7 1
Gambar 7. Diagram lingkaran Hasil Pos Test II
SeSrieersie 1ss; 19;14
5 6-0
1- 100
6 7;02; ;06;
40-50 51-60
61-70 Series1; 81-
90; 13; 39 Series1; 71-
80; 18; 55 71-80
81-90 91-100
f. Refleksi II
Berdasarkan hasil observasi tindakan siklus II yang telah dilakukan, peneliti mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai pada tindakan siklus II. Refleksi tersebut dilakukan bersama guru lain sebagai kolaborator untuk mengevaluasi
hasil belajar setelah dilakukan post tes dalam pembelajaran matematika dengan pemberian penguatanreward. Evaluasi tersebut,
yaitu seluruh 33 siswa sudah mencapai nilai KKM 75.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Beji, Kecamatan Pajangan. Berdasarkan pengamatan peneliti, kondisi awal hasil belajar matematika
sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas masih rendah. Rendahnya nilai hasil belajar matematika pada materi pecahan dapat dilihat dari nilai rata-rata
kegiatan pra siklus siswa kelas IV SD Beji yaitu 57,42. Dengan hal ini dapat
72 dinyatakan bahwa nilai rata-rata kelas belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal dalam proses pembelajaran, dimana nilai kriteria ketuntasan minimal pembelajaran matematika Kelas IV SD Beji adalah 75.
Berdasarkan kegiatan pra siklus yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas dalam proses pembelajaran
matematika materi pecahan. Hal ini terbukti terdapat 31 siswa yang dinyatakan belum tuntas atau mendapat nilai di bawah KKM 75 dan 2 siswa
yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai di atas KKM 75 dalam proses pembelajaran matematika materi pecahan.
Hal ini tentu saja menjadi suatu masalah dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada siswa kelas IV di SD Beji, Pajangan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti rendahnya hasil belajar matematika dikarenakan guru belum menggunakkan reward dalam prosses pembelajaran
matematika sehingga siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi saat KBM. Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti memutuskan untuk melakukan
tindakan agar masalah tersebut dapat teratasi. Tindakan tersebut berupa pembelajaran matematika dengan pemberian penguatan
reward
. Dengan adanya
reward
siswa diharapkan termotivasi dan semangat saat mengikuti KBM pada pelajaran matematika. Hal itu sejalan dengan pendapat yang
dikemukan oleh Anissatul Mufarokah 2009:160, penguatan atau reward mempunyai tujuan, membangkitkan motivasi peserta didik, merangsang,
menimbulkan perhatian,
menumbuhkan kemampuan
berinisiatif,
7 3
mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung.
Tindakan dilakukan melalui dua siklus. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari empat pertemuan. Nilai rata-rata post tes setiap pertemuan pada
siklus 1 sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus. Dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa yang menunjukkan 19 siswa
telah mencapai KKM 75 dan 14 siswa belum mencapai KKM 75 dengan rata- rata 75,49. Akan tetapi hasil tersebut belum sesuai dengan indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu 80 siswa mencapai KKM. Guru sudah menggunakan reward pada pembelajaran matematika, akan tetapi reward
yang digunakan belum maksimal. Dari jenis-jenis penguatanreward guru kebanyakan hanya menggunakan penguatan verbal dan gestural.
Tindakan pada siklus II dilakukan dalam tiga pertemuan. Proses pembelajaran siklus II hampir sama seperti pada siklus I, akan tetapi terdapat
perbedaan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Guru lebih menambah variasi pemberian pengutan
reward
dan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil daripada kelompok pada siklus I. Guru
menggunakan penguatan dengan cara mendekati dan penguatan berupa tanda atau benda yaitu kartu prestasi. Sejalan dengan pendapat Skinner dalam
Slavin, 2000 Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku. Pembelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin