commit to user 56
h. Individu selalu memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu untuk lebih baik dari orang lain.
Bimo dalam Tina dan Sri, 1998 menjelaskan upaya untuk membantu individu yang memiliki kepercayaan diri yang kurang baik adalah dengan
menanamkan sifat percaya diri. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memberikan suasana atau kondisi yang demokratis, yakni dengan cara individu
dilatih untuk berpikir secara mandiri dan ditempatkan pada kondisi yang aman sehingga individu tidak merasa takut untuk membuat kesalahan. Kondisi
demokrasi tersebut membuat individu melakukan evaluasi terhadap dirinya dan belajar dari pengalaman.
6. Perkembangan Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan individu, akan tetapi perkembangan
kepercayaan diri tersebut dapat mengalami peningkatan atau bahkan mengalami penurunan. Mastuti dan Aswi 2008 menjelaskan bahwa perkembangan
kepercayaan diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: a. Pola asuh
Kepercayaan diri tidak diperoleh individu secara spontan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak individu berusia dini dalam
kehidupan bersama orangtua. Telah disebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu, namun faktor pola asuh dan
interaksi pada usia dini merupakan faktor dasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap yang dimunculkan orangtua akan diterima oleh anak
commit to user 57
sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan sikap perhatian yang tulus dengan anaknya akan membangkitkan rasa
percara diri pada anak, sehingga anak akan merasa bahwa dirinya berharga di mata orangtuanya, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa anak
seringkali melakukan kesalahan. Sikap perhatian orangtua terhadap anak akan membuat anak merasa bahwa dirinya dihargai dan dikasihi. Anak
dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi yang dicapainya atau perbuatan baik yang dilakukannya, namun karena eksistensinya, maka
anak tersebut di masa mendatang akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik
terhadap dirinya. Hal yang sama dilakukan oleh orangtua yakni meletakkan harapan realistik terhadap diri anak mereka.
Perbedaan akan terlihat dari orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak mereka dengan sikap orangtua yang suka mengkritik
dan sering memarahi anak, namun bila anak berbuat baik tidak pernah memberikan pujian, serta tidak pernah merasa puas dengan hasil yang
dicapai oleh anak. Orangtua juga seringkali menunjukkan sikap ketidakpercayaan pada kemampuan dan kemandirian anak mereka dengan
bersikap overprotective pada anak yang semakin membuat anak takut untuk menjadi mandiri. Tindakan overprotective tersebut akan
menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak, dalam hal ini anak tidak memiliki kesempatan belajar untuk mengatasi masalah dan
tantangan dengan dirinya sendiri, karena semua yang dibutuhkan telah
commit to user 58
disediakan dan dibantu oleh orangtua. Anak selanjutnya akan merasa bahwa dirinya lemah, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan
membahagiakan orangtua, sehingga anak akan merasa rendah diri, baik di mata saudara kandungnya yang lain ataupun di hadapan teman-temannya.
b. Pola Pikir Negatif Individu hidup dalam lingkungan masyarakat akan mengalami
berbagai masalah dan kejadian, serta mengalami bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Reaksi individu
terhadap orang lain ataupun terhadap suatu peristiwa dipengaruhi oleh cara berpikir individu tersebut dalam mempersepsikan sesuatu yang ada
dihadapannya. Individu yang memiliki rasa percaya diri yang lemah cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Individu tersebut
tidak menyadari bahwa pandangan negatif tersebut berasal dari dalam dirinya yang tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya.
D. Remaja Panti Asuhan