pembelajaran ketika guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan model pembelajaran ini.
3. Hasil keluaran
Karena model ini mengadopsi dari ditjen olahraga masyarakat maka model ini sangat sesuai untuk anak yang mengalami kecacatan tunarungu, anak
tunarungu tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran.
4.11.2 Keterbatasan Produk Hasil Pengembangan
Beberapa keterbatasan produk hasil pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan anak tunarungu, di antaranya :
1. Model ini tidak sangat sulit dilakukan apabila anak tunarungu juga
mengalami kecacatan yang lain kecerdasan dan gangguan fisik lain 2.
Penggunaan alat atau media harus sesuai dengan panduan penggunaan model, kadang ada alat atau media yang susah didapatkan dipasaran harus
memesan atau mencari ditoko khusus 3.
Model ini cocok digunakan dalam lapangan, apabila didalam ruangan penyusunan alat akan sangat minim tempat.
4. Model ini jika digunakan dalam mengajar siswa dalam jumlah banyak 15
anak maka akan terjadi kesulitan dalam mengawasi dan memerlukan waktu yang lama.
4.12 Keterbatasan Penelitian 4.12.1
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan peneliti kurang bisa mengontrol semua aktivitas siswa,
karena ada karakteristik siswa SLB yang hiperaktif. 2.
Pelaksanaan pembelajaran membutuhkan mood siswa karena siswa tidak bisa dipaksakan melakukan aktifitas motorik.
3. Guru harus mampu menyesuaikan keinginan siswa saat melakukan
pembelajaran. Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lebih banyak indikator yang
diteliti dan dilakukan dengan lebih baik lagi agar penelitian yang berikutnya dapat bermanfaat bagi semua.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Potensi dan kondisi model pembelajaran yang telah digunakan dalam pembelajaran untuk anak tunarungu di SDLB belum efektif dan sejalan dengan prinsip
pembelajaran efektif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 2.
Pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran penjas anak tunarungu, dikembangkan dengan prosedur dari pembuatan
produk awal, uji ahli, uji satu-satu, uji kelompok kecil, uji terbatas kelas, uji lapangan, produk ahir model pembelajaran motorik.
3. Produk Pembelajaran motorik berbasis permainan hasil pengembangan menurut
penilaian pakar sangat layak diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk anank tunarungu di SDLB karena sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan anak tunarungu. 4.
Pembelajaran motorik berbasis permainan efektif digunakan untuk membantu guru Pendidikan jasmani dalam pembelajaran motorik. Hal ini terlihat pada rata-rata
skor yang diperoleh setelah menggunakan produk rata-rata skor yang diperoleh yaitu 98 dengan kriteria sangat efektif.