Manajemen Tenaga Kependidikan Personalia

Suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi. Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan diwaktu yang akan datang. 30 Tetapi selain pemberian kompensasi berupa uang kompensasi juga biasanya diberikan dalam bentuk tunjangan fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Sedangkan pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Pemberhentian pegawai dapat dilakukan dengan beberapa alasan berikut: a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun berhak diberhentikan d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum f. Melanggar sumpah atau janji. 31

3. Manajemen Kesiswaan

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap keperibadian, serta aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emisonal maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik, yang semuanya dapat dikelola dengan baik oleh manajemen kesiswaan. 30 T. Hani Handoko, Manajemen, h. 245 31 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 44 Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan peserta didik merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan ynag berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen keksiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin 32 .

4. Manajemen Keuangan

a. Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisakan dalam kajian manajemen pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, manajemen keuangan dan pembiayaan harus dikelola secara baik. Hal ini untuk membantu kepala sekolah dalam memperoleh informasi guna menggali, mengalokasikan dana secara efektif dan efisien untuk kebutuhan sekolah. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi 32 E. Mulyasa. “Manajemen Berbasis...,” h. 46 secara efektif dan efisien maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. 33 b. Tujuan Manajemen Keuangan Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah 2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah. 3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. c. Prinsip Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik 34 . Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. d. RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah Dalam proses penyusunan anggaran penyelenggaraan pendidikan, sekolah biasanya menuangkannya dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau dikenal dengan istilah RAPBS. RAPBS adalah rencana yang tertulis dan teratur serta menggambarkan keuangan sekolah dalam satu tahun. RAPBS sekolah dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan 33 Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: FE UGM, 1994, edisi ke-2. cet.ke-1. h.8 34 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB XIII Pasal 48, tentang Pengelolaan Dana Pendidikan program yang akan dicapai dari sisi keuangan. RAPBS merupakan alat penyetara antara tujuan sekolah dengan realita atau keadaan sekolah. RAPBS mencerminkan kekuatan sekolah dalam membiayai penyelenggaraan pendidikannya dan sekaligus menggambarkan rata-rata status sosial ekonomi keluarga para siswa. RAPBS terdiri atas rencana pendapatan dan rencana pengeluaran atau belanja sekolah. Dalam rencana pendapatan, terdapat komponen sumber dana yang berasal dari pemerintah, siswa dan sumbangan masyarakat lainnya, baik dalam bentuk uang maupun barang. 35 RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun anggaran. Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran, antara lain: 1. Asas kecermatan Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam penghitungan. 2. Asas Terinci Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan. 3. Asas Keseluruhan Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu organisasi secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran. 4. Asas Keterbukaan Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan sumber pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya. 5. Asas Periodik Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas. 6. Asas Pembebanan. 35 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung: Rosda Karya, 2006, cet. ke-4, h. 57. Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu diperhatikan. Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada anggaran ataupun suatu penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan secara baik. 36 Nanang Fatah menyebutkan tahapan penyusunan anggaran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran. 2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang. 3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial. 4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu. 5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang. 6. Melakukan revisi usulan anggaran. 7. Persetujuan revisi anggaran. 8. Pengesahan anggaran. 37 Sedangkan menurut Lipham yang dikutip oleh E. Mulyasa mengungkapkan bahwa dalam proses penyusunan anggaran terdapat empat fase kegiatan pokok, yaitu: 1. Merencanakan Anggaran, merupakan kegiatan menidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur, menganalisis alternatif pencapaian tujuan dengan analisis cost-efectiveness, dan membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai sasaran. 2. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia. 3. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan. 36 Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT, Manajemen Keuanga Sekolah. Tahun 2007. h. 17-18 37 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, h. 50