PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI BALANGAN 1.

(1)

i

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI

BALANGAN 1

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dyah Safitri NIM 11108241102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata tulis karya ilmiah yang berlaku.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya bersedia menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 03 Desember 2015 Yang menyatakan,

Dyah Safitri NIM 11108241102


(3)

iii


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI BALANGAN 1” yang disusun oleh Dyah Safitri, NIM 11108241102 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Desember 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Dr. Pratiwi Puji Astuti, M. Pd. Ketua Penguji ……… ………. Woro Sri Hastuti, M. Pd. Sekertaris Penguji ……… ………. Dr. Farida Agus Setiawati, M. Si. Penguji Utama ……… ………. Ikhlasul Ardi Nugroho, M. Pd. Penguji Pendamping ……… ……….

Yogyakarta,………... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.


(5)

v MOTTO

Pikiran bukanlah suatu wadah untuk diisi, melainkan sebuah cahaya untuk dinyalakan. (Tony Buzan)

At the first you make habbits, at the last habbits make you

(Pada awalnya Anda membuat kebiasaan, dan pada akhirnya kebiasaanlah yang membentuk Anda)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, Sumaryadi dan Suharmi yang tanpa lelah senantiasa mendoakan, melimpahan kasih sayang dan kesabaran selama ini.

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(7)

vii

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI BALANGAN 1

Oleh: Dyah Safitri 11108241102

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan di lapangan yaitu minat dan hasil belajar IPA siswa rendah, serta metode pembelajaran yang digunkan guru kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA melalui metode mind mapping pada siswa kelas V SD Negeri Balangan 1, Minggir Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart dengan subjek penelitian siswa kelas V SD Negeri Balangan 1 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, skala minat, dan tes. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengamati siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode mind mapping, lembar skala minat untuk mengukur minat belajar siswa, serta soal tes pilihan ganda dan uraian untuk mengukur hasil belajar IPA. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Balangan 1. Peningkatan minat dan hasil belajar IPA dengan metode mind mapping dilaksanakan dengan cara: penyampaian materi dan diskusi klasikal, penugasan, menentukan kata kunci, melakukan brainstorming, menentukan semua aspek dari materi, pembuatan mind map yang didampingi guru, dan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa di akhir kegiatan. Jumlah siswa yang mendapat skor minat dengan kategori baik pada pra siklus adalah 10%, siklus I 55%, dan siklus II 87%. Selanjutnya, nilai rata-rata siswa meningkat dari 60 pada pra siklus, 68 pada siklus I menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh hasil belajar memenuhi KKM pada pra siklus adalah 13%, siklus I 48%, dan siklus II 84%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, petunjuk, dan kekuatan sehingga dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Metod Mind Mapping untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Balangan 1”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah member kesempatan kepada peneliti untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk skripsi.

3. Ibu Dr. Pratiwi Puji, A., M.Pd. dan Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. yang telah membimbing peneliti dalam menyusun skripsi hingga selesai dengan penuh kesabaran dan pengertian.

4. Bapak Agung Hastomo, M.Pd. yang telah membimbing dalam menyusun instrument penelitian.

5. Ibu Dwi Ismartuti, S.Pd. kepala SD Negeri Balangan 1 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian.

6. Ibu Dalinem, S.Pd. guru kelas V SD Negeri Balangan 1 yang telah meluangkan waktunya untuk pelaksanaan penelitian dan kerjasama yang baik.


(9)

ix

7. Bapak dan ibu yang luar biasa dalam memberikan dukungan, kasih sayang, dan tiada henti mendoakanku untuk kuat dalam menyusun skripsi.

8. Kakakku yang memberikan dukungan dan semangat dalam menyusun skripsi.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Mbak Ummu, Ika, Rizka, Eva dan Shela yang tidak pernah lupa memberikan semangat. Untuk semua mahasiswa PGSD 2011 Kelas B, dan teman-teman sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kalian telah memberi bantuan dan motivasi dalam menyusun skripsi.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu memiliki kekurangan. Semoga Tugas Akhir Skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 3 Desember 2015 Penyusun,


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL………...

HALAMAN PERSETUJUAN………...

HALAMAN PERNYATAAN………...

HALAMAN PENGESAHAN………...

HALAMAN MOTTO………...

HALAMAN PERSEMBAHAN.………...

ABSTRAK.………

KATA PENGANTAR.………..

DAFTAR ISI.………... DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR.………... DAFTAR LAMPIRAN.………... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………

B. Identifikasi Masalah………

C. Batasan Masalah……….

D. Rumusan Masalah………...

E. Tujuan Penelitian………

F. Manafaat Penelitian……….

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori tentang IPA………

1. Hakikat IPA………..

2. Tujuan IPA………

3. Ruang Lingkup IPA………..

4. Karakteristik Siswa SD……….

5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar………..

B. Metode Mind Mapping………

1. Pengertian Metode Pembelajaran………. i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv 1 6 7 7 7 7 9 9 10 12 13 15 16 16


(11)

xi

2. Pengertian Mind Map………

3. Langkah-langkah Pembuatan Mind Map………..

4. Manfaat Metode Mind Mapping………

5. Implementasi Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran……….

C. Minat Belajar………..

1. Pengertian Minat………...

2. Faktor-faktor Minat………..

3. Ciri-ciri Minat Belajar………..

D. Hasil Belajar………

1. Hakikat Hasil Belajar………

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar……….

3. Hasil Belajar IPA………..

E. Devinisi Operasional Variabel………....

F. Penelitian yang Relevan………..

G. Kerangka Pikir………

H. Hipotesis……….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………...

B. Desain Penelitian……….

C. Setting Penelitian………

D. Rencana Tindakan………...

E. Teknik Pengumpulan Data………..

F. Instrumen Penelitian………

G. Teknik Analisis Data………...

H. Validasi Instrumen………..

I. Indikator Keberhasilan………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. B. Deskripsi Subjek Penelitian……….. C. Prapenelitian Tindakan Kelas………..

D. Deskripsi Hasil Penelitian………

17 19 21 24 26 26 28 29 32 32 34 36 37 38 39 41 42 42 45 45 47 49 53 56 57 58 58 59 61


(12)

xii

1. Tindakan Siklus I………...

a. Perencanaan Tindakan Siklus I……….

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I……….

c. Pengamatan Siklus I……….

d. Refleksi Siklus I………...

2. Tindakan Siklus II………..

a. Perencanaan Tindakan Siklus II………... b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II………

c. Pengamatan Siklus II………

d. Refleksi Siklus II………..

E. Pembahasan………..

F. Keterbatasan Penelitian………

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..

B. Saran………

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN………...

62 62 63 79 90 91 92 93 108 119 121 125 126 127 128 131


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar………... Tabel 2. Perbedaan Catatan Biasa dengan Peta Pikiran………... Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar IPA……….. Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Pembelajaran

Mind Mapping……….

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penerapan Metode Mind Map……… Tabel 6. Kisi-Kisi Skala Minat Belajar IPA Siswa………

Tabel 7. Kategori Penilaian………

Tabel 8. Hasil Skor Minat Belajar Pra Siklus……… Tabel 9. Persentase Minat Belajar Siswa Kelas V pada Pra Siklus………... Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pra Siklus……… Tabel 11. Perbandingan Skor Minat Belajar Pra Siklus dan Siklus I……… Tabel 12. Perbandingan Persentase Minat Belajar Siswa Kelas V Per Siklus…... Tabel 13. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Tertinggi, dan Terendah Per Siklus…. Tabel 14. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I……... Tabel 15. Refleksi Kendala yang Dihadapi pada Pelaksanaan Siklus I…………. Table 16. Perbandingan Skor Minat Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II… Tabel 17. Perbandingan Persentase Minat Belajar Siswa Kelas V pada Pra

.Siklus, Siklus I, dan Siklus II………. Tabel 18. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Tertinggi, dan Terendah Per Siklus…. Tabel 19. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Per Siklus……… Tabel 20. Perbandingan Persentase Minat Belajar dan Hasil Belajar yang

.Memenuhi KKM Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II………. 12 25 50 51 51 52 55 60 60 61 88 88 89 90 91 114 114 116 117 118


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Contoh Impementasi Metode Mind Map dalam Pelajaran IPA ... Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... Gambar 3. Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart ... Gambar 4. Hasil Skala Minat Belajar IPA Siswa Kelas V ... Gambar 5. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus

.I, dan Siklus II ... Gambar 6. Perbandingan Siswa yang Memenuhi KKM pada Pra Siklus, Siklus

.I, dan Siklus II ... Gambar 7. Perbandingan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa yang Memenuhi

.KKM ... 25 40 43 115 116 118 119


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal A.Perangkat Pembelajaran Instrumen dan Penelitian ...

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) I ... b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) II ... c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) III ... d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IV ... e. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) V ... f. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) VI ... 3. Lembar Observasi ...

a. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran IPA Menggunakan

Metode Mind Mapping oleh Guru ... b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... c. Lembar Observasi Minat Belajar Siswa ... 4. Skala Minat Belajar Siswa ... a. Kisi-kisi Skala Minat Belajar Siswa... b. Skala Minat Belajar Siswa ... 5. Soal Evaluasi Hasil Belajar IPA... a. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Hasil Belajar IPA Siklus I... b. Soal Evaluasi Hasil Belajar IPA Siklus I ...

131 132 132 140 148 148 151 153 154 156 158 159 159 161 162 163 163 164 167 167 170


(16)

xvi

c. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... d. Kisi-kisi Soal Evaluasi Hasil Belajar IPA Siklus II ... e. Soal Evaluasi Hasil Belajar IPA Siklus II ... f. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 6. Materi Pembelajaran ... B.Data Hasil Penelitian ... 1. Data Hasil Observasi ...

a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru ... 1) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus I

Pertemuan 1 ... 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus I

Pertemuan 2 ... 3) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus I

Pertemuan 3 ... 4) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus II

Pertemuan 1 ... 5) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus II

Pertemuan 2 ... 6) Hasil Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA

Menggunakan Metode Mind Mapping oleh Guru Siklus II

Pertemuan 3 ... b. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 1) Rekapitulasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ....

173 174 176 179 180 187 188 188 188 190 193 196 198 201 203 203


(17)

xvii

2) Persentase Aktivitas Siswa Per Pertemuan ... 3) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 4) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 5) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 3 ... 6) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 7) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 8) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 3 ... c. Data Hasil Observasi Minat Belajar Siswa ... 1) Persentase Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I dan II ... 2) Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I ... 3) Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II ... 4) Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I ... 5) Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II ... 2. Data Hasil Skala Minat Belajar ... a. Rekapitulasi Hasil Skala Minat Siswa Per Siklus ... b. Rekapitulasi Hasil Skala Minat Siswa Per Indikator pada Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II ... 3. Hasil Belajar IPA ... Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per Siklus ... 4. Daftar Siswa Kelas V SD N Balangan 1 ... C.Dokumentasi Kegiatan ... 1. Siklus I Pertemuan 1 ... 2. Siklus I Pertemuan 2 ...

204 206 207 208 209 210 211 212 212 213 214 215 216 217 217 218 219 219 220 221 222 224


(18)

xviii

3. Siklus I Pertemuan 3 ... 4. Siklus II Pertemuan 1 ... 5. Siklus II Pertemuan 2 ... 6. Siklus II Pertemuan 3 ... 7. Sampel Instrumen dan LKS siswa ... D.Surat-Surat Perijinan ... 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas ... 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kesbang Sleman ... 3. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari BAPPEDA ... 4. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 5. Surat Keterangan Validasi ...

226 233 236 239 245 269 270 271 272 273 274


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan yang serba maju, modern, dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional.

Sesuai dengan undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, pada kenyataannya pendidikan yang diselenggarakan belum mencapai tujuan seperti halnya dalam undang-undang.

Berkaitan dengan masalah tersebut, pembelajaran IPA memiliki andil yang cukup besar dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Srini M. Iskandar (1997: 2) menyatakan IPA secara harfiah dapat dikatakan sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sedangkan


(20)

2

menurut Carin & Sund IPA (Sains) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melaui observasi dan eksperimen yang terkontrol (Maslichah Asy’ari, 2006: 7). Lebih jauh, Usman Sumatowa (2006: 102) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman. Dalam arti khusus, IPA memiliki objek materi mengenai makhluk hidup, benda dan sifat-sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran IPA perlu memperhatikan penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Namun, dalam kenyataan pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah umumnya masih bersifat tekstual atau cenderung hafalan. Banyak guru yang dalam pembelajarannya masih kurang variatif dalam menggunakan menyampaikan materi. Pada umumnya, metode yang banyak digunakan adalah ceramah. Hal tersebut mengakibatkan siswa bosan terhadap proses pembelajaran. Dalyono (2009: 235) mengemukakan cara untuk mengetahui ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan atau tidak dalam pelajaran tersebut.

Dari hasil observasi yang dilakukan di SD N Balangan 1 pada saat proses pembelajaran IPA yang sedang berlangsung di kelas terlihat masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Sebagian siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan teman, mencorat-coret buku tulisnya, ada juga yang melamun dan tidak berkonsentrassi selama pelajaran. Pada saat kerja kelompok, beberapa


(21)

3

siswa tidak melakukan sesuai dengan intruksi guru. Siswa cenderung melakukan aktivitas lain seperti mengobrol atau bermain dengan temannya. Siswa akan mengerjakan tugas kelompoknya apabila didekati oleh guru. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak mau mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas V diketahui bahwa siswa memiliki minat belajar yang rendah. Siswa kurang bersemangat dan berantusisas ketika mengikuti proses pembelajaran. Jika dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung guru masih terlihat dominan (teacher centered), penyampaian materi pelajaran didominasi dengan metode ceramah. Materi yang disampaikan hanya berpusat pada guru dan tekstual, sesuai dengan buku paket. Pada akhir proses pembelajaran siswa tidak dibimbing dan diberi kesempatan untuk mencatat materi yang telah dipelajari, sehingga siswa tidak memiliki catatan yang lengkap. Hal tersebut dapat mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan tidak maksimal, sehingga ketika siswa mengerjakan soal evaluasi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.

Dari hasil wawancara, diperoleh data hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Balangan 1. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 70. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya 35% dari jumlah keseluruhan siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran masih rendah, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa cenderung rendah.


(22)

4

Pembelajaran IPA tidak dapat dilakukan hanya dengan metode ceramah dan kegiatan yang monoton saja. Siswa perlu belajar bermakna, agar dapat benar-benar memahami konsep dari pelajaran IPA, tidak hanya sekedar menghafal saja. Usman Samatowa (2006: 86) menyatakan bahwa dalam belajar bermakna pengetahuan baru dikaitkan pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak). Apabila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep yang relevan, pengetahuan baru dipelajari secara hafalan. Trianto (2010: 42) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini, proses pembelajaran yang menarik minat siswa sangatlah penting. Slameto (2003: 57) menyatakan bahwa minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar, apabila siswa tidak berminat dalam suatu materi pelajaran maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dapat menarik minat siswa sangatlah penting. Salah satu cara agar proses pembelajaran dapat menarik minat siswa adalah dengan menggunanakn metode pembelajaran yang tepat. Metode yang digunakan harus menarik dan menyenangkan agar siswa tidak mengalami kebosanan dan dapat menerima materi dengan mudah, hal tersebut tentu dapat menunjang hasil belajar siswa. Metode tersebut haruslah metode yang dapat menigkatkan konsentrasi dan pemahaman siswa, serta menumbuhkan minat belajar siswa.


(23)

5

Berdasarkan masalah tersebut, alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang lebih menarik minat siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode mind mapping. Menurut Buzan (2007: 4) Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Catatan tersebut dibuat dengan gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama sebagai inti yang dihubungkan dengan subtopik dan cabang-cabang sebagai perinciannya.

Melalui metode mind mapping siswa menguraikan satu pokok bahasan menjadi sub-sub pokok yang lebih terperinci dalam bentuk pemetaan sederhana. Dengan menggunakan mind mapping siswa dapat lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena dalam pembuatannya mind mapping melibatkan gambar, warna, dan simbol-simbol. Adanya simbol-simbol dan gambar dalam cara mencatat yang digunakan lebih menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu, siswa juga lebih mudah berkonsentrasi dalam memahami materi yang dicatat.

Menurut Windura (2013: 12) Mind Map adalah sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak, sesuai dengan kerja alami otak, mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak, mencerminkan secara internal di dalam otak saat belajar dan berpikir. Manfat mind map bagi siswa: mencatat, meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan jadwal, mengurai artikel bacan, dan mengurai soal cerita. Mind map adalah bentuk visual


(24)

6

atau gambar, sehingga mudah untuk dilihat, dibayangkan, ditelusuri, dibagikan kepada orang lain, dipresentasikan dan didiskusikan bersama.

Penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan minat siswa, karena dapat membuat siswa merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga lebih mudah dalam menerima, memahami, mengingat, dan memanggil informasi yang telah didapatkan. Hal tersebut bermanfaat ketika siswa mengerjakan soal ujian, sehingga keberhasilan siswa dalam mengerjakan soal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Balangan 1”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang berkaitan dengan penerapan metode mind mapping dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA masih banyak menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, diskusi, dan tanya jawab.

2. Rendahnya minat dan antusias siswa untuk mengikuti proses pembelajaran ditandai dengan siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dan memilih ramai dengan temannya.


(25)

7

4. Siswa tidak memiliki catatan yang lengkap mengenai materi yang telah diajarkan guru.

5. Hasil belajar siswa yang rendah.

6. Guru belum pernah menerapkan metode mind mapping. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tidak semua permasalahan diteliti. Permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi agar penelitian lebih fokus dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada masalah rendahnya minat belajar siswa serta hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Balangan 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam rancangan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Balangan 1?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untu meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan metode mind mapping dalam pelajaran IPA di kelas V SD Negeri Balangan 1.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(26)

8 1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bahwa pembelajara yang menggunakan metode mind mapping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian lain mengenai metode mind mapping. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan pengetahuan mengenai metodologi penelitian yang diterapkan, serta sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah didapat di bangku kuliah dalam pembelajaran yang nyata.

b. Bagi Siswa

1. Penelitian ini dapat menambah pengalaman belajar bagi siswa. 2. Pembelajaran IPA menjadi lebih menyenangkan.

3. Meningkatkan hasil belajar IPA c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memilih metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.


(27)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori tentang IPA 1. Hakikat IPA

Dari segi istilah IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam. Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang benar, rasional dan objektif. Pengetahuan Alam berarti pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi secara singkat IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengaan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1993:3).

Webster’s: New Lollegiate Dictionary (Srini M. Iskandar, 1997:2) menyatakan “natural science knowledge concerned with the physical word and its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan menurut Nash IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam, dengan cara yang bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Menurut seorang ahli falsafah IPA Rom Harre menyatakan bahwa IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama (Hendro Darmodjo, 1993: 3-4).


(28)

10

Muslichah Asy’ari menyatakan bahwa sains sebagai ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Conant mengartikan sains sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Carin & Sund mengatakan sains adalah satu sistem untuk memahami alam semesta melalui eksperimen dan observasi yang terkontrol. Abruscato mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis guna mengungkapakan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta (Muslichah Asy’ari, 2006:7).

Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang mempelajari alam dan gejala-gejalanya secara rasional dan objektif. IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melaui cara yang sistematis.

2. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang


(29)

11

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentangadanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran utnuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Trianto (2010: 142) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di sekolah untuk memberikan pengetahuan (kognitif) kepada siswa, jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep IPA. Disamping itu, pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan keterampilan (psikomotor), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi dalam mencari jawaban atas suatu permasalahan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai alam dan segala isinya, keterampilan dan sikap ilmiah kepada siswa. Pembelajaran IPA ini bertujuan agar siswa mengenal pengetahuan serta memgembangkan minat siswa terhadap pelajaran IPA.


(30)

12 3. Ruang Lingkup IPA

Sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA yang telah dirancang dalam KTSP, maka dapat dijabarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaan meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) materi pelajaran IPA bagi siswa kelas V semester 1 pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 1. Mengidentifikasi fungsi

organ tubuh manusia dan hewan

1.3 Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan


(31)

13

Materi tersebut akan dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang lebih operasional. Materi-materi tersebut akan disampaikan dengan metode mind mapping dan beberapa metode yang sesaui dengan prinsip belajar IPA, seperti pengamatan atau eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V SD.

4. Karakteristik Siswa SD

Sekolah dasar merupakan awal jenjang pendidikan wajib pertama yang diikuti siswa. Maka agar pencapaian hasil belajar dapat optimal, perlu diperhatikan tentang perkembangan dan karakteristik siswa usia sekolah dasar. Menurut Piaget (Asy’ari, 2006: 38) perkembangan kognitif anak dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitiu:

0 – 2 tahun : Sensor motor 2 – 6 tahun : Praoperasional 7 – 11 tahun : Operasional konkrit > 11 tahun : Operasional formal

Jika dilihat dari tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, siswa SD yang rata-rata berusia 6/7 tahun – 11/12 tahun masuk kedalam tahap operasional konkrit. Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 38) siswa yang berada pada tahap tersebut umumnya memiliki sifat:

a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.


(32)

14

c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.

d. Memilki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami kegagalan.

e. Akan belajar efektif bila merasa senang dengan situasi yang ada.

f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengerjakan apa yang ia bisa pada temannya.

Di sekolah dasar, tahapan pada usia ini dibagai menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah sekolah dasar berlangsung pada usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, yang biasanya duduk di kelas 1, 2, dan 3 SD. Sedangkan masa kelass tinggi berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun yang biasanya duduk di kelas 4, 5, dan 6 SD. Secara lebih spesifik, siswa kelas rendah dan kelas tinggi memiliki kekhasan yang berbeda. Menurut Rita Eka, dkk (2008: 116) ciri-ciri siswa kelas rendah adalah: (a) terdapat hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; (b) suka memuji diri sendiri; (c) menganggap suatu tugas atau pekerjaan tidak penting apabila siswa tidak dapat mengerjakannya; (d) suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya; (e) suka meremehkan orang lain.

Sedangkan ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka, dkk (2008: 116-117) adalah: (a) perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari; (b) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis; (c) timbul minat pada


(33)

pelajaran-15

pelajaran khusus; (d) memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; serta (e) suka membentuk kelompok sebaya utnuk bermain bersama dan membuat aturan bermain dalam kelompoknya.

Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 38-44) siswa kelas tinggi sudah dapat berpikir secara reversibel atau bolak-balik, dapat mengelompokkan dan menentukan urutan, dan telah mampu melakukan opersi logis meskipun dengan pengalaman yang terbatas. Oleh karena itu pembelajaran di kelas tinggi sebaiknya diarahkan pada pelatihan kemampuan berpikir yang lebih kompleks. 5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah dasar harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan siswa. Karakteristik siswa setiap jenjang pendidikan berbeda-beda. Seperti halnya siswa sekolah dasar yang menurut Piaget memasuki tahap operasional konkrit memiliki ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan di kelas harus disesuaikan dengan ciri-ciri tersebut.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget dan ciri-ciri siswa sekolah dasar, implikasi dalam pembelajaran IPA di SD sebaiknya:

a. Pembelajaran IPA diupayakan menggunakan aktivitas konkrit utnuk semua tingkatan kelas di SD.

b. Pembelajran disajikan memalui berbagai variasi kegiatan, agar dapat diikuti dengan baik oleh siswa dari berbagai tahap perkembangan.


(34)

16

c. Guru diharapkan mengenal setiap tingkat perkembangan siswa agar pembelajaran menjadi lebih efektif.

d. Memberikan latihan yang berulang untuk perkembangan berpikir operassional.

e. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan pola berpikir operasional formal kepada siswa kelas tinggi. (Hendro Darmojo, 1993: 22-23)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar harus disesuaikan dengan ciri khas perkembangan siswa pada usia tersebut. Siswa sekolah dasar umumnya senang bermain dan menyukai hal-hal baru yang menarik. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA harus dirancang dengan menarik, misalnya dengan menggunakan media yang menarik dan metode yang menyenangkan. Salah satu metode yang menyenangkan dan dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode Mind Mapping.

B. Metode Mind Mapping

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran (Djamarah, 2005: 19). Menurut Mulyani Sumantri (2001: 114) metode adalah cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak


(35)

17

yang memuaskan. Suryosubroto (2002: 149) menyebutkan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Kaitannya dengan pembelajaran, Suharjo (2006: 89) menyatakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Hamzah, 2007: 16). Winarno Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2002: 148) menegaskan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi palajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Agar dapat mencapai tujuan dalam pembelajara, metode yang digunakan harus sesuai dengan konten materi yang akan disampaikan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pelajaran IPA adalah metode mind mapping.

2. Pengertian Mind Mapping

Metode mencatat yang baik harus membantu dalam mengingat perkataan dan bacaan dengan mudah, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru, peta pikiran (Mind Map) memungkinkan semua hal tersebut. Miftahul Huda (2013:


(36)

18

307) menyatakan bahwa mind mapping merupakan metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta.

Salah satu penggagas metode mind mapping adalah Buzan. Dalam bukunya, Buzan menyatakan bahwa Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak. Mind Map adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Mind Map juga sangat sederhana. Buzan juga menyebutkan bahwa mind map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang yang melengkung akan lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung segaris dan satu warna. Hal tersebut tentu mendukung dalam mengingat informasi yang telah didapatkan (Buzan, 2007: 4-9).

Iwan Sugiarto (2004: 7) menjelaskan mind map atau peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah untuk memahaminya. Wycoff (2002: 41) mengemukakan peta pikiran sebagai alat pembuka pikiran yang ajaib, yang merupakan teknik untuk mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif. Bobby DePorter (2003: 178) menyatakan bahwa metode mind mapping merupakan metode yang menyenangkan dan menarik untuk siswa.


(37)

19

Mind mapping merupakan metode yang selaras dengan cara kerja otak yang menggunakan kedua belah otak kanan dan kiri, dalam metode ini catatan yang dibuat menggunakan gambar, simbol, dan warna yang sesuai dengan kesenangan pambuatnya. Gambar, simbol, dan warna yang menarik dan berkesan dapat membantu siswa dalam mengingat hal-hal yang telah dipelajari. Sehingga ingatan siswa mengenai materi yang dicatat menggunakan mind mapping akan lebih lama membekas diingatan siswa. Kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan.

3. Langkah-langkah Pembuatan Mind Map

Untuk membuat mind map, ada beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu: a) mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari ceramah tersebut; b) menunjukkan jaring-jaring dan relasi-relasi diantara gagasan/kata kunci terkait dengan materi pelajaran; c) membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik pelajaran; d) merencanakan tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas; e) menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya dalam satu lembar kertas saja; f) menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan yang terkait dengan topik bahasan: dan g) mereveiw pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian (Miftahul Huda, 2013: 307-308).


(38)

20

Buzan (2007: 15) menyebutkan tujuh langkah untuk membuat mind mapping. Langkah-langkah tersebut yaitu:

a. Mulai membuat mind map dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan secara mendatar. Memulai dari tengah dapat memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar dapat mewakili kata atau kalimat serta dapat membatu dalam melatih imajinasi. Selain itu sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membantu berkonsentrasi, lebih terfokus, dan mengaktifkan otak.

c. Gunakan warna. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan gambar-gambar tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi, sehingga apabila cabang-cabang tersebut dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Hal tersebut dikarenakan garis melengkung akan lebih merik mata dan tidak membosankan.

f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal akan lebih banyak memicu ide dan pikiran baru.


(39)

21

Adapun keuntungan apabila mengikuti langkah-langkah membuat mind map dengan baik menurut Windura (2013; 49-50) adalah (a) siswa menjadi lebih fokus saat membuat mind map tentang materi yang sedang dipelajari; (b) siswa menjadi lebih fokus saat menggunakan mind map untuk mengkaji ulang materi pelajaran; (c) siswa dapat mengalirkan lebih banyak ide-ide dan pemikiran-pemikiran; (d) siswa dapat lebih lancar dalam mengalirkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran; (e) ide-ide dan pemikiran yang dituangkan menjadi lebih berkualitas; (f) siswa dapat menciptakan ide yang orisinil dan kreatif; (g) siswa dapat lebih memahami materi pelajaran; (h) membantu siswa dalam mengingat (recall) materi yang telah diajarkan; serta (i) siswa mendapatkan daya ingat yang lebih lama mengenai materi yang diajarkan.

4. Manfaat Metode Mind Mapping

Menurut Windura (2013: 12) mind map memiliki beragam manfaat bagi siswa, yaitu: mencatat, meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan jadwal, mengurai artikel bacan, dan mengurai soal cerita. Mind map adalah bentuk visual atau gambar, sehingga mudah untuk dilihat, dibayangkan, ditelusuri, dibagikan kepada orang lain, dipresentasikan dan didiskusikan bersama.

Sependapat dengan hal tersebut, Wycoff (2002: 65-66) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan mind mapping, yaitu:

a. Penulisan. Mind mapping dapat membantu penulis dalam menyususn bahan tulisannya.


(40)

22

b. Manajemen Proyek. Mind mapping adalah cara yang paling baik untuk menguraikan suatu proyek menjadi beberapa bagian, sehingga diperoleh struktur dasar proyek yang dipetakan.

c. Brainstorming. Kegiatan brainstorming sangat cocok menggunakan teknik

mind mapping yang strukturnya mengalir bebas.

d. Rapat. Mind mapping dapat membuat rapat menjadi lebih produktif. e. Daftar Tugas. Metode mind map membuat daftar tugas menjadi lebih baik. f. Presentasi. Metode mind mapping dapat memudahkan dalam mebuat

persiapan pidato/presentasi.

g. Penulisan Catatan. Metode pencatatan menggunakan mind map yang menarik membantu mengelola informasi agar dapat bertahan lebih lama dalam ingatan.

h. Pengembangan Pribadi. Mind mapping memanfaatkan isi pikiran yang paling dalam dan merupakan metode efektif untuk menemukan inner self atau diri terdalam.

Bobbi DePorter (2003: 172) menyebutkan empat manfaat peta pikiran, yaitu: (a) Fleksibel. Jika tiba-tiba teringat untuk menjelaskan sautu hal tentang pikiran, dengan mudah dapat menambahkan dalam peta pikiran; (b) Dapat Memusatkan Perhatian. Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan, karena hanya perlu berkosentrasi pada gagasan-gagasan; (c) Meningkatkan Pemahaman. Peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dalam memberikan catatan tinjuan ulang pada suatu tulisan; (d)


(41)

23

Menyenangkan. Dalam membuat peta pikiran, imajinasi dan kreativitas yang tidak terbatas menjadikan pembuatan serta peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.

Buzan (2007: 25) menyebutkan manfaat Mind map untuk anak-anak yaitu membantu dalam mengingat, berkonsentrasi, memilah informasi dan gagasan, menjadi kreatif, menggunakan imajinasi, mencatat, memahami, mengendalikan, tetap tenang, dan tetap berminat. Secara lebih terperinci, Iwan Sugiarto (2004: 78) menjelaskan beberapa keuntungan menggunakan peta pikiran. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:

a. Tema utama diletakkan di tengah-tengan sehingga cepat dapat dilihat dan dimengerti. Cabang-cabang utamanya dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dimengerti tentang apa peta pikiran tersebut.

b. Kita lebih dapat berkonsentrasi dan mengembangkan pemikiran kita melalui penggunaan kata-kata kunci.

c. Peta pikiran sangat cocok untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajari. Lewat pemikiran dasar yang sudah ada, direkontruksi dan diingat kembali lalu dikaitkan dengan kata-kata kunci yang telah dipergunakan. d. Melalui peta pikiran, kita dapat meringkas beberapa lembar bahan yang

dipelajari menjadi satu halaman saja.

e. Kita lebih mudah mengingat karena di dalam peta pikiran, kita bisa mempergunakan gambar, warna, serta simbol-simbol (dua belah otak kita bekerja bersama-sama)

f. Peta pikiran memberikan kita langkah pertama menuju era persaingan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat mind map bagi anak adalah mencatat pelajaran, meningkatkan konsentrasi, pemahaman, dan daya ingat, serta menumbuhkan kreativitas dan minat belajar. Mind map dapat mengaktifkan kedua belah otak, sehingga siswa tidak akan mudah jenuh ketika


(42)

24

belajar. Metode mind mapping dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas, salah satunya pada pembelajaran IPA.

5. Implementasi Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran

Metode peta pikiran sangat cocok untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep (Saifuddin Zuhri, 2013: 307). Mind Map dapat digunakan untuk membentuk, memvisualisasikan, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun.

Dalam pembelajaran IPA, penguasaan konsep sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Namun, banyaknya materi yang diajarkan membebani siswa dalam menguasai keseluruhannya. Berasarkan penjelasan sebelumnya, diketahui mind map dengan gambar, warna, dan kata kunci dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran, serta mengingat materi tersebut dalam jangka yang lebih lama. Lebih lanjut, apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini sering digunakan dalam pembelajaran IPA, metode mind mapping jauh lebih baik karena melibatkan kedua belah otak untuk berpikir.

Iwan Sugiarto (2004: 76) memaparkan perbedaan mencatat dengan metode konvensional dan mencatat dengan mind map. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(43)

25

Tabel 2. Perbedaan catatan biasa dengan peta pikiran

Catatan Biasa Peta Pikiran

Hanya berupa tulisan-tulisan saja. Berapa tulisan, simbol, dan gambar. Hanya dalam satu warna. Berwarna-warni.

Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama.

Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lebih pendek.

Hanya melatih fungsi otak kiri. Melatih fungsi orak kiri dan otak kanan.

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama.

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif.

Statis. Membuat kita menjadi lebih kreatif.

Implementasi penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Contoh Implementasi Metode Mind Map dalam Pembelajaran IPA Dari uraian penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Mind Mapping merupakan salah satu metode mencatat yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Selain itu, Mind Mapping juga merupakan metode mencatat yang kreatif dan menyenangkan, sehingga dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran.


(44)

26 C. Minat Belajar

1. Pengertian Minat

Jersild dan Tasch (Wayan Nurkanca, 1983: 229) menekankan bahwa minat atau interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Doyles Fryer menyatakan minat atau interest merupakan gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu (Wayan Nurkanca, 1983: 229).

Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada suatu paksaan. Muhibbin Syah (2010: 133) menyatakan minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Winkel (2004: 212) mengartikan minat sebagai suatu kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu sehingga akan merasa senang ketika mempelajari materi tersebut.

Crow and Crow (Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong sesorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat diekspresikan melaui pernyataan atau aktivitas yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan (Slameto, 2003; 57). Apabila pembelajaran yang berlangsung menarik, maka siswa akan memperhatikan terus-menerus dan disertai dengan


(45)

27

perasaan senang. Sehingga materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran akan tersimpan lebih lama di dalam ingatan siswa.

Menurut Dalyono (2009: 189) minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dari dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong manusia untuk menyelidiki dunia luar, yang lama kelamaan menimbulkan minat terhadap sesuatu. Minat seseorang mendorong untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Winkel (2004: 212) mengartikan minat sebagai kecenderungan individu yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Minat dan perasaan senang memiliki hubungan timbal balik, siswa yang tidak merasa senang dalam suatu pelajaran juga memiliki minat yang rendah pada pelajaran tersebut.

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan datang dari dalam diri. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 2009: 56-57).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa minat merupakan kecenderungan seseorang terhadap suatu hal. Minat memiliki


(46)

28

pengaruh yang besar dalam belajar, karena semakin tinggi minat siswa dalam belajar, maka semakin memudahkan siswa untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Minat yang dimiliki oleh siswa tentu dipengaruhi faktor yang bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut tentu mempengaruhi perkembangan minat siswa. Oleh karena itu, seorang guru sebaiknya memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa.

2. Faktor-Faktor Minat

Minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat berkembang karena pengaruh guru, teman sekelas, atau keluarga (Sri Rumini, 1998: 158). hal tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dari luar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hurlock (1978: 139) menyebutkan beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi minat siswa, yaitu:

a. Pengalaman dini sekolah. Anak yang secara fisik dan mental siap untuk bersekolah memiliki sikap yang lebih positif.

b. Pengaruh orang tua. Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap pentingnya pendidikan, belajar, ketertarikan pada mata pelajaran, dan guru. c. Sikap saudara kandung. Sama halnya dengan orang tua, saudara kandung

yang lebih tua memiliki pengaruh terhadap sikap anak.

d. Sikap teman sebaya. Minat dan sikap terhadap sekolah sangat diarahkan oleh teman sebaya.

e. Permainan oleh kelompok teman sebaya. Kegiatan yang dilalui siswa di sekolah dilakukan bersama dengan teman sebayanya.


(47)

29

f. Keberhasilan akademik. Keberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya sangat berpengaruh pada keberhasilan akademik siswa.

g. Sikap terhadap pelajaran.

h. Hubungan guru dan murid. Banyak sedikitnya minat siswa terhadap sekolah dipengaruhi hubungan dengan guru.

i. Suasana emosional sekolah. Suasana emosional sekolah dipengaruhi oleh guru dan peraturan yang digunakan.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri maupun luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut sangat penting bagi perkembangan minat anak. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat juga aspek-aspek minat yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan minat belajar anak.

3. Ciri-Ciri Minat Belajar

Slameto (2003: 58) mengemukakan bahwa siswa yang berminat dalam belajar memiliki cir-ciri, yaitu:

a. Mempunya kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminati.

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lain. e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.


(48)

30

Mengacu pada pendapat di atas, secara garis besar siswa yang memiliki minat belajar akan mengikuti kagiatan pembelajaran dengan perasaan senang (antusias), rasa ingin tahu, dan berpartisipasi aktif (tekun).

a. Rasa senang (Antusias)

Winkel (2004: 212) menjelaskan bahwa minat sebagai suatu kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu sehingga akan merasa senang ketika mempelajari materi tersebut. Sedangkan menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada suatu paksaan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri siswa yang memiliki minat belajar akan merasa senang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran yang diminati.

b. Rasa Ingin Tahu

Hurlock (1978: 117) mengemukakan salah satu ciri siswa yang berminat adalah terus menerus bertanya mengenai sesuatu. Usman Samatowa (2206: 140) menyatakan bahwa siswa yang memiliki minat sikap ingin tahu akan sering menunjukkan pertanyaan dan mengamati benda-benda di sekitarnya.

Dari penyataan di atas dapat diketahui ciri-ciri siswa yang memiliki minat akan menunjukkan rasa ingin tahu dan aktif bertanya.


(49)

31 c. Berpartisipasi Aktif (Tekun)

Siswa sekolah dasar pada umumnya senang bermain, tak terkecuali ketika mengikuti pelajaran. Tidak mudah membuat siswa memperhatikan dan duduk tenang dalam mengikuti pelajaran. Minat seseorang mendorong untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Slameto (2003: 58) menyatakan bahwa, minat yang dimiliki siswa akan dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari ciri-ciri minat belajar di atas, dapat dibuat indikator minat belajar siswa. Dalam penelitian ini, indikator minat belajar yang digunakan adalah: a. Antusias dalam mengikuti pembelajaran.

b. Menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya. c. Menunjukkan perhatian pada benda atau aktivitas. d. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

e. Tekun.

Indikator-indikator tersebut yang akan digunakan untuk mengukur minat belajar siswa. Indikator-indikator tersebut kemudian akan dikaitkan dengan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA, untuk melihat minat belajar yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan mengikuti proses pembelajaran dengan senang hati, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut tentu berdampak positif terhadap hasil belajar yang akan dicapai siswa. Semakin baik


(50)

32

penguasaan materi pelajaran, semakin tinggi pula kemungkinan mendapat hasil belajar yang baik.

D. Hasil Belajar

1. Hakikat Hasil Belajar

Setelah mengalami proses belajar, seseorang akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut berupa perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Oemar Hamalik, 2004; 30). Hasil belajar akan tampak pada perubahan setiap aspek tersebut.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pemgajaran merupakan hasil yang dapat diukur, seperti angka dalam rapor, ijazah, atau kemampuan yang meningkat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Dimiyati dan Mujiono, 2002: 3-5).

Sedangkan Muhibbin Syah (2006: 141) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah


(51)

33

ditetapkan dalam sepuah program pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu keberhasilan pada suatu tugas belajar, yang memberi informasi seberapa jauh siswa telah berhasil melakukan tugas di sekolah.

Menurut Patta Bundu (2006: 17) Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar menurut Benjamin Bloom dalam Martinis Yamin (2008: 33-46) dibagi menjadi tiga yaitu, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu aspek mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu aspek penerimaan, menanggapi, menghargai, mengorganisasikan, dan menghayati.

c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan keampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu aspek gerakan seluruh badan, keterampilan gerakan yang terkoordinasi, kemampuan gerakan non verbal, dan kebolehan dalam berbicara.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif lebih dominan daripada ranah afektif dan psikomotor. Ranah kognitif lebih banyak dinilai oleh guru karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.


(52)

34

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui suatu proses belajar dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa factor yang berasal dari dalam diri maupun luar diri siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruh hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut menurut Dalyono (2009: 55-60) adalah:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa. Adapaun yang termasuk faktor internal adalah:

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan belajar.

2) Intelegensi dan Bakat

Seseorang yang memiliki intelegensi (IQ) yang tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Ditambah dengan bakat yang dimiliki akan lebih mudah dalam mencapai hasil belajar yang baik. 3) Minat dan Motivasi

Minat merupakan faktor yang muncul dari dalam diri siswa, yang berupa ketertarikan pada suatu hal. Minat belajar yang tinggi


(53)

35

cenderung menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Motivasi adalah bentuk perwujudan dari motif atau dorongan yang muncul dari dalam diri siswa.

4) Cara Belajar

Belajar dengan memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang lebih memuaskan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasala dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam membentuk berbagai karakter siswa, sehingga keluarga merupakan pusat pendidikan.

2) Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kondisi lingkungan sekolah, hubungan siswa dengan guru, cara mengajar, maupun pendekan yang digunakan oleh guru.


(54)

36 3) Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengarhi keberhasilan belajar siswa. Sebab dalam kehidupan sehari-hari siswa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Keadaan lingkungan bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, serta iklim.

Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kondisi selama proses pembelajaran berlangsung. Pendekatan, metode, dan media yang digunakan oleh guru tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa bergantung pada metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode yang dipilih oleh guru berpengaruh pada kelancaran pembelajaran dan ketercapaian hasil belajar yang memuaskan.

Dari uraian diatas dapat dilihat agar hasil belajar yang dicapai siswa memuaskan maka guru hendaknya memperhatikan segala faktor yang mempengaruhinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalah dengan menggunakan metode yang menyennagkan dan menarik perhatian siswa.

3. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikatnya, yaitu sebagai produk dan proses. Sebagai produk, hasil belajar IPA berupa pemahaman


(55)

37

terhadap fakta, konsep, prinsip, dan hukum sains. Sedangkan sebagai proses, hasil belajar IPA berupa sikap, nilai, dan keterampilan ilmiah. Seperti halnya Sumaji (Patta Bundu, 2006: 18) menyatakan bahwa hasil belajar dipandang dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan non kognitif. Aspek kognitif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya. Sedangkan aspek non kognitif merupakan sikap dan emosi (afektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotor).

Patta Bundu (2006: 19) mengemukakan bahwa hasil belajar sains SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran Sains. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu tes yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran. Hal ini sesuai dengan dimensi hasil belajar yang terdiri dari dimensi tipe isi (produk), dimensi tipe kinerja (proses), dan dimensi tipe sikap (sikap ilmiah).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA di sekolah dasar adalah pencapain siswa dalam menguasai materi pelajaran IPA sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar.

E. Devinisi Operasional Variabel 1. Metode Mind Mapping

Mind mapping adalah suatu cara mencatat kreatif dan menyenangkan, selain menarik bagi siswa, metode mind mapping juga sangat bermanfaat dalam mengorganisasikan materi, berpikir analisis, mengingat informasi,


(56)

38

meningkatkan konsentrasi dan pemahaman, serta menumbuhkan kreativitas dan minat. Langkah-langkah untuk membuat mind map adalah dengan: mencatat poin-poin penting, menentukan hubungan antar gagasan, kemudian menyusun gagasan-gagasan tersebut ke dalam satu lembar kertas yang dibuat dalam bentuk jaring-jaring yang saling berhubungan.

2. Minat Belajar

Minat belajar adalah rasa suka atau ketertarikan yang sangat tinggi dari diri siswa terhadap pelajaran sehingga menimbulkain keinginan yang kuat dalam menguasai pelajaran tersebut. Siswa yang memiliki minat tinggi dalam mengikuti pembelajaran IPA ditandai dengan: Antusias dalam mengikuti pembelajaran, menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya, menunjukkan perhatian pada benda atau aktivitas, berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan, serta tekun dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.

3. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelelitian ini adalah hasil belajar IPA ranah kognitif yang meliputi aspek mengingat (C1), mengerti (C2), memakai (C3), menganalisis (C4), menilai (C5), dan mencipta (C6) yang diukur dengan tes berupa pilihan ganda dan uraian, yang diberikan tiap akhir siklus.

F. Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian dari Hidayatul Muslimah yang menyatakan terjadi peningkatan minat belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan melalui model belajar aktif.


(57)

39

Jika dilihat dari hasil observasi minat belajar siswa mengalami peningkatan dari 60,25% menjadi 81,25%, sedangkan dari hasil angket minat belajar IPA siswa naik dari 81,25% menjadi 87,50%.

2. Hasil penelitian dari Isna Nurfiyanti yang menujukkan bahwa penerapan metode peta pikiran dapat memingkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Patalan Bantul. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,67 menjadi 76,22, dan jumlah siswa yang lulus KKM meningkat dari 44,44% menjadi 83,33%.

G. Kerangka Pikir

IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai alam dan gejala-gejalanya secara rasional dan objektif. Pengetahuan dalam pembelajaran IPA berupa fakta, konsep, dan teori yang harus dipahami oleh siswa. Dalam pembelajaran, konsep-konsep dalam IPA harus dipahami oleh siswa, tidak sekedar hafalan. Agar siswa dapat memahami IPA, siswa harus memperhatikan dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh. Siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh apabila siswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar. Hal tersebut sejalan dengan Winkel (2004: 212) yang menyatakan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan siswa untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu.

Minat memiliki pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran, karena semakin tinggi minat siswa pada suatu pembelajaran, maka semakin giat siswa


(58)

40

mempelajari materi tersebut. Salah satu cara membuat proses pembelajaran yang menarik minat siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode mind mapping merupakan metode mencatat yang kreatif dan menyenangkan, sehingga memungkinkan untuk membangkitkan minat belajar siswa. Selain itu, metode mind mapping juga dapat membantu siswa dalam menerima, memahami, dan mengingat materi pelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan Buzan (2007: 25) yang menyatakan bahwa metode mind mapping untuk anak-anak dapat membantu dalam mengingat, berkonsentrasi, menjadi kreatif, memahami, dan tetap berminat. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari Isna Nurfiyanti yang menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Minat dan hasil belajar IPA rendah

Guru

menggunakan metode mind mapping pada pelajaran IPA

Minat dan hasil belajar IPA meningkat


(59)

41 H. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesa yang dapat diajukan dapat penelitian ini adalah “Penggunaan metode Mind Mapping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VSD N Balangan 1”.


(60)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA.

Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi antara praktisi (guru, kepala, sekolah, siswa, dll) dengan peneliti (dosen, mahasiswa) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (Suharsimi Arikunto, 2007: 63). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif. Artinya pihak yang melakukan tindakan adalah guru, sedangkan yang melakukan pengamatan adalah peneliti. Sehingga dalam penelitian ini tidak dilakukan sendiri oleh peneliti, melainkan berkerja sama dengan guru kelas.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 97) yang terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap tersebut diulang membentuk siklus, hingga mencapai target penelitian yang


(61)

43

diinginkan. Model siklus penelitian menurut Kemmis dan Taggart digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Siklus PTK model Kemmis & McTaggart (Hamzah B. Uno, dkk,2011: 87)

Secara terperinci, penjelasan tahap-tahap mengenai desain penelitian yang digunakan sebagai berikut.

1. Rencana Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menentukan fokus penelitian bersama dengan kolaborator. Peneliti menyusun RPP dengan menggunakan metode mind mapping. Pada tahap ini peneliti juga mneyusun instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi, angket minat, dan soal tes.

Siklus I


(62)

44 2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Dalam tahap ini diaksanakan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya, serta dilakukan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah terpilih menggunakan metode mind mapping. Guru sebagai pelaksana tindakan harus bertindak sesuai aturan yang telah ditetapkan dalam rencana tindakan.

Observasi tindakan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi tersebut berisi daftar daftar pernyataan yang harus diamati selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Refleksi

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Setelah semua tindakan dilakukan guru dan peneliti akan membahas dan menganalisis kemudian dilakukan refleksi. Refleksi berupa diskusi yang dilakukan bersama guru kelas yang bersangkutan. Setelah melakukan evaluasi terhadap siklus yang telah dilaksanakan, guru dan peneliti dapat melihat hasil penelitian tindakan. Apabila hasil penelitian belum sesuai dengan harapan, maka dapat dilakukan perbaikan rencana tindakan pada siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi siklus sebelumnya. Untuk memperbaiki tindakan pada siklus selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap catatan hasil observasi.


(63)

45 C. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD N Balangan 1 yang berlokasi di dusun Balangan, Sendangrejo, Minggir, Sleman. SD N Balangan 1 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 perpustakaan, 1 ruang komputer, dan kamar mandi.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Balangan 1 yang berjumlah 32 orang anak. Penelitian ini bertuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N Balangan 1 dengan menggunakan metode mind mapping dalam proses pembelajarannya. D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan merupakan sususan perencanaan yang harus ditempuh dalam penelitian. Langkah-langkah tersebut terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian in direncanakan secara bersiklus, yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Melakukan identifikasi masalah, kemudian mengembangkan solusi melalui obeservasi dan wawancara terhadap guru kelas Vsebagai kolaborator.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA menggunakan metode mind mapping, alat peraga yang dibutuhkan, serta lembar kerja siswa (LKS).


(64)

46

3) Mempersiapakan instrumen yang diperlukan selama penelitian berupa pedoman observasi, angket minat, dan soal tes.

4) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan dan memastikan guru/praktisi memahami tindakan yang akan dilakukan.

5) Menyamakan persepsi dengan observer tentang pokok-pokok yang harus diamati selama tindakan.

6) Melakukan tes pra tindakan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan langkah-langkah yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang disusun bersama guru.

2) Mengkondisikan kelas agar nyaman untuk belajar.

3) Siswa diajak melakukan diskusi, pengamatan sesuai dengan materi. 4) Siswa diminta membuat catatan berbentuk peta pikiran.

5) Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai kesulitan dan kemudahan yang dialami selama pembelajaran.

6) Melaksanakan tes materi pembelajaran di akhir siklus. c. Observasi

1) Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah pembelajaran sesuai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Mencatat setiap kegiatan yang terjadi selama tindakan dalam lembar catatan lapangan.


(65)

47

3) Melakukan pengamatan tindakan bersama observer menggunakan pedoman observasi.

4) Memonitoring dampak penerapan peta pikiran dalam pembelajaran IPA terhadapa minat belajar siswa.

d. Refleksi

1) Hasil observasi dan catatan lapangan dikaji kembali bersama guru. 2) Melakukan diskusi dengan guru kelas serta menganalisis kekurangan

dan keberhasilan tindakan. 3) Menganalisis hasil tes siswa.

4) Hasil refleksi dijadikan bahan acuan untuk rencana tindakan selanjutnya.

5) Guru memberikan masukan dan bersama dengan peneliti memperbaiaki langkah-langkah yang akan dilaksakan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Apabila hasil dari siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka akan dilanjutkan dengan siklus II. Rencana tindakan siklus II akan disusun sesudah siklus 1 terlaksana, karena pada siklus ini tindakan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh keterangan secara lengkap. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah Observasi, angket, dan tes.


(66)

48 1. Observasi

Sugiyono (2011: 203) menyatakan observasi merupakan teknik pengumpulan data yang spesifik karena tidak terbatas pada orang tetapi juga pada objek alam lainnya. Observasi yang bernilai apabilak dlaksanakan dengan penuh minat, teliti, bersifat objektif, tepat, dan lengkap. Suharsimi Arikunto (2006: 229) mengemukakan dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sesuai instrumen.

Observasi dibagi menjadi dua komponen yang meliputi observasi sistematis dan observasi non sistematis. Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan menggunakan pedoman pengamatan selama proses penelitian berlangsung. Sedangkan observasi non sistematis adalah observasi yang dilakukan dengan spontan, tanpa menggunakan pedoman pengamatan.

Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi dilaksanakan langsung di kelas VSD N Balangan 1. Peneliti mengamati atau mengobservasi segala aktivitas yang terjadi selama proses tindakan berlangsung. Dalam penelitian ini yang diamati adalah keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, dan aktivitass siswa selama mengikuti pelajaran.

2. Skala

Sukmadinata (2010:225) menyatakan bahwa, skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur dan diperoleh hasil dalam bentuk angka. Skala tidak memiliki jawaban benar-salah, tetapi respon dalam satu


(67)

49

rentang yag menunjukkan posisi responden. Skala dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

3. Tes

Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lainnya yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Adapun jenis tes dalam penelitian ini adalah tes kemampuan kognitif berupa soal objektif pilihan ganda dan uraian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Instrumen penelitian merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam bentuk benda, seperti instrumen untuk tes adalah soal tes, instrumen untuk observasi adalah pedoman observasi, dan instrumen untuk angket adalah lembar angket.

1. Pedoman Observasi

Dalam penelitian ini pedoman observasi digunakan untuk mencatat dan mengamati aktivitas guru maupun siswa pada saat proses pembeljaran berlangsung. Pedoman observsasi ini terdiri atas pedoman observasi minat


(68)

50

belajar IPA dan pedoman observasi penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA.

Adapun pedoman observasi minat belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Minat Belajar IPA.

Indikator Sub Indikator No.

Item Jumlah

Antusias Menunjukkan rasa senang. 1 1

Melakukan perintah dari guru. 2 1 Datang lebih awal/tidak terlambat. 3 1 Rasa Ingin Tahu Bertanya mengenai hal yang belum

diketahui tentang IPA. 4

1 Mencari tahu tentang IPA melalui buku

bacaan. 5

1 Perhatian Meperhatikan penjelasan guru/ teman. 6 1

Tidak bermain/berbicara sendiri saat

pelajaran. 7

1 Berpartisipasi Aktif Menyampaikan ide/ hasil diskusi. 8 1

Mengikuti setiap kegiatan

pembelajaran. 9

1 Tekun Mempersiapkan alat dan bahan untuk

belajar IPA. 10

1 Mengerjakan tugas dengan

sungguh-sunguh. 11

1


(69)

51

Pedoman observasi penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Pembelajaran Mind Mapping.

Aspek yang diamati Nomor butir Jumlah Guru membuka dan menutup

pelajaran

a, b, l, k, dan m

5 Guru menyampaikan materi pelajaran c, d, dan e 3 Guru membimbing siswa

dalam menentukan hubungan antar gagasan.

f 1

Guru membimbing siswa dalam melakukan brainstorming.

g 1

Guru membimbing siswa

dalam menentukan aspek yang akan di buat mid map.

h 1

Guru membimbing siswa dalam membuat mind map.

i (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7)

7

Jumlah 18

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Metode Mind Map.

Langkah-Langkah Metode Mind Mapping No.Item Mulai membuat mind map dari bagian tengah kertas kosong yang

diletakkan secara mendatar.

1 Gunakan gambar atau foto untuk ide utama. 2

Gunakan warna dalam membuat mind map. 3

Membuat garis hubung yang melengkung. 4

Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. 5 Gunakan gambar, karena setiap gambar dapat mewakili kalimat. 6 Memanbahkan cabang yang lebih kecil untuk detailnya. 7


(70)

52 2. Skala Minat

Skala digunakan untuk mengetahui perkembangan minat belajar siswa setelah megikuti proses pembelajaran menggunakan metode mind mapping. Skala yang digunakan bersifat tertutup, dengan jawaban yang telah disediakan berupa skala sikap.

Adapun kisi-kisi skala minat belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 6. Kisi-kisi skala minat belajar IPA siswa

Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah

Antusias Menunjukkan rasa senang. 1 1

Melakukan perintah dari guru. 3, 4, dan 5

2 Datang lebih awal/tidak terlambat. 2 1 Rasa Ingin Tahu Bertanya mengenai hal yang belum

diketahui tentang IPA.

6, 7, dan 8

3 Mencari tahu tentang IPA melalui buku

bacaan. 9 dan 10

2 Perhatian Meperhatikan penjelasan guru/ teman. 11 dan

12

2 Tidak bermain/berbicara sendiri saat

pelajaran.

13 dan 14

2 Berpartisipasi Aktif Menyampaikan ide/ hasil diskusi. 15, 16,

17, dan 18

4

Mengikuti setiap kegiatan pembelajaran.

19 dan 20

2 Tekun Mempersiapkan alat dan bahan untuk

belajar IPA.

21, 22 dan 23

3 Mengerjakan tugas dengan

sungguh-sunguh.

24 dan 25

2


(1)

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kesbang Sleman

3. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari BAPPEDA

4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


(2)

Lampiran D.1.


(3)

Lampiran D.2.


(4)

Lampiran D.3.


(5)

Lampiran D.4.


(6)

Lampiran D.5.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IVB SD NEGERI 10 METRO TIMUR

17 168 90

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn POKOK BAHASAN SISTEM PEMERINTAHAN Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Pokok Bahasan Sistem Pemerintahan Kelas IV Semester 2 SD Negeri 2 Bugisan Tahun Pelaja

0 1 14

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn POKOK BAHASAN SISTEM PEMERINTAHAN Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Pokok Bahasan Sistem Pemerintahan Kelas IV Semester 2 SD Negeri 2 Bugisan Tahun Pelaja

0 1 12

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE MIND MAPPING DI KELAS V SD NEGERI 026606 BINJAI BARAT T.A 2012/2013.

0 1 18

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING PADA PEMBELAJARAN MENGARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Model Mind Mapping Pada Pembelajaran Mengarang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IPP SD Negeri 02 Jenawi Karanganyar Tahu

0 1 14

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING PADA PEMBELAJARAN MENGARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Model Mind Mapping Pada Pembelajaran Mengarang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IPP SD Negeri 02 Jenawi Karanganyar Tahu

0 1 11

PENERAPAN METODE MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI PENGASIH KULON PROGO.

1 11 204

PENINGKATAN KONSENTRASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING SISWA KELAS V SD NEGERI JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL.

0 0 197

PENGARUH PENERAPAN METODE MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SD KELAS 3

0 0 14

Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir

0 0 12