42
C. Deskripsi Data Proses Pembelajaran Membaca Permulaan di Kelas
Dasar 1 Sekolah Luar Biasa Sekar Teratai I Srandakan Bantul
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan dipengaruhi oleh keberhasilan
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas. Berbagai macam metode pembelajaran membaca permulaan dapat digunakan oleh guru.
Akhadiah Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 61-66 mengemukakan bahwa pembelajaran membaca permulaan dapat menggunakan berbagai
macam metode, yakni metode abjad dan metode bunyi, metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga, metode global serta metode SAS
Struktural Analitik Sintetik. Pembelajaran membaca permulaan anak tunagahita ringan kelas dasar
1 di SLB Sekar Teratai I Srandakan menggunakan metode abjad dan metode bunyi serta metode global. Hal ini diperjelas berdasarkan hasil penelitian,
pada saat pembelajaran membaca permulaan siswa tunagrahita ringan diperkenalkan terlebih dahulu huruf alfabet yakni
a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z. Setelah anak dikenalkan huruf alfabet, guru meminta anak membaca huruf alfabet yang sudah dituliskan di
papan tulis secara acak. Guru menunjuk huruf alfabet tersebut kemudian siswa membaca huruf tersebut dengan menyebutkan bunyi huruf alfabet yang
ditunjuk oleh guru. Penggunaan metode ini juga diterapkan oleh guru pada saat pembelajaran membaca kata. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran
43 membaca kata, siswa diminta membaca rangkaian huruf yang sudah
dituliskan seperti kata b-o-l-a, b-a-j-u, s-a-t-u, b-u-a-h, s-a-p-u. Selain menggunakan metode bunyi dan metode abjad, guru dalam
memberikan materi membaca permulaan menggunakan metode global, yakni membaca huruf alfabet serta membaca kata dengan bantuan gambar.
Penggunaan metode global ini guru menggunakan media CD Interaktif, pada saat belajar membaca huruf alfabet siswa belajar membaca gambar baru
menyebutkan alfabet yang terdapat dalam kata gambar tersebut. Misal terdapat gambar apel yang disampingnya terdapat tulisan “apel”, siswa
diminta menyebutkan gambar tersebut, baru guru memperkenalkan bahwa gambar tersebut terdapat kata “apel” dengan menyebutkan satu per satu huruf
dalam kata “apel”. Selain mengenalkan huruf dengan kata yang terdapat dalam gambar, guru juga mengenalkan dengan cara membaca huruf awal
dalam kata, misal pada saat belajar membaca huruf a, b, dan c guru memperlihatkan gambar Anggur, Buku, Cicak. Guru meminta siswa
membaca gambar tersebut, kemudian siswa diminta menjelaskan bahwa gambar Anggur dengan tulisan “Anggur” mempunyai huruf awal alfabet A,
kemudian siswa diminta menirukan huruf tersebut berbunyi A. Pada Gambar Buku dengan tulisan “Buku” terdaat huruf awalan B, serta gambar Cicak
dengan tulisan “Cicak” mempunyai huruf awalan C. Penggunaan metode pembelajaran membaca permulaan di kelas dasar
1 SLB Sekar Teratai 1 Srandakan Bantul ini bervariasi, guru terkadang menggunakan metode abjad dan metde bunyi, namun juga menggunakan
44 metode global. Hal ini dikarenakan, pemilihan metode tersebut disesuaikan
dengan perilaku siswa di awal masuk sekolah. Jika siswa tunagrahita ringan mudah dibimbing, guru menggunakan metode abjad dan metode bunyi.
Namun, jika siswa tunagrahita ringan sudah mulai bosen dan susah di arahkan untuk mengikuti pembelajaran guru menggunakan metode global.
Penggunaan metode yang tidak tetap membuat kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan di kelas asar 1 SLB Sekar Teratai 1
Srandakan Bantul kurang berkembang optimal. Hal ini dapat diperjelas berdasarkan hasil penelitian kemampuan membaca permulaan anak
tunagrahita ringan, yakni siswa baru memiliki kemampuan sampai pada tahap membaca satu suku kata. Kemampuan siswa dalam membaca huruf alfabet,
sangat baik karena siswa sudah mampu membaca 26 huruf alfabet walaupun masih terkadang ada beberaa huruf alfabet yang dibaca terbalik misal huruf
b dibaca d, huruf c dibaca e dan sebagainya. Pada saat siswa diminta membaca kata, misal membaca kata buku. Siswa membaca kata buku dengan
cara membaca satu per satu huruf dalam kata tersebut, seperti b-u-k-u kemudian siswa membaca dengan menggabungkan bunyi dua huruf b-u
dibaca bu dan k-u dibaca ku. Namun, pada saat diminta membaca kata membentuk bunyi kata siswa masih membutuhkan bantuan guru.
45
D. Deskripsi Data Kemampuan Membaca Permulaan