Persepsi guru terhadapa kinerja kalapa MTs El-Syarief Tangerang Banten

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Maulana Syarif NIM: 106018200761

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Kinerja kepala sekolah adalah suatu prestasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang terukur dalam rangka mencapai tujuan lembaga sekolah yang telah ditetapkan secara bersama-sama sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, dan indikatornya adalah kemampuan kepala sekolah dalam memimpin dan memberikan motivasi atau semangat kepada bawahannya. Adapun peran dan fungsi kepala sekolah antara lain sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, dan pencipta iklim kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief, Tanggerang Banten yang terkait dengan kemampuan kepala sekolah dalam manajerial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode deskriptif. Penelitian ini berusaha menjelaskan sejauh mana persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah, data diperoleh dari guru dan karyawan MTs El-Syarief Tangerang Banten. Sedangkan pengumpulan data premer diperoleh dari angket, dan data skunder dari wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap kinerja kepala MTs El-Syarief Tangerang Banten berkategori cukup. Katagori cukup tersebut didapat dari hasil nilai skor 60,4 dibagi nilai harapan 125 dikali 100% hasilnya 48,32%, ini berarti mendapat kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan hendaknya kepala sekolah menjalankan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai pemimpin dalam organisasi lembaga pendidikan yang ia pimpin.


(7)

i

berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman.

Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Serjana Pendidikan (S.Pd), akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana, memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak yang penulis rasakan.

Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama penulisan skripsi maupun selama masa kuliah. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydi Zakariya, M.Ed. M.Phill Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd Katua Program Studi Manajemen Pendidikan, atas nasehat, arahan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. H. Mudjahid Ak. M.Sc Dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang dengan ikhlas dan sabar serta penuh dedikasi memberikan arahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis.


(8)

ii

5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah memberikan pelayanan, bimbingan berupa pengatahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan profesionalisme yang tinggi.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala MTs El-Syarief Kota Tangerang Drs. A. Hules, Hy dan Muhtadi, S.Pd.I sebagai staf tata usaha yang telah memberikan izin dan memfasilitasi serta meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

8. Bapak/Ibu guru, Karyawan MTs El-Syarief Kota Tangerang yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kepala sekolah dan data-data MTs El-Syarief Kota Tangerang.

9. Kepada Ayahanda H. Suryadi dan Ibunda HJ. Mariah tercinta dan kelurga besar A. Nawawi, bagaimanapun penulis sadar bahwa tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berikan mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta (Endang Sudrajat, Ismawati, H.Abdul Haq, Hj. Ernia Ningsih Abdullah Dani, Erina Syarifah, Erini, Endang Tirmizi, Fitriya Syafitri, Eric Sharon, Nahlati Septiarahmi, Nanang Kurniawan, Siti Rizkiyah, Muhammad Reza Hafiz) yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa dan dukungannya kepada penulis. Seluruh Keponakan diantaranya Nazri, Faqih, Humairoh yang selalu membuat penulis ceria dan semangat serta ponakan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan karena terlalu banyak, Mamang dan Bibi, atas doa dan dukungannya.

10.Sahabat-sahabat KI-MP yang setia dan seperjuangan, yang selalu memberikan support dan do’anya. Dai, Fauzi Ibrahim, Sholihin, Rudi Purwanto, Kamal Fuadi, Ridwan, Muh Aminullah (generasi NKRI yang ke-2), Muhammad Haekal, Syarif Hidayat Muhammad Labieb yang selalu berbagi dalam suka maupun duka dan peduli terhadap penulis serta memberikan tumpangan kendaraan untuk menuju ke kampus. Muh Retno, Yudi, Muh Sobri, Qodir, Soleh, dan Teman-teman Angkatan 2006 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,


(9)

iii

Penulis juga tak lupa untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat mendo'akan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan tulus dalam penyusunan skripsi ini dan semoga menjadi amal shaleh yang akan dibalas oleh Allah SWT. Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan para pembaca umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah jua segala sesuatunya penulis kembalikan.

Ciputat, 10 Juni 2011


(10)

iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN TEORI ... 9

A. Persepsi ... 9

1. Pengertian Persepsi ... 9

2. Indikator Persepsi ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

B. Kinerja Kepala Sekolah ... 13

1. Pengertian Kinerja Kepala Sekolah ... 13

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah ... 17

3. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah ... 23

4. Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah ... 25

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 34

D. Populasi dan teknik Sampel ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ………. .35


(11)

v

2. Kisi-kisi Instrumen……….……. 40

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Umum Hasil penelitian……….. 42 1. Profil Kepala Sekolah ... 42

2. Sejarah Singkat Berdirinya MTs El-Syarief ... 43

3. Visi, Misi, Tujuan Madrasah ... 43

4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 44

a. Guru, Karyawan ... 45

b. Siswa ... 46

c. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 46

d. Struktur Organisasi ... 48

B. Analisis Data ………. .48

C.Pembahasan Hasil Penelitian………66

BAB V : PENUTUP ………...72

A. Kesimpulan ……….. 72

B. Saran………..73

DAFTAR PUSTAKA………. 74 LAMPIRAN –LAMPIRAN


(12)

vi

Kriteria Penilan Data ... 38

Kisi-kisi instumen ... 40

Data siswa MTs El-Syarief Tangerang ...…...………... 46

Kemampuaan menyusun perencanaan sekolah dengan baik ... 49

Kemampuaan mengembangkan organisasi yang dipimpinnya ... 49

Kemampuaan memimpinan bawahan dengan baik ...…... 50

Kemampuaan memimpin sesuai dengan harapan sehingga memberi contoh pada bawahan ... 51

Kemampuaan bekerja sama dengan baik kepada bawahan ... 51

Kemampuaan menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan Inovatif ... 52

Kemampuaan menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan sekolah ... 53

Ketidak mampuan merekrut guru yang tidak sesuai dengan kopetensi mengajar ... 53

Kemampuaan mengelolah guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal ... 54

Kemampuaan berkomunikasi dengan baik terhadap para bawahan ... 55

Kemampuaan mengatur bawahan dengan baik sesui dengan tujuan yang diharapkan ... 55

Kemampuaan memberikan arahan kepada bawahan terhadap metode Pembelajaran ... 56

Kemampuaan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengembangkan Metode pembelajaran ... 57

Kemampuaan memberikan atau menyediakan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan guru ... 58

Peduli dengan kelengkapan sarana kegiatan belajar mengajar ... 58


(13)

vii

Kemampuaan memperhatikan kualitas lulusan ... 62 Kemampuaan memberdayagunakan lulusan untuk kemajuan sekolah ... 62 Kemampuaan mengelolah unit layanan khusus sekolah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran serta kegiatan peserta didik di sekolah ... 63 Kemampuaan mengelolah sistem informasi di sekolah dalam menyususn

program dan pengambilan keputusan ... 64 Kemampuaan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan Pembelajaran ... 65 Kemampuaan melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan

tindak lanjut ... 65 Nilai rata-rata skor penelitian berdasarkan indicator ... 67 Nilai rata-rata skor penelitian ... 71


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli pendidikan. Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan yang dikutip oleh Ahmad Tafsir sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani akan kemajuan kepribadian yang utama.1 Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan sebagai pengembangan pribadi dari segala aspek, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah mencangkup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru), seluruh aspek jasmani, akal, dan hati.2 Berbeda dengan Ahmad Tafsir, Muhibbin Syah mendifinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara berlaku sesuai dengan kebutuhan.3

Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini maka peran pendidikan sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa dan membentuk manusia–manusia terampil guna berprestasi dalam pembangunan. Undang–undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa, tujuan pendidikan

1

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-7, h. 24.

2

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan..., h. 26.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. Ke-14, h. 10.


(15)

nasional adalah “ mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjani warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”4

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukan bahwa sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusi. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinator yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.5

Kepala sekolah dianggap berhasil kinerjanya apabila ia memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan peran sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.6

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai. Ia harus memberi kesempatan kepada staf untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan.

Dalam era desentralisasi saat ini, sektor pendidikan dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praktis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih

4

Undang – Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (PT. Kloang klede Putra Bekerja Sama Dengan Koprasi Primer Praja Mukti 1Departemen Dalam Negeri, 2003), h. 6

5

Isjoni,Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke- 1, h. 63-64

6


(16)

baik dalam arti memiliki relevensi dengan kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Otonomi pendidikan memberikan keleluasaan kepada kepala sekolah untuk mengembangkan daya kreativitas dan inovasi melalui pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang berada pada lembaga tersebut.

Seiring dengan penerapan desentralisasi maka muncullah konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam dunia pendidikan dewasa ini, dengan kompetensi kepemimpinan seorang kepala sekolah harus mampu bertindak sebagai manajer yang dapat mengelola sekolah dengan baik. Sebagai manajer, ia memiliki tanggung jawab atas bawahannya, seluruh sumber daya dan potensi yang ada di sekolah. Dalam melaksanakan kepemimpinannya,seorang kepala sekolah harus menjalankan peran dan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atau supervisi. Dalam melaksanaan fungsi, tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya, seorang kepala sekolah dituntut mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif agar guru, staf TU, siswa dan stake holder yang terkait akan melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing dengan baik. Iklim kerja yg baik akan mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga suasana tersebut akan menjamin tercapainya tujuan yang dikehendaki bersama.

Pendidik merupakan ujung tombak pendidikan, oleh karena itu secara langsung berupaya mempengaruhi, membimbing, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Dengan demikian setiap pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yg diperlukan dalam mendidik dan mengajar siswa. Sebagai pengajar paling tidak pendidik harus menguasai bahan–bahan yang akan diajarkan dan terampil dalam hal mengajarkan. Agar mengajar lebih bermakna dan memberikan hasil yang sebaik-baiknya, pendidik harus memiliki kompetensi dan menguasai metode serta strategi belajar mengajar yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.

Perilaku kepala sekolah dapat mempengaruhi perilaku guru–guru, hal ini disebut dengan gaya kepemimpinan. Perilaku kepala sekolah antara lain dapat dilihat dari perilaku tenggang rasa (consideration) dan perilaku stuktur tugas


(17)

(initiating stucture).7 Perilaku tenggang rasa dapat dirumuskan sebagai usaha kepala sekolah dalam membina hubungan pribadi dengan guru–guru. Usaha ini ditandai dengan kesediaan kepala sekolah memberi dukungan moril, memudahkan interaksi dan membuka lebar saluran komunikasi. Tingginya prilaku tenggang rasa akan menciptakan kondisi sosial yang menyenangkan dan manusiawi. Kondisi seperti diharapkan ini membuat guru merasa betah di lingkungan sekolah. Hal ini karena guru memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti: perasaan aman, perasaan berharga, dan dukungan. Sebaliknya, rendahnya perilaku tenggang rasa akan membuat guru merasa tidak betah berada di lingkungan sekolah. Akibatnya timbul kemalasan dan keterlambatan.

Perilaku struktur tugas dapat dirumuskan sebagai usaha kepala sekoalah dalam menetapkan tugas–tugas guru, menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan, kapan, di mana dan bagai mana cara menyelesaykan pekerjaan secara rinci dan jelas. Tingginya perilaku struktur tugas mengandung arti bahwa segala keputusan mengenai pekerjaan berada di tangan kepala sekolah. Guru tinggal melaksanakan apa yang telah ditetapkan. Guru tidak memiliki kebebasan menentukan apa yang dipandang baik mengenai pekerjaan. Karena pekerjaan telah disrtuktur sedemikian rupa, kecil kemungkinan guru memperoleh kesempatan mengembangkan ide dan menentukan cara–cara baru dalam menyelesaykan pekerjaan. Hal ini membuat guru tidak memperoleh tantangan dalam pekerjaan. Dalam keadaan seperti itu, sulit mengharapkan guru terlibat dalam pekerjaannya. Jika hal ini terjadi, guru masih mungkin memiliki keterlibatan, namun keterlibatan itu bukan didasarkan atas tanggung jawab moral dan kebanggaan profesi melainkan atas faktor imbalan ekonomis.

Kepala sekolah memberikan keleluasaan guru–guru untuk menentukan sendiri apa yang dipandang baik mengenai pekerjaannnya. Dalam kondisi seperti itu, guru mempunyai kesempatan untuk berkreasi dalam melaksanakan pekerjaan, mengembangkan ide, dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara masing-masing. Adanya kebebaasan itu memungkinkan guru bekerja tidak dalam situasi hampa.

7

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja RosdaKarya, 2005),Cet.ke-15, h.33


(18)

Mereka merasakan pekerjaan sebagai suatu yang bermanfaat dan penting. Kondisi ini memungkinkan guru merasa puas sehubungan dengan terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri mereka, yakni kebutuhan untuk mengarahkan seluruh potensinya untuk mencapai suatu prestasi.

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan merupakan personil sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan–kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila dan bertujuan untuk: meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya.

Apa yang dikemukan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntunan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien. Di samping itu perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cendrung bergerak maju semakin pesat, sehingga menuntut semua pihak harus bekerja secara provesional. Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualias pendidikan.

Dengan demikian kepala sekolah berkewajiban untuk selalu membina dalam arti berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan pengelolaan pendidikan baik dari segi pengelolaan tenaga pendidik, proses belajar, sarana dan prasarana, keuangan sekolah dan sebagainya, dengan cara memberikan motivasi terhadap guru dan staf agar mereka terus semangat bekerja dan menghasilkan karya yang berguna dan bermutu serta mengelola kinerja baik kinerja individu atau kinerja


(19)

tim untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan dalam mengelola pendidikan.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah memang bukan hal yang mudah. Banyak ditemukan kepala sekolah yang kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat dimengerti karena kepala sekolah, selain mengemban tugas dan tanggung jawab yang banyak, juga berhadapan dengan banyak pihak. Hubungan dan komunikasi antara kepala sekolah dengan pendidik, kepala sekolah dengan tenaga kependidikan, kepala sekolah dengan peserta didik, dan kepala sekolah dengan masyarakat merupakan hal yang tidak mudah untuk dijalin dan dipelihara.

Masalah yang lazim terjadi di sekolah misalnya kepala sekolah yang terlalu otoriter dengan tidak banyak memberikan kesempatan kepada pendidik untuk secara kreatif melaksanakan tugas-tugasnya, kepala sekolah tidak bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan-kegiatan sekolah dengan mendelegasikan tanggung jawab kepada wakil kepala sekolah atau pihak-pihak tertentu di sekolah, dan kepala sekolah tidak banyak berusaha memotivasi pendidik dan tenaga kependidikan serta menginternalisasikan visi misi sekolah kepada stake holder sekolah. Selain itu, kerja tim di sekolah juga seringkali diabaikan oleh kepala sekolah. Padahal kerja tim akan sangat mendukung pencapaian tujuan-tujuan sekolah.

Uraian di atas menyiratkan bahwa tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sangat berat, oleh sebab itu sangat dibutuhkan figur kepala sekolah yang dapat bertanggung jawab atas segala sikap yang dimiiki oleh kepala sekolah. Tetapi masih terdapat kepala sekolah yang belum menyadari peran dan fungsinya sebagai pemimpin untuk mengelola organisasi yang ia pimpin. Sebagaimana hasil wawancara sementara yang dilakukan dengan beberapa guru di MTs El-Syarief.8 Seperti, kepala sekolah tidak mampu memberikan motivasi kepada anggotanya agar mereka bergerak dan perperan aktif dalam mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan atau perilaku yang kurang tepat membuat iklim organisasi di

8

Hasil wawancara peneliti pada waktu penelitian awal dengan beberapa guru MTs El-Syarif, pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 09 – 11.


(20)

sekolah tersebut kurang efektif. Kepala sekolah juga kurang mampu mengelola segala sumber daya yang ada di sekolah, tidak tegasnya kepala sekolah kepada setiap perilaku yang dianggap menyimpang dari kode etik dan kedisiplinan organisasi, dan masih banyak lagi masalah yang terjadi di dalam kepemimpinan sekolah. Apabila masalah tersebut tidak diatasi oleh kepala sekolah sebagai pemimpin puncak, maka akan mengakibatkan persepsi atau persangka yang berkonotasi negatif di lingkungan para bawahan. Akibatnya persepsi negatif tersebut akan menciptakan suasana atau iklim kerja yang kurang kondusif.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangakannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul

“PERSEPSI GURU TERHADAP KINERJA KEPALA MTs EL-SYARIEF”

B. Identifikasi Masalah

a. Masih rendahnya kedisiplinan kepala sekolah sehingga menyemabkan rendahnya kinerja kepala sekolah.

b. Kurang tegasnya kepala sekolah dalam menindak ketidak disiplinan guru.

c. Kepala sekolah kurang memberikan motivasi kepada guru sehingga guru kurang bersemangat dalam menjalankan tugasnya.

d. Kepala sekolah kurang memahami peran dan fungsinya sebagai seorang pemimpin sehingga menyebabkan terhambatnya kinerja kepala sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Kinerja kepala sekolah dapat ditinjau dari berbagai aspek. Namun mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan akademik, penelitian tentang kinerja kepala sekoalah ini dibatasi pada aspek manajerial kepala sekolah.


(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan bembatasan masalah yang ada, maka penulis merumuskan masalah mengenai bagaimana persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief?

E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis

a. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief, Tangerang Banten. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan strara 1 (S1).

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak MTs dalam membuat kebijakan tentang kinerja kepala sekolah atau yayasan.


(22)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Para ahli mendefinisikan persepsi dalam arti yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatnya masing-masing, tapi maksud dan intinya sama, seperti beberapa pendapat di bawah ini:

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu.1 Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, persepsi adalah proses individu mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat indera.2 Dengan demikian proses penginderaan yaitu proses individu mengenali objek-objek dengan alat penginderaannya sehingga individu tesebut menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya, kemudian individu tersebut mengalami persepsi.

1

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Mizan Publika, 2004), cet. Ke-1, h.107

2

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 20006), h. 54.


(23)

Menurut Sarlito, mengartikan persepsi dengan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan.3Dalam interaksi dengan manusia khususnya lingkungan sosialnya, setiap individu memiliki persepsi berbeda-beda dalam menghadapi, memahami dan menafsirkan suatu objek yang dirasakan dan dilihatnya. Persepsi pada setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang diterimanya. Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya.

Sedangkan persepsi menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab adalah kemampuan membeda-bedakankan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.4 Alisuf Sobri menyatakan bahwa

persepsi adalah “proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta obyektif dengan menggunakan alat-alat indera”.5

Berdasarkan definisi di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah daya pemahaman seseorang terhadap sesuatu melalui alat-alat indra yang dipengaruhi oleh faktor-fator pengalaman, proses pengetahuan yang berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seseorang.

Dengan demikian Persepsi adalah suatu penafsiran (interpretasi) individu pada suatu obyek yang akan memberikan makna pada diriny. Persepsi yang dimiliki pada seseorang sangat tergantung pada faktor personal dan faktor situasional. Karena itu persepsi masing-masing individu akan beragam antara satu individu dengan individu lainnya.

3

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000), cet. Ke-8, h. 39

4

Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pngantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed, 1 cet. Ke-1, h.89

5

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu,1993), h.46


(24)

2. Indikator Persepsi

Persepsi akan menjadi jelas untuk dipahami apabila kita hubungkan dengan hubungan timbal balik antara manusia atau individu dengan linkungannya. Manusia adalah organisme yang senantiasa bersikap sesuai dengan lingkungannya dalam situasi dimana ia berada. Dan kalau situasi ini telah menjadi lingkungan pengamatannya (persersi) dan dngan demikian berarti sudah tercipta suatu schema situasi tersebut. Sebagai contoh: apabila dalam sebuah pertandingan beberapa penonton tiba-tiba menjeritkan teriakan–teriakan yang gemuruh, maka penonton-penonton lainnya tidak akan mempertalikan teriakan–teriakan itu dengan suatu demonstrasi yang liar, melainkan ia mengenalinya teriakan–teriakan itu berkaitan dengan mislnya suatu gol yang jitu.

Dalam persepsi ada yang disebut “organizing tendency” yaitu sifat pengamatan (persepsi) kita yang cenderung menganut atau menyusun. Sarlito W. Sarwono mengemukakan organisasi dalam persepsi mengikiti beberapa prinsip yaitu:

a. Wujud dan Latar

Obyek-obyek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figur) dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground) misalnya: kalau kita melihat sbuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud dan benda-benda lainnya di kamar itu akan menjadi latar.

b. Pola Pengelompokan

Hal-hal tertentu cendrung kita kelompok-kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan itu akan menentukan bagai mana kita mengamati hal-hal tersebut.6

Karena adanya organisasi di atas, dan karena manusia belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah pola pengamatan yang mantap dalam diri kita masing-masing. Oleh sebab itu ada beberarapa pola pengamatan yang mantap antara lain sebagai berikut:

6


(25)

1. Ketetapan Warna

Sesuatu yang hitam tetap akan diamati sebagai hitam, baik di bawah sinar terang maupun di tempat yang agak gelap.

2. Ketetapan Bentuk

Sebuah pintu, misalnya, tetap kita amati sebagai benda yang berbentuk empat persegi panjang, sekalipun kadang-kadang dari sudut pandang tertentu pintu itu dapat nampak sebagai trapesium atau jajaran-genjang.

3. Ketetapan Ukuran

Pohon setinggi dua meter, kalu dilihat dari jauh mungkin akan tampak kecil, tetapi kita tetap mempersepsikan sebagai benda yang tinggi dan besar.

4. Ketetapan Letak

Dalam kendaraan yang berjalan, kita akan meihat pohon-pohon dan tiang-tiang listrik bergerak, tetapi dalam persepsi kita, pohon dan tiang-tiang listrik itu tetap saja ditempatnya masing-masing tidak bergerak.7

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah, suatu pemahaman sekelompok orang yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama terhadap suatu yang ada dilingkungannya (masyarakat) dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni; sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan, pengetahuan hasil proses belajar sebelumnya dan aktifitas serta pendalaman terhadap sesuatu atau stimulus yang dihadapi kepadanya (masyarakat).

3. Faktor–fakror Yang Mempengaruhi Persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada merupakn proses pengindraan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Abdul Rahman Shaleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya:8

7

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi..., h. 41-42

8

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h.128-129


(26)

a. Perhatian yang Selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertntu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil kemuka sebagai pengamatan.

b. Ciri-ciri Rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya paling kuat.

c. Nilai dan Kebutuhan Individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa lyang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniiman. Penelitian juga menunjukan, bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat uang logam lebih besar dari pada anak-anak orang kaya.

d. Pengalaman Dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.

Dari beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada persepsi maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa semua faktor persepsi ini tergantung pada sebarapa sebarapa besar peran aktif individu terhadap apa yang sedang diperhatikan, dirasakan, dibutuhkan serta apa saja yang telah dialaminya selama ini.

B. Kinerja Kepala Sekolah

1. Pengertian Kinerja Kepala Sekolah

Sejarah kepemimpinan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Untuk itu kepala sekolah sebagai


(27)

salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan harus mampu meningkatkan kinerjanya dalam berbagai aspek manajerial agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompe-tensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan.9

Menurut E. Mulyasa kinerja atau performansi dapat di artikan sebagai prestasi kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.10 Wahjosumidjo mendefinisikan kinerja sebagai sumbangan secara kulitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.11Dengan kata lain, kinerja adalah prestasi, kontribusi sumbangan, atau hasil kerja.

Menutut Wibowo “kinerja berasal dari pengertian performance”. Ada juga yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau perstasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi bangaimana proses pekerjaan berlangsung.12

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.13 Dengan demikian kinerja adalah melakukan pekerjaan dengan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang di kerjakan atau yang di hasilkan atau di berikan oleh seseorang atau sekolmpok orang. Kinerja adalah

9

Surya Dharma, Penilaian Kinerja Kepala Sekolah , (Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK 2008),h. 4

10

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006),cet ke-18 h. 136.

11

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (PT. RajaGrafindo persada, Jakarta. 2007), h. 430.

12

Wibowo, Manajemen kinerja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007),h.7.

13


(28)

hasil kerja berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator, supervisor, inovator, dan motivator atau apapun yang penilaiannya di lakukan oleh suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian atau prestasi kerja dari seseorang yang memiliki kemauan, kemampuan dan prilaku yang baik dalam melakukan pekerjaannya dalam usaha penerapan konsep gagasan dengan efektif dan efesien sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

Suatu kelompok atau lembaga pasti akan diarahkan atau disamakan persepsi-persepsi atau tujuan-tujuannya oleh seseorang yang dipilih oleh komunitas internal atau eksternal untuk menjadi ketua atau pimpinan. Ini semua di maksudkan agar hal-hal yang akan di lakukan oleh kelompok atau lembaga tersebut menjadi lebih terarah, fokus, dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan lebih efektif dan efesien.

Kepala sekolah merupakan pemimpin sekaligus manajer pada suatu institusi pendidikan. Ia sebagai salah satu kunci jaminan berhasil atau tidaknya institusi tersebut mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sudah pasti, kinerja kepala sekolah tersebut akan menjadi barometer bagi komunitas-komunitas lain, baik internal maupun eksternal, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Kinerja atau prestasi kerja kepala sekolah atau pemimpin merupakan jaminan akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga dengan baik dan maksimal.

Kinerja kepala sekolah merupakan faktor yang signifikan dalam proses pencapaian tujuan-tujuan pendidikan sekolah, sehingga apabila kinerja kepala sekolah baik maka kemajuan sekolah akan tercapai, demikian juga sebaliknya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Sekolah di tuntut untuk berupaya keras mengelola seluruh kegiatan di sekolah seefektif dan seefisien mungkin agar proses pendidikan di sekolah sesuai dengan yang di harapkan.


(29)

Menurut Sellis yang dikutip Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah Profesional, untuk menjadi kepala sekolah yang profesional harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik.

2. Mempunyai komitmen yang jelas dalam proses peningkatan kualitas. 3. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.

4. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan sekolah.

5. Dapat meyakinkan terhadap para peserta didik, orang tua, dan masyarakat. 6. Pemimpin (kepala sekolah) mendukung pengembangan tenaga kependidikan. 7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa di landasi

bukti yang kuat.

8. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.

9. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung yang jelas. 10.Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap

penghalang, baik yang bersifat organisasi maupun budaya. 11.Membangun tim kerja yang efektif.

12.Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.14

Kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan sekolah harus mempunyai visi, misi serta komitmen yang jelas. Kepala sekolah juga membangun tim kerja yang kompak, karena setiap lembaga pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, begitupun dalam pengembangan tenaga kependidikan. Kepala sekolah juga membangung komitmen kepada para tenaga kependidikannya.

Disamping itu kepala sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya

14


(30)

pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan, serta mempunyai kemampuan manajemen yang memadai agar bisa mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.

Dari definisi Kinerja Kepala Sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala sekolah adalah suatu prestasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang terukur dalam rangka untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang telah ditetapkan secara bersama-sama sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Adapun indikatornya adalah kemampuan kepala sekolah dalam memimpin dan memberikan motivasi atau semangat kepada bawahannya.

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah

Setiap organisasi pada hakikatnya memiliki manajer yang bertugas mengarahkan dan mengendalikan semua kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya.

Pada organisasi sekolah, kepala sekolaha berperan sebagai manajer untuk melaksanakan manajemen pendidikan sekolah secara efektif dan efisien. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab di sekolah yang mempunyai kewajiban menjalankan sekolahnya. Ia selalu berusaha agar segala sesuatu di sekolahnya berjalan dengan lancar, misalnya:

a. Murid-murid belajar pada waktunya

b. Guru-guru siap untuk memberikan pelajaran

c. Waktu mengajar dan belajar agar teratur, dan sebagainya

Kepala sekolah harus berusaha agar semua potensi yang ada di sekolah berjalan dengan baik, baik potensi yang ada pada unsur manusia maupun yang ada pada alat, perlengkapan, keuangan dan sebagainya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah dapat tercapai dengan sebaik-baiknya pula. Jadi kepala sekolah adalah seorang administrator dan supervisor dalam pendidikan.


(31)

Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah dalam mencapai visi dan misi yang telah ditentukan perlu di tunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan dan berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dan pencipta iklim kerja. Adapun peran dan fungsi kepala sekolah sebagai berikut :

a) Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang pada konotasi yang tergantung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan, bagaimana pendidikan itu dilaksanakan. Arti atau definisi pendidikan secara leksikal dapat digali dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut. Pendidikan itu ialah pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.15

Adapun pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik diartikan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat di artikan proses pegubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Sorang kepala sekolah harus memiliki strategi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya, dengan cara menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan dan peserta didik, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.16 Selain upaya-upaya tersebut, kepala sekolah sebagai edukator juga harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh dalam mengajar. Disamping itu kepala sekolah dapat membagi

15

Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 8.

16


(32)

wewenangnnya dengan para pegawainya dalam pengelolaan pendidikan agar dapat efektif dan efesien.

b) Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan manajemen sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat di pengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (pergerakan), dan controlling (pengontrolan). Adapun manajemen itu sendiri adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.17

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, "kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong ketertiban seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah".18

Menurut Hani Handoko "Kepala Sekolah sebagai menajer harus mampu mengatur, mengawasi dan bertanggung jawab atas satuan kerja keseluruhan divisi yang mencakup atau beberapa kegiatan-kegiatan fungsional dalam satuan kerja".19

Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaat-kan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

Tugas manajerial ini meliputi aktivitas antara lain: 1) Menyusun perencanaan sekolah

2) Mengelola program pembelajaran 3) Mengelola kesiswaan

17

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah ..., h. 94.

18

E. Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfesional…, h. 103.

19


(33)

4) Mengelola sarana dan prasarana 5) Mengelola personal sekolah

6) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat 7) Mengelola sistem informasi sekolah

8) Mengevaluasi program sekolah 9) Memimpin sekolah.20

c) Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.21

Khusus yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

d) Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.22 Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus agar membantu guru-guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuaan dan kemampuannnya untuk memberikan layanan kepada semua guru-guru, peserta didik, dan orang tua siswa.

20

Surya Dharma, Penilaian Kinerja...,h.9

21

E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 107.

22


(34)

Kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan:

1) Merencanakan program supervisi 2) Melaksanakan program supervisi 3) Menindaklanjuti program supervisi.23

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat di lakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. e) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin (Leader)

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, serta meningkatkan motivasi kerja tenaga kependidikan. Adapun kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, seperti: pengetahuan terhadap kependidikan misalnya: memahami kondisi tenaga kependidikan, memahami kondisi siswa, menyusun program tenaga kependidikan, menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya. Menganalisis visi dan misi sekolah, seperti: melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan, seperti: mengambil keputusan untuk kepentingan internal dan eksternal sekolah. Dan kemampuan

23


(35)

berkomunikasi, seperti: berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah dan orang tua serta masyarakat lingkungan sekolah.24

f) Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. Dan kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan, berbagai pembaharuan disekolah.25

g) Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Kepala sekolah sebagai motivator, harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).26

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain.27

h) Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya

24

E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah…, h. 115-116.

25

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 118-119

26

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 120.

27


(36)

menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.28

3. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, seperti berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah dan orang tua serta masyarakat lingkungan sekolah.

Berkenaan komunikasi kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan aktivitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal ataupun non verbal) melalui media tertentu yang di lakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya dengan tujuan tertentu. Terkait dengan komunikasi verbal yang merupakan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Dan komunikasi nonverbal yang melalui pertukaran dan penciptaan pesan dengan tidak menggunakan kata-kata.29

Kepala Sekolah mempunyai peranan yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah selaku pimpinan adalah membantu para guru mengembangkan kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan suasana hidup sekolah yang sehat, mendorong guru-guru, pegawai tata usaha, murid-murid dan orang tua untuk

28

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah ,…h. 121-122.

29


(37)

mempersatukan kehendak pikiran dan tindakan dalam kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan sekolah.

Kepala sekolah sebagai orang yang pertama yang mengemban tugas dan memiliki kewajiban yang berat, karena merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama. Kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kepala sekolah harus dapat membangkitkan suasana yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan guru dan yang lainnya untuk tumbuh dalam kepemimpinannya. Kepala sekolah bukan hanya berfungsi sebagai kepala, tetapi juga sebagai seorang pemimpin.

Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan bawahan dan peningkatan mutu. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga di bangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala sekolah, guru, dan staf).

Besarnya tanggung jawab kepala sekolah di gambarkan oleh Sergiovani, Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003:197), bahwa kepala sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas kepala sekolah bersifat ganda, yang satu sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung.

Tugas-tugas yang di maksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:

1. Merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah. 2. Mengevaluasi kinerja guru.

3. Mengevaluasi kinerja staf sekolah.


(38)

5. Membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah.

6. Menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat. 7. Membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.

8. Menyusun penjadwalan kerja.

9. Mengatur masalah-masalah pembukuan. 10.Melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.

11.Memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas sekolah.

12.Merima referal dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.

13.Memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.

14.Melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional. 15.Melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.30

4. Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah a. Kualifikasi Kepala Sekolah

Sebagai kepala sekolah yang propesional diharapkan mempunyai syarat khusus guna menjalankan roda organisasi yang ia pimpin kepala sekolah adalah ujung tombak pendidikan, baik buruknya lembaga pendidikan yang ia pimpin bergantung pada seberapa banyak sikap kepemimpinan yang ia miliki.

Sesuai dengan the personal qualities theory of leadership yang telah dibicarakan oleh para ahli yang sudah mengadakan penyelidikan dalam bidang ini. Ada yang mengemukakan empat, enam, delapan, sepuluh, dua belas, empat belas dan ada juga dua ratus sifat yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan. Hasil penyelidikan tead yang dikutip oleh Soekarto Indrafachudi dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik

30

Dodo Suwanda, Peranan dan Tugas Kepala Sekolah dan Guru, http://dossuwanda. wordpress.com. 7 April 2009


(39)

b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai c. Bersemangat

d. Jujur

e. Cakap dalam memberi bimbingan

f. Cepat serta bijaksanadalam mengambil keputusan g. Cerdas

h. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya.31

Dari uraian di atas, maka seorang pemimpin pendidikan haruslah memiliki sifat-sifat yang telah ada agar lembaga yang ia pimpin berjalan sesuai yang diharapkan bersama. Ada dua kualifikasi kepala sekolah atau madrasa yaitu kualifikasi umum dan kualifikasi khusus yang terdapat didalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional no.13 tahun 2007 tanggal 17 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah atau madrasah antara lain:

1) Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

31

R.Suekarto Indrafachudi, BagaiMana Memimpin Sekolah Yang Efektif. (Bogor: Ghalia Indonesia 2006 ), edisi ke-2. h 22


(40)

2) Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:

a. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut:

1) Berstatus sebagai guru TK/RA;

2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan

3) Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

b. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

1) Berstatus sebagai guru SD/MI;

2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan

3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai berikut:

1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs;

2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan

3) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.32

Selain kualifikasi umum untuk menjadi kepala sekolah sebagaimana ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas), pemerintah juga menetapkan kualifikasi khusus sebagai aturan tambahan untuk menjadi kepala sekolah. Kualifikasi khusus dimaksudkan pemerintah agar kepala sekolah yang menjalankan aktivitas kepemimpinan pendidikan di sekolah merupakan orang yang benar-benar mengerti kondisi satuan pendidikan dimana dia berada.

Kualifikasi khusus kepala sekolah dari mulai TK/RA, SD/MI, hingga SMP/MTs, yang tercantum dalam Permendiknas, semuanya mensyaratkan status guru masing-masing satuan pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa modal

32

Bambang Sudibyo, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.(Jakarta: Menteri pendidikan Nasional 2007), h. 3-4


(41)

sebagai guru pada masing-masing satuan pendidikan menjadi hal yang mutlak dimiliki oleh seorang calon kepala sekolah. Kepala sekolah satuan pendidikan yang sebelumnya telah menyandang status guru akan mudah menjalankan aktivitas kepemimpinan pendidikan karena kepala sekolah tersebut memiliki modal yang memadai selama ia menjadi guru. Selain menjadi guru, kepala sekolah juga harus memiliki sertifikat sebagai pendidik sebagai guru pada satuan pendidikan dimana ia mengajar. Dengan sertifikat tersebut, status ia sebagai guru telah mendapat pengakuan resmi.

Selain sertifikat pendidik sebagai guru, kualifikasi khusus yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu memiliki sertifikat kepala dari lembaga yang ditetapkan pemerintah. Sertifikat tersebut menjadi pengakuan keberadaan dirinya sebagai kepala sekolah yang telah memenuhi syarat yang layak.

b. Kompetensi Kepala Sekolah

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut, seorang kepala seko-lah dituntut memiliki sejumlah kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Pendi-dikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Ma-drasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: (a) ke-pribadian, (b) manajerial, (c) kewirausahaan, (d) supervisi, dan (e) sosial.33

Menurut Soebagio Atmodiwiryo untuk menjadi kepala sekolah profisional, seorang kepala sekolah harus memenuhi beberapa kompetensi berikut ini:

a) Komitmen terhadap misi sekolah, dan berkepentingan untuk menjadikan gambaran bagi sekolahnya

b) Orientasi kepemimpinan proaktif c) Ketegasan

d) Sensitif terhadaphubungan yang bersifat interpersonal dan organisasi (mencari hubungan interpersonal)

e) Mengumpulkan informasi, menganalisis pembentukan konsep f) Fleksibilitas intelektual

g) Persuasif dan memanajemeni interaksi

33


(42)

h) Kemampuan beradaptasi secara taktis

i) Motivasi dan perhatian terhadap pengembangan j) Kontrol dan evaluasi

k) Kemampuan berorganisasi dan pendelegasian l) Komunikasi (mempunyai gagasan secara pribadi).34

Untuk dapat menjadi seorang kepala sekolah yang efektif diperlukan adanya lima keterampilan administrasi sebagai berikut:

a) Keterampilan Teknis

Keterampilan teknis ini meliputi pengetahuan khusus dan keahlian pada suatu kegiatan khusus yang barkaitan dengan fasilitas, yaitu dalam cara penggunaan alat, dan teknis pelaksanaan kegiatan.

b) Keterampilan Hubungan Manusia

Keterampilan ini berkaitan dengan kerja sama dengan orang lain. kemampuan untuk memberikan bantuan dan bekerja sama dengan orang lain, maupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi (sekolah yang lebih efektif dan efisien)

c) Keterampilan Membuat Konsep

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk merangkum menjadi satu dalam bentuk gagasan atau ide-ide melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan situasi yang relevan dengan organisasi itu.

d) Keterampilan Pendidikan dan Pengajaran

Keterampilan ini meliputi penguasaan pengetahuan tentang belajar mengajar. Seorang kepala sekoalah harus memiliki pengalaman mengajar sebelum ia diangkat menjadi kepala sekolah. Hal ini diperlukan untuk membantu para guru yang menemukan kesulitan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

e) Keterampilan Kognitif

Keterampilan ini meliputi kemampuan dan pengetahuan yang bersifat intelektual. Seorang kepala sekolah harus memiliki pengetahuan dasar tentang

34

Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya jaya,2005).H.163-165


(43)

teori-teori mengajar. Hal ini diperlukan agar bantuan kepala sekolah terhadap guru-guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar menjadi lebih optimal.35

Dari beberapa uraian materi diatas mengenai persepsi kinerja kepala sekolah, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan diantaranya sebagai berikut;

Persepsi adalah, suatu pemahaman sekelompok orang yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama terhadap suatu yang ada di lingkungannya (masyarakat) dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni; sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan, pengetahuan hasil proses belajar sebelumnya dan aktifitas serta pendalaman terhadap sesuatu atau stimulus yang dihadapi kepadanya (masyarakat). Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya; 1) Perhatian yang selektif, 2) Ciri-ciri rangsangan, 3) Nilai dan kebutuhan individu, 4) Pengalaman Dahulu.

Sedangkan kinerja adalah pencapaian hasil kerja atau prestasi kerja dari seseorang yang memiliki kemauan, kemampuan dan prilaku yang baik dalam melakukan pekerjaannya dalam usaha penerapan konsep gagasan dengan efektif dan efesien. Adapun kinerja kepala sekolah adalah suatu prestasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang terukur dalam rangka untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang telah di tetapkan secara bersama-sama sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, dan indikatornya adalah kemampuan kepala sekolah dalam memimpin dan memberikan motivasi atau semangat kepada bawahannya. Adapun peran dan fungsi kepala sekolah antara lain sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, dan pencipta iklim kerja.

Lalu keterampilan dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah agar dianggap sebagai kepala sekolah yang propesional, keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yang propesional antara lain sebagai berikut; 1) Keterampilan teknis, 2) Keterampilan hubungan manusia, 3) keterampilan membuat konsep, 4) Keterampilan pendidikan dan pengajaran. Adapun kompetensinya antara lain sebagai berikut; 1) komitmen, 2) Kepemimpinan proaktif, 3) Ketegasan, 4) Hubungan Interpersonal, 5)

35


(44)

Mengumpulkan informasi, 6) Fleksibel, 7) Persuasif, 8) kemampuan Beradaptasi, 9) Motivasi, 10) kontrol dan Evaluasi, 11) Organisator, 12) Komunikasi.

Sebagai kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar guna berjalan organisasi yang ia pimpin, begitu juga dalam hal berkomunikasi harus dapat menyampaikan suatu pesan, informasi dan tugas melalui media tertentu kepada bawahan sesui dengan tujuan tertentu. Kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, skepala sekolah harus dapat membangkitkan suasana yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan guru dan yang lainnya untuk tumbuh dalam kepemimpinannya. Kepala sekolah bukan hanya berfungsi sebagai kepala, tetapi juga sebagai seorang pemimpin.

Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan bawahan dan peningkatan mutu. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala sekolah, guru, dan staf).

Dari uraian teori tentang kinerja kepala sekolah, maka yang dimaksud dengan persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah adalah pemahaman guru mengenai kinerja yang ditunjukkan kepala sekolah dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. Kinerja seorang kepala sekolah dapat dilihat dari aktivitas yang ia tunjukkan melalui peran dan fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dan pencipta iklim kerja. Melalui peran dan fungsi yang dijalankan, kinerja kepala sekolah dapat diukur melalui berbagai indikator. Peran dan fungsi yang dijalankan kepala sekolah dapat dijalankan dengan baik jika kepala sekolah mampu menunjukkan kinerja yang baik.

Guru merupakan salah satu pihak yang selalu diajak bekerjasama dengan kepala sekolah dalam menjalankan aktivitas pendidikan di sekolah. Kinerja kepala sekolah dapat dipahami dengan baik, salah satunya, dari kacamata guru. Persepsi


(45)

guru terhadap kinerja kepala sekolah akan menunjukkan seberapa baik kinerja kepala sekolah di mata guru-guru.

Pemahaman guru tentang kinerja kepala sekolah akan berbeda antara satu guru dengan guru yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman guru seperti faktor ekonomi, sosial, pendidikan, pengetahuan, hasil proses belajar sebelumnya, dan aktivitas serta pendalaman terhadap sesuatu atau stimulus yang dihadapi kepadanya (masyarakat). Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya; 1) Perhatian yang selektif, 2) Ciri-ciri rangsangan, 3) Nilai dan kebutuhan individu, 4) Pengalaman Dahulu.

Peran dan fungsi kepala sekolah dapat dijalankan dengan baik jika kepala sekolah mampu mengkomunikasikan peran dan fungsi yang dijalankannya kepada guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan karena peran dan fungsi kepala sekolah tersebut tidak dapat dijalankan sendiri oleh kepala sekolah. Dengan demikian pemahaman guru terhadap kinerja kepala sekolah yang ditunjukkan dalam menjalankan peran dan fungsinya dapat dilihat dan dipahami dari bagaimana kepala sekolah mengkomunikasikan peran dan fungsinya tersebut.


(46)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief, Tanggerang Banten.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs El-Syarief, Tangerang Banten yang dimulai dari bulan Desember 2010 s/d Maret 2011.

Tabel 1.1

No Hari dan

Tanggal Kegiatan

1 Senin s/d kamis

13 – 23 Desember 2010 Melakukan observasi awal

2 Jum‟at

24 Desember 2010

Wawancara dengan beberapa guru MTs El-Syarief Tangerang Banten

3

Senin s/d jum‟at

27 Desember 2010 s/d 07 Januari 2011

Pengajuan proposal skripsi serta memberian dosen pembimbing

4 Jum‟at

14 Januari 2011

Penyerahan satu bundul proposal skripsi kepada dosen pembimbing

5 Senin

14 Maret 2011

Mengadakan penelitian di MTs El-Syarief Tangerang Banten


(47)

C. Metode Penelitian Pendekatan dan metode:

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode deskriptif. Penelitian ini berusaha menjelaskan sejauh mana persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah.

D. Populasi dan teknik Sampel Populasi

Populasi adalah “keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian”.1

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini, subjek populasi adalah guru MTs El-Syarief, Tangerang Banten. Adapun jumlah guru MTs El-Syarief, Tangerang Banten tersebut sebanyak 20 orang sampel.

Sedangkan sampel ialah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.2

Untuk mempermudah proses penetapan sampel, penulis berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa

“Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. 3 Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih”.

Langkah selanjutnya adalah pengambilan subjek populasi. Dalam penelitian ini, jumlah subjek populasi penelitian sebanyak 20 (dua puluh), maka seluruhnya dijadikan subjek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian populasi.

1

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),Cet. Ke-2, h. 118.

2

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kualitatif, kuantitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta,CV.2010),Cet.ke-10h. 118.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002), h. 113.


(48)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian ini, sebagai berikut:

Pertama, Angket. Sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Adapun menurut S. Margono, angket adalah “alat pengumpul data atau informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan/pernyatan tertulis untuk dijawab

secara tertulis pula”.4

Adapun yang penulis lakukan untuk memperoleh data atau informasi dengan memberikan beberapa pernyataan dan disertai pilihan jawaban yang telah disediakan. Dengan angket ini dapat diketahui tentang keadaan diri, pengalaman pengetahuan, sikap dan pendapat lainnya. Angket ini disebar kepada tenaga pengajar (guru) yang berjumlah 20 orang seputar persepsi guru tentang kinerja Kepala MTs El-Syarief, Tangerang Banten.

Kedua, Wawancara. Melakukan pengamatan dan pencatatan yang sitematis terhadap gejala-gejala yang diteliti melalui dialog tanya jawab (wawancara) yang dilakukan peneliti dengan wakil kepala MTs El-Syarief untuk memperoleh informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Ketiga, Studi Dokumentasi. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang profil kepala sekolah, sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, visi, misi, dan tujuan sekolah serta keadaan guru, siswa dan sarana prasarana sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sudah diperoleh diuraikan dengan keterangan agar data tersebut dapat dipahami oleh penulis dan orang lain yang akan mengetahui hasil penelitian ini. Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

4


(49)

1. Editing

Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian angket agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

2. Skoring

Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat dalam angket dengan Skala Linkert. Skala Linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.5 Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada 5 yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), RR (ragu-ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Maka skor yang diberikan penulis untuk pernyataan positif yaitu: 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk RR, dan 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan untuk kategori pernyataan negatif, masing-masing diberi bobot 1 untuk SS, 2 untuk S, 3 untuk RR, 4 untuk TS, dan 5 untuk STS.

Tabel 1.2 Skor Penilaian

T

3. Tabulating

Langkah selanjutnya adalah proses pengolahan data dengan cara memindahkan jawaban yang ada kedalam angket dan kemudian dimasukan kedalam bantuk tabel frekuensi. Ini untuk memudahkan dalam mengolah data yang telah diedit. Tabulating bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan.

5

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., h. 135.

No. Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1. Sangat setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Ragu-ragu 3 3

4. Tidak setuju 2 4


(50)

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif deskriptif yaitu suatu teknik analisis data yang analisisnya dilakukan dengan memberi gambaran peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap kineja kepala sekolah. Adapun tehnik yang digunakan peneliti adalah metode kuantitatif deskriptif analisis. Setelah data atau informasi diperoleh dari lapangan, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan, mengolah dan menganalisis serta menjelaskan data yang kemudian hasilnya diambil dan di jadikan sebagai kesimpulan.

Dalam penghitungan data yang penulis dapatkan, penulis akan menghitung rumus distribusi frekuensi relatif, yaitu:

Ket : P = Angka persentase

F = Number of Case (jumlahfrekuensi/banyaknya individu N = Jumlah responden6

Setelah didapat hasil prosentase atau kencenderungan dari angket yang telah disebarkan kepada guru-guru MTs El-Syarief, Tangerang Banten, maka kemudian ditentukan katagori penilaian dari hasil penelitian tersebut, peneliti menentukan kriteria penilaian data-data kuantitatif berdasarkan nilai-nilai angket, yakni sebagai berikut:

6

Anas Sudiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 43.

F

P = x 100 %


(51)

Tabel 1.3

Kriteria Penilian Data 7

No Persentase Penafsiran

1 81 - 100% Sangat Baik

2 61 – 80% Baik

3 41 – 60% Cukup

4 21 – 40% Tidak Baik

5 0 – 20% Sangat Tidak Baik

Sedangkan data hasil wawancara akan diolah dan dianalisis melalui proses klasifikasi, katagorisasi dan interprestasi

1. Klasifikasi, adalah proses pengelompokan data berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan responden.

2. Kategorisasi, adalah proses pengelompokan data berdasarkan aspek-aspek masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh kecenderungan-kecenderungan hasil penelitian.

3. Interprestasi Data, selanjutnya setelah semua data diklasifikasi dan dikategorisasi, maka langkah berikutnya adalah interpretasi. Interpretasi, adalah proses penafsiran data dengan cara mencari persamaan dan perbedaan sehingga diperoleh kesimpulan atau temuan dari penelitian.

7


(1)

17 Kepala sekolah memberikan arahan kepada bawahan terhadap metode pembelajaran 18

Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengembangkan metode pembelajaran

19

Kepala sekolah mampu mengelolah sistem informasi di sekolah dalam menyususn program dan pengambilan keputusan 20

Kepala sekolah belum mampu

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran

21

Kepala sekolah mengelolah peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penetapan serta pengembangan kapasitas peserta didik

22

Kepala sekolah mengelolah unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran serta kegiatan peserta didik di sekolah

23

Kepala sekolah memperhatikan kualitas lulusan

24

Kepala sekolah kurang mampu memberdayagunakan lulusan untuk kemajuan sekolah

25

Kepala sekolah melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut

Tangerang,... Maret 2011 Responden


(2)

Wawancara Dengan Kepala Sekolah

Nama : Drs. A. Hules, Hy

Tempat : Ruang Kepala Sekolah MTs El-Syarief Waktu : 09 s/d 11

Hari dan Tanggal : Sabtu, 19 Maret 2011

1. T : Bagai mana proses perencanaan/ pembuat program sekolah yang dilakukan oleh bapak?

J : “ Setiap lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah pasti mempunyai program yang akan dilaksanakan di sekolah, oleh sebab itu di sekolah kamipun membuat berbagai macam program baik untuk program intra kulikuler dan ekstra kulikuler, kedua program tersebut kami susun pada awal tahun ajaran baru, namun saya tidak melibatkan seluruh guru, karena semakin banyak informasi atau masukan maka semakin sulit untuk mengambil suatu kebijakan. Oleh sebab itu saya memilih beberapa orang guru untuk menjadi satu tem dalam penyusunan program di sekolah kami.”

2. T : Ketika terjadi masalah atau konflik di dalam organisasi atau guru, bagaimana cara bapak menagani hal tersebut?

J : “ Pada dasarnya setiap manusia mempunyai egoisme, yang dimana seluruh orang yang berada dilingkungannya harus mau mengikutinya. Dalam hal ini, ketika konflik terjadi didalam organisasi atau guru maka hal yang saya harus lakukan adalah memanggil guru yang bermasalah serta mengarahkan mereka, namun di sekolah kami belum terjadi konflik yang besar hingga merusak organisasi yang saya pimpin sekarang ini.”

3. T : Dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan para guru dan staf apakah bapak memberikan pelatihan kepada mereka?


(3)

J : “ Untuk meningkatkan pengetahuaan, keterampilan serta pengetahuan guru seluruh guru diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh yayasan, namun ketika yayasan belum mengadakan pelatihan maka saya selaku kepala sekolah mengutus beberapa guru untuk mengikuti pelatihan diluar guna meningkatkan pengetahuan mereka, namun intensitasnya tidak terlalu sering karena keterbatasan biaya yang arus dikeluarkan untuk mengikuti pelatihan tersebut.”

4. T : Apa tindakan bapak ketika guru, staf dan siswa memerlukan sarana dan prasarana unk menunjang proses belajar mengajar di sekolah?

J : “ Sebagai kepala sekolah saya selalu berusaha menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru, staf dan siswa, saya selalu menyediakan untuk keperluan mereka, namun apabila sekolah tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan oleh para guru, staf dan siswa saya akan menilai apakah fasilitas tersebut penting untuk diadakan maka saya akan berusaha untuk menyediakan fasilitas atau keperluan yang dibutuhkan oleh guru, namun apabila tidak terlalu penting maka saya akan memprioritaskan fisilitas yang lain yang dianggap sangat penting.” 5. T : Program apa saja yang bapak sediakan untuk meningkatkan kualitas bagi para

siswa?

J : “ dal kegiatan intra kulikuler Saya selalu mengintruksikan agar para guru selalu melakukan sebelum memulai pelajaran seperti membuat RPP, Manajemen kelas, Metode pembelajaran dan sebagainya, dan dalam kegiatan ekstra kulikuler sekolah memberikan kegiatan kursus komputer, bahasa, kesenian, pramuka, muhadoroh, qori dan sebagainya ini semua diharapkan siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.”

6. T : Bagaimana hubungan bapak dengan staf dan masyarakat?

J : “ Karena saya selaku kepala sekolah maka hubungan yang saya bina dengan staf, guru dan masyarakat baik-baik saja walaupun ada beberapa guru dan staf yang kurang respek terhadap saya atas kepemimpinan saya, namun saya selalu berusaha menjaga hubungan saya dengan staf, guru serta masyarakat dengan baik, walau bagaimanapun staf dan guru adalah orang-orang yang mau membantu saya guna meningkatkan kinerja saya. Saya sangat senang apabila ada guru yang mau


(4)

memberikan saya masukan untuk kemajuan lembaga pendidikan yang saya pimpin, namun ternyata guru-guru dan staf hanya menganggap saya sebagai pimpinan mereka bukan sebagai teman yang selalu memberikan masukan atau arahan apabila terjadi suatu kesalahan pada temannya. Begitu juga dengan saya, saya ingin mereka bukan hanya menganggap saya sebagai ketua namun sebagai teman atau sahabat juga.”

7. T : Sebagai kepala sekolah apakah bapak menggunakan sistem informasi dalam menyususn program dan pengambilan keputusan di tempat bapak bekerja?

J : “ Saya menggunakan sistem informasi dalam menyususn program dan pengambilan keputusan, namun saya belum dapat memaksimalkan penggunaan sistem tersebut karena keterbatasan sarana yang terdapat disekolah, oleh sebab itu ketika ingin menyusun program tahunan saya beserta tem mengadakan rapat untuk menyususn program yang akan saya lakukan di sekolah

8. T : Dengan cara apa bapak memonitoring serta melaporkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan di sekolah?

J : “Setiap ada program atau kegiatan yang sedang dijalankan oleh sekolah saya selalu memonitoring kinerja guru-guru untuk mensukseskan program tersebut, namun ketika saya belum dapat memonitoring pelaksanaa tersebut maka saya akan memerintahkan bawahan saya atau wakil saya untuk memonitoring pelaksanaan tersebut, saya selalu menanyakan apakan terdapat kesulitan dalam menjalankan program tersebut, apabila pelaksaaan tersebut tidak terdapat masalah maka kerjakanlah pelaksanaan yang selanjutnya.”


(5)

(6)