Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dari negara-negara Asia yang dahulunya menerima investasi dari perusahaan-perusahaan Eropa yang mengambil keuntungan dari biaya tenaga kerja yang lebih rendah sekarang melakukan investasi di Eropa. Investasi perusahaan- perusahaan tersebut pada pabrik-pabrik otomotif dan elektronik Eropa berjumlah miliaran dolar Ball, 2007; 121. Meskipun benar bahwa jepang telah melakukan investasi dalam jumlah besar di negara-negara Asia Pasifik dan dengan demikian cukup terwakili di daerah itu, adalah terlalu menyederhanakan persoalan untuk menganggap bahwa jepang dan NIEs New Industrialisasi Economics Asia merupakan satu blok perdagangan. Faktanya, ada dua kelompok yang saling bersaing dipasifik tidaklah sepenuhnya memadai, yaitu; diantara NIEs Asia sendiri dan diantara negara-negara tersebut dan sepuluh anggota dari perhimpunan negara-negara Asia Tenggara ASEAN. Perusahaan-perusahaan dari NIEs Asia juga merupakan investor penting di negara- negara anggota ASEAN Ibid; 90. Satu faktor yang menonjol dalam analisis dari kekuatan-kekuatan kompetitif adalah banyaknya produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Asia yang bersaing ketat dengan output para produsen yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari Eropa, AS, dan jepang. Pada tahun 2000, impor dan ekspor di kawasan Asia Timur, yang meliputi Cina, Hongkong, Korea, Singapur, Taiwan, Indonesia, Universitas Sumatera Utara 2 Malaysia, Filipina, dan Thailand, masing-masing melampaui USD 1 triliun untuk pertama kalinya Ibid; 137-138. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan konsep comparative advantage, yakni yang dimiliki nya unsur-unsur penunjang produksi yang memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi kenegaranya, tidak kenegara lain Imawan, 2002; 84. Dalam cetak biru AEC ASEAN Economic Community 2015 satu pilar yang berkaitan erat dengan industri manufaktur adalah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi negara ASEAN yang memungkinkan terjadinya aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil. Adanya perbandingan daya saing industri manufaktur diharapkan mampu berperan positif dalam kerja sama perdagangan internasional, dengan demikian neraca perdagangan negara-negara anggota ASEAN akan mengalami surplus. Terintegrasinya kawasan Asia Tenggara, kawasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi maupun militer. Diharapkan dengan terbentuknya komunitas ekonomi ASEAN dapat mempererat kerjasama dalam berbagai hal bidang misalnya, kerja sama dalam bidang industri manufaktur. ASEAN terdiri dari negara-negara berkembang yang tercakup di Asia Tenggara. Dengan begitu ASEAN akan lebih mudah untuk melakukan kerjasama dengan negara bukan anggota ASEAN. Pembentukan AFTA mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya untuk menciptakan pasar yang terintegrasi pasar tunggal antar negara Universitas Sumatera Utara 3 anggota ASEAN dan sasarannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai product based dalam menghadapi persaingan dipasar dunia, sehingga kegiatan produksi dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota. Dengan menghilangkan hambatan tarif dan nontarif inter-regional dikawasn ASEAN, daya saing negara-negara ASEAN diharapkan lebih kompetitif sehingga rasio volume perdagangan ASEAN maupun dunia semakin meningkat Istifadah, 2012; 429. Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkan maupun kinerja industri secara keseluruhan. Tabel 1.1 Peringkat Daya Saing Industri di ASEAN Tahun 2002-2012 Tahun Peringkat Singapura Malaysia Thailand Indonesia Filipina 2002 8 24 31 47 40 2003 4 21 28 49 41 2004 2 16 26 49 43 2005 3 25 25 50 40 2006 3 22 29 52 42 2007 2 23 33 54 45 2008 2 19 27 51 40 2009 3 18 26 42 43 2010 1 10 26 35 39 2011 3 16 27 37 41 2012 4 14 30 37 43 Sumber; IMD WORLD COMPETITIVENESS diolah Universitas Sumatera Utara 4 Berdasarkan tabel diatas bahwa peringkat daya saing industri pada tahun 2010 negara Singapura meraih peringkat ke-1, sedangkan negara yang meraih posisi terendah pada tahun 2007 di ASEAN adalah negara Indonesia yaitu peringkat ke-54. Indonesia pada tahun 2010 meraih peringkat ke-35, Malaysia, Thailand , Filipina memiliki daya saing yang stabil. Rendahnya daya saing industri antar negara ASEAN dipengaruhi oleh sumber daya alam yang kurang dikelola, teknologi yang rendah, sumber daya manusia yang kurang berkualitas juga dapat menyebabkan rendahnya daya saing industri di ASEAN. Dalam perekonomian global, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan antarnegara melalui ekspor dan impor. Negara yang memiliki produk berlebih pada sektor tertentu dapat menjual hasil komoditasnya ke negara lain dengan ekspor. Di sisi lain, negara yang belum mampu memproduksi barang ataupun jasa tertentu dapat terpenuhi kebutuhannya dengan melakukan impor Siaman, 2014; 2. Tabel 1.2 Nilai Ekspor Industri Manufaktur 10 Negara ASEAN terhadap Nilai Ekspor Industri Manufaktur ASEAN USD Tahun 2003-2013 in 000 Negara Tahun Total 2003-2006 2007-2009 2010-2013 Brunei Darussalam 909,820 909,820 Kamboja 11,348,883 12,642,687 11,400,987 35,392,557 Indonesia 137,467,842 161,242,280 255,720,876 554,430,998 Laos Malaysia 396,077,551 341,477,242 393,812,421 1,131,367,214 Myanmar 2,598,324 2,598,324 Universitas Sumatera Utara 5 Sumber: World Bank diolah Secara umum ASEAN, total ekspor ASEAN pada tahun 2003-2013 mengalami kenaikan. Dari total nilai ekspor yang terlihat di tabel 1.2, posisi pertama diraih oleh Singapura sebesar USD 2,431,673,404,000 sedangkan posisi terakhir diraih oleh Brunei Darussalam sebesar USD 909,820,000. Sementara itu Laos tidak melakukan kegitan ekspor untuk menambah pendapatan negaranya. Sumber daya manusia juga berperan dalam hal menguasai teknologi agar dapat mengefisiensikan produksi manufaktur. Jika, sumber daya manusianya terlatih dan terdidik maka penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur akan berjalan baik dengan memberikan pertambahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Untuk itu perlu adanya keterampilan agar SDM dapat mengoptimalkan kinerja industri manufaktur. Keunggulan industri yang dimiliki masing-masing negara membuat terjadinya daya saing terhadap sesama negara anggota ASEAN. Sehingga dapat memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih meningkat lagi. Dari 10 negara anggota, masing-masing negara memiliki industri-industri unggulan yang diekspor kepasar internasional agar memberikan tambahan devisa untuk perekonomian negaranya tersebut. Filipina 145,887,030 116,300,643 135,267,242 397,454,915 Singapura 702,647,680 663,873,185 1,065,152,539 2,431,673,404 Thailand 316,291,510 364,350,054 619,267,562 1,299,909,126 Vietnam 61,381,953 95,443,098 151,241,459 308,066,510 ASEAN 1,772,012,269 1,755,329,189 2,634,461,410 6,161,802,868 Universitas Sumatera Utara 6

1.2 Perumusan Masalah