commit to user 67
H. Kerangka Pemikiran
Setiap individu akan mengalami masa remaja dalam tahapan perkembangan kehidupannya. Kehidupan remaja tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan tempat tinggalnya, terutama keluarga. Peran keluarga dalam hal ini penting dalam membentuk konsep diri serta kepercayaan diri yang berkembang
dalam diri remaja. Dapat dipahami bahwa tidak semua remaja dapat tinggal bersama keluarganya, terutama orang tuanya. Berbagai sebab terjadi dalam
kehidupan masyarakat yang terpaksa membuat anak terpisah dengan orang tuanya, yakni banyak orang tua yang merantau mencari nafkah sehingga anak
harus tinggal dengan neneknya, ada juga orang tua yang bercerai sehingga anak ikut saudara atau neneknya, bahkan ada juga disamping sebab keduanya, orang
tua sudah tidak ada sehingga anak harus tinggal di panti asuhan. Panti asuhan merupakan suatu lembaga kesejahteraan sosial sebagai
pengganti fungsi keluarga yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial kepada anak asuhannya serta memberikan bekal dasar
yang dibutuhkan anak asuh dalam perkembangannya, sehingga anak-anak panti asuhan dapat memperoleh kesempatan yang luas dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sama halnya seperti anak-anak yang diasuh oleh orang tuanya. Berkembang didalam lingkungan panti asuhan tentunya memiliki
perbedaan dibandingkan dengan berkembang dalam lingkungan keluarga, karena dalam panti asuhan pengasuhan dilakukan oleh beberapa orang pengasuh kepada
anak asuh dengan jumlah yang besar mencapai 30 anak, sedangkan didalam keluarga atau dirumah pengasuhan kepada anak dengan jumlah yang relatif kecil
commit to user 68
1-5 anak dan diasuh oleh orang tua sendiri. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan panti asuhan mengalami masa perkembangan dan melalui hidupnya
dalam lingkungan yang terbatas, maka masa remaja pun juga dilalui didalam panti asuhan yang suasananya berbeda dengan rumah sendiri. Remaja panti asuhan juga
dihadapkan pada peraturan dan tata tertib didalam panti yang harus dipatuhi sehingga seringkali membuat remaja merasa kurang bebas dan terbatasi sehingga
potensi dalam diri remaja kurang berkembang dengan baik. Disamping itu, seringkali remaja menemui kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan
ketat di dalam panti asuhan sehingga tidak jarang remaja dilanda rasa bosan dan merasa tertekan.
Permasalahan yang bergejolak didalam diri remaja yang tinggal di panti asuhan juga tidak lepas dari masalah dalam tercapainya konsep diri yang positif
serta kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja yang tinggal di panti asuhan. Remaja panti asuhan cenderung memiliki penilaian yang negatif terhadap keadaan
dirinya yang hanya anak panti asuhan dan memiliki pikiran “saya hanya anak panti asuhan” di dalam dirinya. Pemikiran seperti ini dipengaruhi oleh situasi di
dalam panti asuhan yang mengharuskan remaja untuk mengikuti semua aturan- aturan yang dibuat di dalam panti asuhan, sehingga remaja merasa dirinya tidak
memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik. Konsep diri positif itu sendiri akan mendorong remaja panti asuhan untuk
bersikap optimis dalam menghadapi segala tantangan yang ada dihadapannya, terutama dalam menjalin interaksi dengan orang lain baik didalam lingkungan
panti asuhan maupun diluar panti asuhan seperti di sekolah bahkan hingga
commit to user 69
interaksi dengan masyarakat luas. Sama halnya dengan kepercayaan diri yang dimiliki dalam diri remaja panti asuhan, karena kepercayaan diri akan membuat
remaja panti asuhan merasa tentram dengan dirinya sendiri, teman sesama penghuni panti asuhan dan juga teman di sekolah, serta masyarakat. Konsep diri
yang dimiliki turut mendukung perasaan tentram remaja panti asuhan dalam menghadapi lingkungan sekitarnya sehingga mampu berperilaku baik dan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku yang sesuai membuat remaja panti asuhan akan dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain
selanjutnya akan mengarah terjadinya suatu interaksi. Hal tersebut akan membuat remaja panti asuhan dapat menjalin interaksi yang baik berawal dari interaksi
antara sesama penghuni panti asuhan, antara teman-teman di sekolah, interaksi dengan guru di sekolah hingga interaksi dengan masyarakat luas.
Uraian diatas dapat digambarkan melalui kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Konsep Diri Remaja
Kepercayaan Diri Remaja
Interaksi sosial
commit to user 70
I. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Ada hubungan positif antara konsep diri dan kepercayaan diri dengan
interaksi sosial remaja panti asuhan. 2.
Ada hubungan positif antara konsep diri dengan interaksi sosial remaja panti asuhan.
3. Ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan interaksi sosial
remaja panti asuhan.
commit to user
71
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai pengertian yang menggambarkan adanya variasi. Variabel dapat disebut sebagai suatu konstruk
yang bervariasi atau yang dapat memiliki berbagai nilai tertentu. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel tergantung : Interaksi sosial 2. Variabel bebas
: a. Konsep diri b. Kepercayaan diri
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan dan dapat diamati atau dapat diobservasi. Konsep dapat
diamati atau diobservasi penting, karena hal yang dapat diamati tersebut membuka kemungkinan bagi seseorang untuk melakukan penelitian, sehingga dapat
diperoleh suatu hasil yang menggambarkan kebenaran yang faktual berdasarkan temuan-temuan di lapangan.
1. Interaksi sosial Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
lain yang keduanya saling mempengaruhi. Interaksi dapat juga berarti satu pertalian sosial antara individu satu dengan yang lain sehingga individu yang
bersangkutan saling mempengaruhi satu dan yang lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan seseorang, karena tanpa interaksi sosial