121
E. Pembahasan
Tindakan yang dilaksanakan peneliti telah terlaksanan dengan baik dan sesuai dengan tujuan karena minat belajar siswa dan hasil belajar siswa
menunjukkan adanya peningkatan dari tiap siklus. Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, pada siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II
terdiri dari tiga pertemuan. Dari hasil skala minat, terlihat bahwa skor terendah terdapat pada indikator
kedua yaitu rasa ingin tahu. Siswa enggan mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran, siswa juga tidak mencari tahu materi yang sedang diajarkan oleh guru
dalam buku pelajaran. Pada indikator tersebut juga terjadi peningkatan yang signifikan. Dari hasil pengamatan pada siklus I ketercapaian indikator rasa ingin
tahu siswa telah menigkat, kemudian lebih meningkat di siklus II. Hal tersebut dibuktikan dengan bertambahnya siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai
hal-hal yang belum diketahui mengenai materi pelajaran. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru agar siswa dapat memahami materi, karena saat membuat
mind map siswa dituntut untuk memahami gagasan yang dituangkan dalam kertas. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Buzan 2007: 13 bahwa
dengan mind map semakin banyak materi yang diketahui atau dipelajari maka akan semakin mudah belajar dan mengetahui lebih banyak.
Peningkatan pada minat belajar IPA terlihat dari meningkatnya indikator minat yang pertama yaitu antusiasme siswa ketika mengikuti pelajaran IPA. Selama
mengikuti pembelajara terlihat bahwa siswa menjadi lebih tertarik dan senang,
122 terutama ketika siswa mulai berkreasi untuk membuat mind map. Siswa bebas
menyalurkan kreatifitasnya dalam membuat mind map, serta penggunaan warna dan gambar yang sangat menarik bagi siswa. Hal ini membuktikan bahwa metode
mind mapping dapat menambah antusiasme siswa selama mengikuti pelajaran. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkel 2004: 212 bahwa minat
adalah suatu kecenderungan individu yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
itu. Lebih lanjut, Bobbi DePorter 2003: 172 bahwa salah satu manfaat mind map yaitu menyenangkan, karena dalam membuat peta pikiran, imajinasi dan
kreativitas yang tidak terbatas menjadikan pembuatan serta peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.
Pada siklus I siswa diminta untuk membuat mind map mengenai “Alat
Pencernaan Manusia”. Siswa terlihat senang dan aktif saat membuat mind map dengan mengkreasikan ide-ide yang dimiliki, meskipun ada siswa yang masih
kebingungan dalam membuat mind map. Selain itu siswa juga terlihat aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui. Siswa juga menjadi lebih aktif
saat guru melakukan brainstorming mengenai materi yang dipelajari, siswa akan mengungkapkan hal-hal yang diketahui dengan besemangat. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Slameto 2003: 58 bahwa, minat yang dimiliki siswa akan dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan
kegiatan.
123 Pada siklus II siswa diminta untuk membuat mind map mengenai
“Hubungan Makan dengan Kesehatan”. Siswa dapat membuat mind map dengan lebih baik. Selain itu kendala-kendala yang dialami pada siklus I dapat diperbaiki
pada siklus II. Misalnya, kendala pada siswa yang masih bingung saat membuat mind map dapat diatasi dengan cara guru berkeliling kelas dan membimbing siswa
yang belum paham satu persatu. Pada siklus II peneliti membagikan leaflet sebagai salah satu sumber pembelajaran yang dapat digunakan siswa. Hal tersebut sebagai
upaya agar siswa lebih mudah memahami penjelasan materi dari guru, dan siswa dapat terpancing untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Dalam leaflet
tersebut juga terdapat contoh mind map, yang dapat digunakan siswa sebagai contoh pembuatan mind map. Pada refleksi akhir diketahui bahwa siswa merasa
senang dengan diterapkannya metode mind mapping dalam pembelajaran IPA. Karena pada pembelajaran dengan metode mind mapping siswa tidak hanya
mendengarkan ceramah dan mencatat penjelasan guru begitu saja, namun siswa dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk gambar dan penuh warna. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan minat belajar siswa. Sejalan dengan itu, Dalyono 2009: 57
mengungkapkan bahwa minat belajar yang tinggi cenderung menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.
Hasil belajar tertingi yang diperoleh siswa akhir siklus II adalah 93 sedangkan hasil terendah yang diperoleh adalah 56. Dilihat dari hasil pengamatan,
siswa yang memperoleh hasil belajar yang tinggi dapat mengikuti kegiatan
124 pembelajaran dengan baik. Siswa tersebut terlihat lebih antusias, lebih banyak
bertanya mengenai materi pelajaran, memperhatikan penjelasan dari guru, dan melaksanakan perintah dari guru dengan sungguh-sungguh. Sedangkan siswa yang
memperoleh hasil belajar yang rendah cenderung kurang antusias saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa tersebut lebih sering bermain sendiri atau mengobrol
dengan teman saat guru menjelaskan materi, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak melaksanakan perintah dari guru
dengan segera. Siswa tersebut juga terlihat acuh saat guru memberi kesempatan untuk bertanya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada hasil belajar yang
diperoleh siswa. Karena siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik menyebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, terlebih siswa tidak mau menanyakan materi yang belum dipahami. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaiakan
oleh Michael Michalko Buzan, 2007: 6 bahwa mind map dapat memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang sedang dipelajari. Dengan menerapkan metode
mind mapping siswa lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, terutama saat guru membimbing siswa untuk menentukan kata kuci dari setiap
materi dan menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map. Secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa dari pra siklus hingga siklus II
mengalami peningkatan, dengan persentase siswa yang memenuhi standar KKM pada pra siklus sebesar 13 menjadi 84 pada siklus II. Hasil belajar pada
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif. Patta Bundu 2006: 18 mengemukakan
125 bahwa hasil belajar kognitif IPA adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya. Metode mind mapping merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan pemahaman dan
ingatan siswa terhadap materi pelajaran. Sesuai teori yang dikemukakan Bobbi DePorter 2003: 172 bahwa mind mapping dapat memusatkan perhatian dan
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaiakan guru. Dengan terpusatnya perhatian siswa, maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Dari pemaparan di atas, dinyatakan bahwa hipotesis penerapan metode
mind mapping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Balangan 1 dapat diterima. Peningkatan minat dan hasil belajar IPA dengan
metode mind mapping dilaksanakan dengan cara: penyampaian materi dan diskusi klasikal, penugasan, menentukan kata kunci dari setiap materi yang akan dibuat
mind map bersama siswa, melakukan brainstorming, menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, pembuatan mind map yang
didampingi guru, dan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa di akhir kegiatan.
F. Keterbatasan Penelitian