen mendekati pasar monopoli,
sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer cenderung mengarah ke pasar oligopoli.
Sistem penentuan harga penjualan ayam ras pedaging berdasarkan harga posko dan harga yang berlaku di pasaran.
10
Total marjin pemasaran yang terjadi pada saluran I adalah Rp 5.017,83kg bobot hidup 39,62, saluran II Rp 4.559,50kg bobot hidup 37,36, saluran
III Rp 4.429,50kg bobot hidup 36,68, saluran IV Rp 4,835,33kg bobot hidup 38,74, saluran V Rp 4.925,21kg bobot hidup 39,18 dan saluran VI
Rp 977,94kg bobot hidup 11,34. Analisis marjin pemasaran ayam ras pedaging menunjukkan bahwa saluran
pemasaran I memiliki total marjin pemasaran terbesar yaitu Rp 5.017,83kg bobot hidup 39,62 dengan total keuntungan yang diperoleh adalah terbesar kedua
dari enam saluran yang ada, yaitu Rp 3.929,12kg bobot hidup 31,03. Saluran I memiliki rantai pemasaran yang panjang dan melibatkan lebih banyak lembaga
pemasaran untuk menyalurkan ayam ras pedaging agar sampai kepada konsumen. Producer’s share
yang diperoleh pada saluran ini adalah yang paling kecil yaitu sebesar 60,38.
Saluran pemasaran VI mempunyai nilai total marjin yang paling kecil, yaitu Rp 977,94kg bobot hidup 11,34 dengan biaya total pemasaran, yaitu
sebesar Rp 319,25kg bobot hidup dan total keuntungan sebesar Rp 658,69kg bobot hidup. Nilai producer’s share yang diperoleh saluran VI adalah yang
terbesar 88,66, karena produsen menjual ayam ras pedaging langsung kepada konsumen.
Hasil dari penelitian oleh Singalingging, menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran ayam ras pedaging di
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, yaitu : 1 peternak inti
pengumpul pemotong pengecer
pengecer, 2 peternak inti
pengumpul konsumen, 3 peternak
inti rumah potong
pengecer konsumen, 4
peternak inti
rumah potong konsumen, 5 peternak
inti pemotong
pengecer konsumen, dan 6 Peternak
inti pemotong pengecer
konsumen. Di dalam pemasaran ayam ras pedaging semua lembaga yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran, didalam melakukan distribusi produk
sehingga sampai kepada konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas.
Hasil analisis marjin pemasaran diperoleh marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pertama yaitu Rp 6404,7 sementara marjin terkecil terdapat
11
pada saluran kedua yaitu Rp 2914,7. Untuk bagian harrga yang diterima oleh petani farmer’s share yang terbesar pada saluran kedua yaitu sebesar 72,93
persen dan yang terkecil terdapat pada saluran pertama yaitu 54,4 persen. Sementara hasil pendugaan keterpaduan pasar dengan menggunakan pendekatan
analisis korelasi dan analisis elastisitas transmisi diperoleh nilai korelasi 0,851 dan nilai elastisitas transmisi 0,69.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah pada lokasi penelitian, rumusan masalah. Sedangkan persamanaan
penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada alat analisis yang digunakan, jenis komoditas pertanian, tujuan penelitian. Tinjauan penelitian
tedahulu digunakan untuk referensi penulis bagaimana meumuskan suatu masalah, pemecahan masalah dengan alat analisis yang digunakan serta tujuan dari masalah
tersebut sudah sesuai dengan penulisan ilmiah.
12
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN