Penyelesaian masalah Aceh

g. Penyelesaian masalah Aceh

Pemerintah Indonesia pasca-Orde Baru beru- saha menyelesaikan masalah Aceh yang berlarut- larut. Berbagai usaha dilakukan, antara lain sebagai berikut.  Aceh terbebas dari status Daerah Operasi Mili-

ter pada 1998, setelah Soeharto turun dari ke-

empo, 29 Okt - 4 Nov 2007

kuasaan. Meski demikian, kedamaian belum tu- run di tanah ini. Dendam akibat DOM menyulut

Majalah T

api perlawanan GAM terus menyala.  Presiden Abdurrahman Wahid yang memerin-

sumber:

tah sejak 1999 memulai usaha perdamaian de- ngan mengajukan tawaran dialog kepada GAM. Tawaran ini disambut baik dan menghasilkan

penandatanganan nota kesepahaman di Jene- Para petugas Pemilu di Ngampilan, Yogyakarta 2004 lalu

Gambar 7.1.7

wa, Mei 2000. Perjanjian yang disebut “Saling mengenakan baju tradisional. Pemilu adalah pesta rakyat

yang diikuti dengan antusias oleh warga. Pengertian bagi Jeda Kemanusiaan untuk Aceh”

Bab 7 Perubahan Pemerintahan dan Kerja Sama Internasional

itu memberi ruang bagi penyaluran bantuan

a. Otonomi daerah

kemanusiaan yang sangat dibutuhkan rakyat Otonomi daerah adalah salah satu tuntutan Aceh. dan agenda reformasi. Pemerintahan yang sentral-  Tepat 19 November 2002, Henry Dunant Center istik dan Jakarta Sentris sebagaimana terjadi se- (HDC) sebagai mediator perundingan GAM dan

Pemerintah RI mengumumkan disepakatinya lama Orde Baru sudah saatnya diakhiri dengan persetujuan penghentian permusuhan pada 9

memberikan hak dan kewenangan kepada setiap Desember 2002. Jenewa jadi saksi penandata-

daerah untuk mengatur daerahnya sendiri di da- nganan The Cessation of Hostilities Agreement

lam NKRI. Pemerintah RI sudah mencanangkan (COHA) atau Kesepakatan Penghentian Permu-

otonomi daerah ini sejak tahun 1999 dengan dikelu- suhan pada 9 Desember 2002.

arkannya UUD No. 22 Tahun 2001 tentang otonomi daerah. Dalam pelaksanaannya, UU ini dirasakan belum mencerminkan cita-cita otonomi daerah yang diinginkan, salah satunya adalah masalah per- imbangan keuangan pusat-daerah yang menimbul- kan kesan bahwa pemerintah setengah hati dalam melaksanakan otonomi daerah.

Pemerintah kemudian merevisi UU tersebut dan menggantinya dengan UU No. 32 Tahun 2004

mpo, 2005 Te

tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat

sumber:

dan pemerintah daerah. Dengan UU yang baru ini

kemudian ditegaskan bahwa otonomi daerah di- Penandatanganan Perjanjian Damai Aceh di Helsinki pada

Gambar 7.1.9

tanggal 15 Agustus 2005. Perjanjian ini membuka babak maksud sebagai hak, wewenang, dan kewajiban baru bagi perdamaian di Aceh setelah dilanda konflik

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus berkepanjangan.

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan ma- syarakat setempat sesuai dengan peraturan per-

 Setelah mengalami bencana tsunami tanggal 26 undang-undangan (UU No. 32 Tahun 2004, pasal 1 Desember 2004 yang menghancurkan Aceh. Pre- ayat 5). Di sini, kecuali dalam urusan mata uang siden Susilo Bambang Yudhoyono menawarkan dan hubungan luar negeri, seluruh urusan penga- gencatan senjata demi melancarkan proses per- turan dan pengelolaan daerah bisa diatur dan di- baikan kembali Aceh. Sementara itu, pimpinan

GAM di Swedia sehari setelah gelombang tsu- urus sendiri oleh masing-masing kepala daerah nami memerintahkan kepada GAM untuk tidak

(provinsi dan kabupaten/kota). menyerang TNI. Lebih lanjut, Perdana Menteri

b. Konflik etnik

GAM, Malik Mahmud, menyambut tawaran damai pemerintah RI itu dengan syarat tidak

Beberapa konflik etnik terjadi di Kalimantan dalam rangka otonomi khusus, tetapi dalam

Barat, Maluku, dan Poso (Sulawesi Tengah) selama rangka jeda kemanusiaan. Swedia tak ketinggal-

masa reformasi.

an menekan para petinggi GAM untuk meng-  Di Kalimantan Barat terjadi konflik etnis antara hormati usulan gencatan senjata dan menerima

suku Dayak, Melayu, dan warga pendatang tawaran berunding. Perundingan antarkedua

dari suku tertentu. Konflik mulai pecah pada belah pihak akhirnya menghasilkan sebuah Per-

tanggal 19 Januari 1999. Konflik ini dapat di- janjian Damai Aceh yang ditandatangani di Helsin-

selesaikan ketika pada tanggal 26 April 1999. ki pada tanggal 15 Agustus 2005.

Suku-suku yang bertikai duduk bersama dan membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Kali-

C. Peristiwa-peristiwa di bidang sosial

mantan Barat. Dalam forum itu disepakati bahwa

kemasyarakatan

setiap perselisihan dan konflik yang muncul harus dipandang sebagai masalah perorangan

Ada beberapa peristiwa penting selama masa dan bukan masalah kelompok etnik. reformasi yang menandai kehidupan masyarakat

 Di Ambon terjadi konflik etnis berlatar bela- di bidang sosial, antara lain otonomi daerah, konflik

kang agama. Pemicu konflik di Maluku adalah komunal atas dasar agama, dan ancaman teroris-

bentrokan antara seorang warga Batumerah me. Ketiga masalah ini bisa dideskripsikan secara

(Ambon) dengan seorang sopir angkutan kota. singkat berikut.

Kejadian pada 19 Januari 1999 itu memicu kon-

Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX

flik massal. Pada tanggal 19 Maret 1999, terjadi

c. Ancaman terorisme

bentrokan hebat yang menghancurkan banyak Ancaman dan teror bom juga sering terjadi se- masjid, gereja, dan rumah penduduk, serta

lama masa reformasi, bahkan sejak tahun 1997. menewaskan ratusan orang. Berbagai upaya

Ledakan bom umumnya terjadi di tempat-tempat yang dilakukan untuk mewujudkan perdamai-

umum dan pusat keramaian seperti mal, gedung pe- an di Maluku seperti menemukan jalan buntu.

merintah, hotel, rumah ibadah, dan tempat hiburan. Akhirnya, tanggal 11-12 Februari 2002, diada-

Ledakan bom telah menimbulkan kerusakan pa- kan Perjanjian Malino di Sulawesi Selatan, di

rah dan memakan korban jiwa orang yang tak ber- mana kedua belah pihak yang berkonflik berse-

dosa. Dari semua bom yang pernah diledakkan di pakat untuk mengakhiri konflik. Konflik yang

Indonesia, yang paling besar kekuatannya dan me- terjadi di Maluku masih diperkeruh dengan pe-

makan banyak korban adalah bom yang terjadi di ngibaran bendera RMS oleh pendukung RMS

sebuah kafe Jalan Legian, Kuta (Bali) pada tanggal yang tergabung dalam Front Kedaulatan Maluku,

12 Oktober 2002, menewaskan lebih dari 180 orang pada tanggal 25 April 2002.

yang umumnya adalah para turis dari Australia.  Konflik antaragama Islam dan Kristen juga ter-

jadi di Poso sampai hari ini. Sebenarnya pemicu konflik adalah sebuah peristiwa sederhana yang terjadi pada tanggal 26 Desember 1998 di mana

terjadi perkelahian antara Roy Runtuh Bisa-

lembah (Kristen) yang sedang mabuk dengan Ahmad Ridwan (Islam) di dekat Masjid Darussa- lam, di kecamatan Soya, Kabupaten Poso. Perkela- hian ini berkembang menjadi konflik antarwarga yang berbeda agama. Tanggal 28 Desember 1998,

mpo, 2002

konflik ini meluas ke seluruh kabupaten. Sejak Te bulan Mei 1999 muncul kelompok baru yang ti-

sumber:

dak dikenal di Poso dan terus memicu konflik. Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini de- Gambar 7.1.11

Para petugas kepolisian sedang melakukan penyelidikan di ngan menyelenggarakan Pertemuan Malino, di

lokasi peledakan bom di Jl. Legian, Kuta, Bali. Peristiwanya Sulawesi Selatan, pada tanggal 19-20 Desember

terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002. 2001. Dalam pertemuan tersebut disepakati bah- wa pihak yang bertikai harus menghentikan

Dari semua teror dan ledakan bom yang pernah perselisihan dan sepakat melaksanakan butir-

terjadi di Indonesia, diketahui bahwa peledakan butir kesepakatan yang sudah disetujui bersa-

dipakai oleh kelompok ekstrem tertentu. Terlepas ma.

dari alasan apa pun juga, aksi teror dan peledakan bom sama sekali tidak dibenarkan karena merusak, membunuh, dan merugikan orang-orang yang ti- dak berdosa. Selain itu, tindakan heroik apa pun yang mengatasnamakan agama tetapi bertujuan untuk menghancurkan dan membunuh orang lain hanya akan mencoreng dan mendiskreditkan aga- ma itu sendiri. Agama apa pun juga pasti menga- jarkan cinta kasih dan penghormatan yang tulus kepada diri sendiri, orang lain, dan semesta alam,

empo, 29 Okt - 4 Nov 2007

karena agama tersebut bersumber dari Tuhan Sang

Maha Cinta.

Majalah T

sumber:

Gambar 7.1.10

Warga di Poso, Sulawesi Selatan memegang poster anti kekerasan yang mendukung Perjanjian Malino, Januari 2002. Masyarakat menginginkan perdamaian.

Bab 7 Perubahan Pemerintahan dan Kerja Sama Internasional