Unsur-unsur Cerpen Teks Cerita Pendek
b Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita. Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa
tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga memberikan gambaran yang jelas
kepada pembaca Nurgiyantoro, 2009:166. Tokoh cerita menempati posisi sebagai pembawa pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan kepada pembaca.
c Latar
Elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita di mana dan kapan kejadian- kejadian dalam cerita berlangsung disebut setting “latar” Sayuti, 2000:126.
Secara garis besar, deskripsi latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
2 Sarana Cerita
Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana dalam cerita meliputi judul, sudut
pandang, dan gaya dan nada.
a Judul
Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi Sayuti, 2000:147. Judul merupakam elemen yang paling mudah dikenali oleh pembaca. Judul suatu karya
berkaitan errat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari dalam. Dalam kaitan ini mungkin sekali judul mengacu pada tokoh, mengacu pada simbol cerita,
mengacu pada akhir cerita, dan sebagainya.
b Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya
Nurgiyantoro, 2009:248. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan.
Kesemuanya itu di dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh.
c Gaya dan Nada
Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang Sayuti, 2000:173. Gaya pengarang yang satu dengan yang lainnya
pasti akan berbeda karena masing-masing pengarang selalu menyajikan hal-hal yang berkaitan erat dengan pribadinya dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang
ada di sekitarnya. Unsur yang membangun gaya seorang pengarang meliputi diksi, imajeri, dan sintaksis.
Nada merupakan sikap pengarang terhadap suatu masalah yang dikemukakan dan kepada pembaca. Dalam sebuah karya fiksi, nada merupakan
ekspresi sikap pengarang. Nada berkaitan dengan intonasi, lagu dan tekanan kalimat, meski dalam bahasa tulis sekalipun. Orang yang membaca karya fiksi
akan memberikan intonasi secara berbeda terhadap kalimat-kalimat yang terdapat dalam karya fiksi dengan ekspresi yang berbeda pula.
3 Tema
Nurgiyantoro 2009:20 menyatakan bahwa “tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gasasan dasar, sebuah karya sastra”. Tema merupakan
gagasan dasar umum cerita, dan cerita disusun dan dikembangkan berdasarkan tema. Gagasan dasar telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang untuk
mengembangkan cerita. Pengembangan cerita biasanya tidak sejalan dengan kerangka pikiran semula, karena ide cerita biasanya akan muncul dan
berkembang.