18
3. Tahapan Perkembangan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan
Kemampuan serta kematangan anak tunagrahita dalam membaca
dipengaruhi oleh faktor-faktor persepsi dan memori. Persepsi dan memori merupakan proses mental yang berpusat di otak dan dimiliki oleh setiap
individu, dengan adanya fungsi intlektual ini anak tunagrahita yang terbatas, mempengaruhi pada kemampuan mental lainya, di antaranya kemampuan
presepsi dan memorinya. Menurut Amin 1995: 197 satuan pendidikan luar biasa untuk
tunagrahita ringan memiliki tugas perkembangan sesuai dengan usia kronologisnya sebagai berikut:
a. Anak yang berumur antara 4-6 tahun: umur kecerdasanya antara 2,5 – 4 tahun. Pada tingkat ini mengembangkan kemampuan fisik, mental dan
sosial anak. b. Anak yang berumur antara 7-12 tahun; umur kecerdasanya antara 5-9
tahun. Pada tingkat awal anak tunagrahita sudah merasa cukup siap untuk mengikuti program fisik, sosial, dan akademik tapi belum cukup matang
untuk elemen-elemen yang diperlukan untuk membaca. Maka anak belajar dengan melakukan permainan-permainan dan aktivitasaktivitas
singkat. c. Anak yang berumur antara 13-15 tahun, umur kecerdasanya berkisar
antara 9-11 tahun. Pada tingkat ini anak tunagrahita ringan meneruskan mempelajari tool subject, yakni: membaca, menulis, dan berhitung.
19
d. Anak yang berumur antara 16-18 tahun. Umur kecerdasannya berkisar antara 10-12 tahun. Pada tingkat ini anak tunagrahita mempelajari untuk
menambahkan tingkatan efisiean tool subject: yakni: membaca, menulis, dan berhitung, yang pelaksanaanya digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kematangan tunagrahita
dalam belajar membaca berkisar pada usia antara 13-15 tahun, umur kecerdasannya berkisar 9-11 tahun. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
selain terlambat perkembangan mental juga terbatas dalam kemampuan kecerdasannya. Selain itu kematangan ini banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Subjek pada penilitian ini usia anak berumur 8 tahun: usia kecerdasannya berada antara 5-9 tahun yang berada pada SDLB kelas I.
Maka sesuai dengan kemampuan usia kecerdasannya siswa belum
matang dalam keterampilan membaca sehingga diperlukan penyampain materi pembelajaran membaca permulaan dengan metode pembelajaran
sesuai kemampuan anak. Menurut Munawir 2005: 144 keterampilan membaca berkembang
melalui beberapa tahap, yaitu: 1
Tahap Pertumbuhan Kesiapan Membaca
Tahap ini merupakan kompetensi yang harus dikuasai anak untuk dapat mulai belajar membaca. Kompetensi itu misalnya dapat
membedakan bentuk,warna,ukuran arah dan sebagainya.
20 2
Tahap Awal Belajar Membaca
Pengajaran membaca pada tahap awal belajar membaca meliputi dua tahap yaitu membaca global, membaca unsur, dan membaca tanpa
memikirkan unsur-unsurnya. Pada tahap membaca global, guru memperkenalkan kata-kata sederhana sebanyak-banyaknya kosakata
pandang untuk diamati. Membaca unsur menyangkut membedakan kata-kata dan mencari asosiasi antara huruf dan bunyi.
3
Tahap Perkembangan Keterampilan Membaca
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap membaca global dan membaca unsur dan juga disebut membaca tanpa memikirkan unsure-
unsur. Pada tahap ini, anak mampu membaca kosakata sederhana secara otomatis sehingga tidak perlu lagi memperhatikan unsur-unsur setiap
kata. 4
Tahap Penyempurnaan Keterampilan Membaca
Pada tahap ini kegiatan membaca tidak lagi ditekankan pada teknik membaca, tetapi sudah pada makna bacaan. Kegiatan membaca lebih
ditekankan pada peningkatan kemampuan membaca pemahaman tingkat lanjut, keterampilan belajar dan kecepatan membaca.
Berdasarkan tahap-tahapan membaca di atas maka dalam penelitian ini pada tahap awal belajar membaca yakni memperkenalkan kosa kata
sederhana pada siswa tunagrahita ringan. Membaca permulaan sebagai tahap awal untuk mengenal, memahami, mengerti huruf menjadi kata dengan
bantuan yang menarik perhatian siswa.
21
4. Metode Membaca Permulaan Metode pembelajaran bahasa merupakan langkah-langkah kerja