Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

d. Siswa akan senang mengikuti pembelajaran karena media yang diginakan sangat menarik. e. Waktu yang dibutuhkan sangat efisien.

1.7.2 Pentingnya Pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan.

Melalui pengembangan Model pembelajaran motorik, akan membantu guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran motorik secara efektif dan efisien sebagai model pegangan guru untuk mempermudah dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran motorik

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Hakikat Anak Tunarungu

2.1.1 Konsep Anak Tunarungu

Bahasa bagi manusia mempunyai peranan penting dalam menempuh hidupnya, antara lain untuk berusaha mengembangkan diri, menyesuaikan diri, dan kontak sosial dalam memenuhi kehidupan serta proses belajarnya. Anak berkebutuhan khusus tunarungu mengalami hambatan dalam proses bicara dan bahasanya yang disebabkan oleh kelainan pendengaranya Haenudin, 2013: 1. Sebagai akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasanya, anak tunarungu akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi. Tunarungu adalah suatu kondisi dimana anak atau orang dewasa tidak dapat memfungsikan fungsi dengarnya untuk mempersepsi bunyi dan menggunakannya dalam berkomunikasi, hal ini diakibatkan karena adanya gangguan dalam fungsi dengar baik dalam kondisi ringan, sedang, berat dan berat sekali. Menurut Bcothroyd dalam Melinda 2013: 10 Memberikan batasan untuk tiga istilah Tunarungu berdasarkan seberapa jauh seseorang dapat memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau tanpa bantuan amplifikasi oleh alat bantu mendengar sebagai berikut. a Kurang dengar, namun masih bisa menggunakannya sebagai saranamodalitas utama untuk menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicara. b Tuli Deaf adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen pada penglihatan dan perabaan. c Tuli total Totally Deaf adalah mereka yang sudah sama sekali tidak memiliki pendengaran sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak atau mempersepsi dan mengembangkan bicara.

2.1.2 Keadaan intelegensi, bahasa dan bicara, dan emosi dan sosial

Anak Tunarungu apabila dilihat dari segi fisiknya tidak ada perbedaan dengan anak pada umumnya, tetapi sebagai dampak dari ketunarunguan mereka memiliki karakteristik yang khas. Menurut Haenudin 2013: 66 karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, serta emosi dan sosial.

2.1.2.1 Karakteristik dalam segi intelegensi

Karakteristik dalam segi intelegensi secara potensial anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak normal pada umumnya, ada yang pandai, sedang, da nada yang kurang pandai. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka berada dibawah anak normal, hal ini disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam memahami bahasa.