baru, menangkap dan mematangkan ide, mendayagunakan bahasa secara optimal, dan mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra
yang berwarna baru Nurgiyantoro, 2009:26.
b. Proses Kreatif Menulis
Proses kreatif menulis seorang pengarang akan menentukan hasil karya yang berbeda dengan pengarang yang lainnya. Di bawah ini ada lima tahap proses
kreatif menulis menurut Sumardjo 2007:75-78. Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seseorang penulis telah
menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya, apa yang akan ditulis adalah munculnya gagsan, isi tulisan. Sedang bagaimana ia akan
menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Gagasan itu akan ditulis dalam bentuk artikel atau esai, atau dalam bentuk cerpen, atau dalam bentuk
lainnya. Dengan demikian, yang pertama muncul adalah sang penulis telah mengetahui apa yang akan ditulisnya dan bagaimana menuliskannya Sumardjo,
2007:75. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan telah muncul tadi
disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa pengendapan ini biasanya konsentrasi
penulis hanya pada gagasan itu saja. Dia akan selalu memikirkan dan mematangkan gagasannya Sumardjo, 2007:75.
Ketiga, saat inspirasi. Inilah saat kapan bagi gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin keluar, ingin melahirkan. Inilah saat “Eureka”
yaitu saat tiba-tiba seluruh gagasan menemukan bentuknya yang amat ideal. Ada desakan yang kuat untuk segara menulis dan tidak bisa ditunggu-tunggu lagi.
Kalau saat inspirasi ini dibiarkan lewat, biasanya bayi gagasan ini akan mati sebelum lahir. Gairah menulisnya lama-lama akan mati Sumardjo, 2007:77.
Keempat, tahap penulisan. Kalau tahap inspirasi tidak muncul maka segeralah lari ke mesin tuliskomputer atau ambil bolpoin dan segera menulis.
Keluarkan hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan yang baik atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam bentuk tulisan yang
direncanakannya. Jangan pikirkan mengontrol diri dulu. Jangan menilai mutu tulisan dulu. Rasio belum boleh bekerja dulu. Hasilnya masih suatu karya kasar,
masih sebuah draft belaka Sumardjo, 2007:78. Kelima, adalah tahap revisi. Setelah “melahirkan” bayi gagasan di dunia
nyata ini berupa tulisan, maka istirahatkanlah jiwa dan badan biarkan tulisan masuk laci. Kalau saat dramatis melahirkan telah usai dan otot-otot tidak kaku
lagi, maka bukalah laci dan bacalah kembali hasil tulisan kasar dulu itu. Periksalah dan nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang anda miliki.
Buang bagian yang dinalar tidak perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan. Pindahkan bagian atas ke tengah atas ke bawah. Potong, tambal dan
jahit kembali berdasarkan rasio, nalar, pola bentuk yang telah diapresiasikan dengan baik. Ia harus mengulangi menulisnya kembali. Inilah bentuk tulisan
terakhir yang dirasa telah mendekati bentuk ideal dari penulisan Sumardjo, 2007:78.