44
- strategi pembangunan ekonomi untuk tahun 2020, memenuhi persyaratan pengembangan Vietnam dalam konteks baru.
Seperti Vietnam secara aktif mengintegrasikan ke dalam ekonomi global, hubungan ekonomi Vietnam dengan negara-negara lain dan organisasi internasional
telah diperluas. Vietnam telah menghibur hubungan ekonomi dan perdagangan dengan lebih dari 160 negara dan 70 wilayah. Negara ini telah bergabung berbagai
pengaturan ekonomi di tingkat bilateral, regional dan global. Ini adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Trade Organization, Perhimpunan Bangsa-
Bangsa Asia Tenggara, Asia Europe Meeting, Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, Bank Pembangunan Asia dan lainnya
regional dan organisasi internasional. Kerjasama ekonomi dengan negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Rusia, Cina dan India telah diperluas.
Vietnam menandatangani perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan sejumlah negara. Saat ini, Viet Nam terlibat dalam negosiasi
FTA dengan Uni Eropa, Republik Korea dan Rusia - Belarus - Kazakhstan Uni Bea Cukai; dan sedang dalam proses negosiasi Perjanjian Trans Pacific Partnership
TPP.
4.3 Pangasa Pasar di ASEAN
Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada bulan Januari 1992. Tujuan dari AFTA
adalah menghilangkan batasan tarif diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan
Universitas Sumatera Utara
45
menciptakan pasar regional, yang akan ditempuh melalui penghapusan tarif intra- regional dan batasan non-tarif. ASEAN Free Trade Area atau AFTA dianggap
sebagai wujud integrasi ekonomi ASEAN. AFTA mulai diimplementasikan sejak Januari 1993. Daftar pengurangan tarif
untuk AFTA dibuat dibawah skema CEPT Common Effective Preferential Tariff Tarif Umum Efektif Yang Dipilih dan daftar penurunan tarif untuk ASEAN-6 lebih
maju dibandingkan negara-negara CMLV Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam. Dibawah skema CEPT, semua produk dikategorikan dalam 5 kelompok: Produk
Inklusif Inclusion List IL, Produk SensitifSensitive List SL, Produk Sangat SensitifHighly Sensitive List HSL, Produk Eksklusif SementaraTemporary
Exclusion List TEL, and Daftar PengecualianUmumGeneral Exception List GEL. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia juga mampu mendapatkan pangsa pasar
diASEAN dengan berlakunya perjanjian perdagangan AFTA yang mempermudah pangsa pasar Indonesia di ASEAN.
Negara ASEAN lainnya seperti; Malaysia, Singapura dan Thailand juga terus mengalami peningkatan ekspor. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran AFTA telah
memperbaiki laju perdagangan antar negara di region ini. Produk-produk yang mengalami kenaikan pangsa pasar pada umumnya adalah
produk berbasis sumber daya alam yang diklasifikasikan sebagai produk manufaktur seperti: kayu dan tekstil mengalami penurun pangsa pasar. Hal ini disebabkan
karena produk-produk ini tidak dapat bersaing dengan produk-produk lokal Cina atau negara ASEAN lainnya.
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 4.1 Indeks RCA Produk Makanan ASEAN Tahun 2003-2012
Negara Tahun
Total Rank 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Thailand 2.25
2.1 2.11 2.08 2.06 2.2 2.11 2.18 2.49 2.51
22 1
Indonesia 0.99 0.95 0.93 0.91
0.9 1.01 0.92 0.96 0.8 0.86
9.23 2
Filipina 0.64 0.68 0.73 0.72
0.7 0.91 0.93 0.84 1.08 1.04 8.27
3 Vietnam
0.85 0.84 0.79 0.81 0.75 0.75 0.67 0.76 0.74 0.63 7.59
4 Malaysia
0.39 0.43 0.42 0.45 0.48 0.53 0.48 0.53 0.56 0.61 4.88
5 Singapura
0.34 0.32 0.33 0.36 0.36 0.41 0.42 0.48 0.6 0.59
4.21 6
Kamboja 0.03 0.41 0.42 0.39 0.28 0.15
0.3 0.25 0.28 0.26 2.77
7 Myanmar
- -
- -
- -
- 0.25 -
- 0.25
8 Brunei
Darussalam 0 0.01
9 Laos
- -
- -
- -
- -
- -
-
Sumber: World Integrated Solution diolah
Dari tabel 4.1 diatas bahwa posisi pertama untuk produk makanan diduduki oleh negara Thailand denga total nilai RCA sebesar 22. Untuk posisi terakhir
diduduki oleh negara Brunei Darussalam dengan nilai total RCA sebesar 0, sementara itu negara laos tidak memiliki data untuk ekspor produk makanan pada
industri manufaktur di ASEAN. Sedangkan untuk negara Indonesia mendapatkan posisi ke-2 dengan nilai total RCA sebesar 9.23.
Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai RCA Produk Makanan di ASEAN Tahun 2003-2012
Negara Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Brunei Darussalam -
- -
- -
- -
- -
- Kamboja
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Indonesia TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS
Universitas Sumatera Utara
47
Laos -
- -
- -
- -
- -
- Malaysia
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Myanmar TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Filipina
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
MDS MDS Singapura
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Thailand MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Vietnam TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS
CATATAN: MDS= Memiliki daya saing TDS= Tidak Memiliki Daya Saing
Thailand memiliki daya saing dan pangsa pasar yang luas di ASEAN dimulai tahun 2003 sampai dengan sekarang. Hal ini membuktikan bahwa ekspor Thailand
lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Sedangkan untuk Indonesia harus bersaing ketat dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya agar
dapat meningkatkan ekspor industri manufaktur komoditi produk makanan.
Tabel 4.3 Nilai RCA Bahan Kimia ASEAN TAHUN 2003-2012
Negara Tahun
Total Rank 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Singapura 1.29 1.29 1.28 1.42 1.59 1.31 1.45 1.51 1.68 1.71 14.53
1 Thailand
0.32 0.34 0.37 0.42 0.43 0.41 0.41 0.44 0.52 0.55 4.21
2
Universitas Sumatera Utara
48
Indonesia 0.45 0.46 0.44 0.42 0.44 0.36 0.33 0.39 0.45 0.41
4.15 3
Malaysia 0.33 0.36 0.38 0.37 0.35 0.37 0.32 0.33 0.36 0.38
3.55 4
Vietnam 0.1
0.1 0.12 0.13 0.14 0.18 0.14 0.17 0.2 0.17
1.45 5
Filipina 0.07 0.08 0.08 0.09 0.09 0.13 0.15 0.15 0.19 0.17
1.2 6
Kamboja 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.1
7 Myanmar
- -
- -
- -
- 0.01 -
- 0.01
8 Brunei
Darussalam - -
- -
- -
- -
- -
- -
Laos -
- -
- -
- -
- -
- -
-
Sumber: World Integrated Solution diolah
Singapura menduduki posisi pertama untuk ekspor bahan kimia dengan nilai total RCA sebesar 14.58. Jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya
menduduki posisi ke-3 dengan nilai total RCA sebesar 4.15. Kemudian untuk Brunei Darussalam dan laos tidak memiliki data untuk ekspor produk bahan kimia.
Tabel 4.4 Klasifikasi Nilai RCA Bahan Kimia ASEAN Tahun 2003-2012
Negara Tahun
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Singapura MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Thailand TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Indonesia
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Malaysia TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Vietnam
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Filipina TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Kamboja
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Myanmar -
- -
- -
- -
TDS -
- Brunei
Darussalam - -
- -
- -
- -
- -
Laos -
- -
- -
- -
- -
-
Catatan: MDS= Memiliki Daya Saing TDS= Tidak memiliki Daya Saing
Dari negara Thailand sampai dengan Kamboja kurang memiliki keunggulan dalam mengekspor bahan kimia, sehingga negara Singapura menjadi negara yang
memiliki keunggulan untuk mengekspor bahan kimia ke negara anggota ASEAN
Universitas Sumatera Utara
49
lainnya. Artinya, bahwa bahan Kimia dari Singapura memiliki persaingan untuk dapat bersaing ke luar dari negara anggota ASEAN lainnya agar mendapatkan
penerimaan devisa lebih banyak lagi. Singapura telah mendapatkan posisi pertama untuk ekspor bahan kimia karna kualitas bahan kimia yang diproduksi oleh negara
tersebut lebih baik daripada negara-negara anggota lainnya, oleh sebab itu bahan kimia negara Singapura sangat terkenal dengan kualitas nya yang terjamin.
Tabel 4.5 Nilai RCA Produk Tekstil Di ASEAN Tahun 2003-2012
Sumber: World Integrated Solution diolah
Kamboja menduduki peringkat pertama di ASEAN dalam mengekspor produk tekstil antar intra ASEAN dengan nilai total RCA sebesar 92,73. Diikuti oleh
Vietnam sebesar 41,75, Idonesia sebesar 18.67, Thailand sebesar 10. 68, Filipina
Negara Tahun
Total Rank 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009 2010 2011 2012
Kamboja 10.74
10.26 11.46
11.40 10.77
10.70 9.61
10.49 7.30
- 92.73
1` Vietnam
3.7 3.59
3.42 3.83
4.29 4.55 4.53
4.73 4.81 4.3 41.75
2 Indonesia
1.84 1.84
1.84 2.02
1.95 1.87 1.88
1.8 1.78 1.85 18.67 3
Thailand 1.26
1.26 1.2
1.14 1.08
1.06 0.97 0.94 0.92 0.85 10.68
4 Filipina
1.03 1.04
0.99 1.04
0.9 0.91 0.79
0.64 0.78 0.82 8.94
5 Brunei
Darussalam 1.57
1.52 - 0.63 -
- -
- -
- 3.72
6 Malaysia
0.41 0.4
0.38 0.39
0.37 0.37 0.32
0.28 0.29 0.28 3.49
7 Myanmar
- -
- -
- -
- 2.24 -
- 2.24
8 Singapura
0.16 0.13
0.1 0.1
0.09 0.1 0.07
0.08 0.06 0.08 0.97
9 Laos
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Universitas Sumatera Utara
50
sebesar 8.94, Brunei Darussalam 3.72, Malaysia 3.49, Myanmar 2.24. Sedangkan laos tidak memiliki data untuk ekspor produk tekstil.
Tabel 4.6 Klasifikasi Nilai RCA Tekstil DiASEAN Tahun 2003-20012
Negara Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kamboja MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Vietnam MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Indonesia MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Thailand MDS MDS MDS MDS MDS MDS TDS
TDS TDS
TDS Filipina
MDS MDS MDS MDS TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Brunei Darussalam
MDS MDS - MDS -
- -
- -
MDS Malaysia
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Myanmar -
- -
- -
- MDS
- -
MDS Singapura
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Laos -
- -
- -
- -
- -
- Catatan: MDS= Memiliki Daya Saing
TDS= Tidak Memiki Daya Saing
Negara Kamboja sampai dengan Indonesia memiliki persaingan yang ketat di komoditi tekstil hal ini dapat dilihat dari tahun 2003-2012. Persaingan ini
menyebabkan masing-masingnegara harus memiliki diffrensiasi produk untuk menarik perhatian pasar agar lebih banyak lagi mengekspor komoditi jenis ini.
Sementara itu, untuk Flipina sempat mengalami penurun pangsa pasar pada tahun 2007-2012 sehingga komoditi tekstil tidak kurang mendapatkan sambutan yang baik
di pasar ASEAN. Penggunaan teknologi juga berpengaruh terhadap efisiensi produksi sehingga dapat memproduksi barang lebih banyak lagi. Sedangkan
Malaysia dan Singapura kurang memiliki tingakat persaingan sehingga produk ekspor mereka tersaingi oleh negara kamboja.
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 4.7 Nilai RCA Produk Kayu di ASEAN Tahun 2003-2012
Negara Tahun
Total Rank 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indonesia 2.8 2.74 2.59 2.38 2.24 2.09 1.97 2.03 1.97 2.11 22.92
1 Malaysia
1.08 1.14 1.11 1.17 1.13 1.11 1.04 0.98 0.96 1.01 10.73 2
Vietnam 0.46 0.48 0.54 0.59 0.72
0.7 0.65 0.81 0.99 0.89 6.83
3 Thailand
0.61 0.61 0.6 0.62
0.6 0.59 0.6 0.64 0.68 0.73
6.28 4
Kamboja 0.62 0.67 0.76 0.68 0.86 0.59 0.47 0.57 0.58 0.42
6.22 5
Myanmar -
- -
- -
- -
5.37 - -
5.37 6
Filipina 0.3 0.32 0.34 0.35 0.34 0.39
0.5 0.51 0.64 0.7
4.39 7
Singapura 0.42 0.37 0.37
0.4 0.42 0.43 0.4 0.38 0.39 0.42
4 8
Brunei Darussalam 0.01
0 - -
- -
- 0.02
0.03 9
Laos -
- -
- -
- -
- -
- -
-
Sumber: World Integrated Solution diolah
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam nya, oleh sebab itu Indonesia menjadi negara paling banyak mengekspor kayu di ASEAN setelah
Malaysia dengan total nilai RCA masing-masing sebesar 22.92 dan 10.73. Keunggulan yang dimiliki Indonesia membuat komoditi ini menjadi penopang utama
ekspor manufaktur Indonesia setelah komoditi makanan. Sedangkan Thailand, Kamboja, Myanmar, Filipina, Brunei Darusslam mendaptkan nilai total RCA
masing-masing sebesar 6.28, 6.22, 5.37, 4.39, 4 dan 0,03. Negara Laos tidak memiliki data untuk produk kayu.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.8 Klasifikasi nilai RCA Produk Kayu di ASEAN Tahun 2003-2012
Negara Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indonesia MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Malaysia MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS MDS
Vietnam TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Thailand
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Kamboja TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Myanmar
- -
- -
- -
- MDS -
- Filipina
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
Singapura TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS TDS
TDS Brunei
Darussalam TDS
- -
- -
- -
- -
MDS Laos
TDS -
- -
- -
- -
- -
Catatan: MDS= Memiliki Daya Saing TDS= Tidak Memiliki Daya Saing
Komoditi kayu adalah salah satu keunggulan Indonesia, oleh sebab itu maka perssaingan Indonesia di pasar terbuka lebar mengingat bahwa Indonesia memiliki
hutan yang luas dan dapat menggunakan nya untuk penerimaan devisa yang meningkat. Dari tabel diatas bahwa pangsa pasar dan daya saing Indonesia lebih
unggul daripada negara-negara anggota lainnya mulai dari tahun 2003-2012 kedudukan pertama masih dipegang oleh Indonesia di ASEAN. Selain itu, kekuatan
pesaing negara-negara yang lain tidak mampu mengalahkan Indonesia dalam berkompetisi dijenis komoditi ini.
4.4. Analisis Data 4.4.1. Uji Akar Unit