positioning unik dalam benak konsumen dikarenakan overuse atau pemakaian nama merek secara berlebihan.
2.5. Perilaku Konsumen
The American Marketing Association dalam Setiadi, 2003:3 mendefinisikan perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku,
dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
Dari defenisi tersebut, terdapat 3 tiga ide penting yaitu: perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian
di sekitar, serta melibatkan pertukaran. Menurut Setiadi 2003:3, perilaku konsumen merupakan tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini.
2.6. Respon Konsumen 2.6.1. Pengertian Respon Konsumen
Respon memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku, respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak.
Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu, sebaliknya respon negatif akan menghalangi
konsumen dalam melakukan pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Simamora 2003:126, respon adalah reaksi konsumen terhadap stumuli, baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal. Stimuli atau
stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu Setiadi, 2003:161.
Banyak model yang menjelaskan respon konsumen. Ada empat model yang menjelaskan seperti apa proses sampai seseorang membeli suatu produk, yaitu model
AIDA, model ”Hierarchy of Effect”, model Adopsi Inovasi dan Model Komunikasi. Semua model tersebut menunjukkan bahwa proses yang terjadi dalam diri
konsumen terjadi secara bertahap. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model Hierarchy of Effect. Pada model hierarchy-of-effect, tahap-tahap respons
adalah kesadaran awareness, pengetahuan knowledge, suka liking, mejadikan produk sebagai pilihan preference, yakin dengan produk conviction, dan
pembelian purchase.
Universitas Sumatera Utara
Area Kognitif
Area Afektif
Area Behavioral
Sumber : Simamora 2003:128
Gambar 2.1 Model Hierarchy of Effect
1. Area Kognitif Cognitive Area
Area ini adalah area dimana konsumen menyadari akan kebenaran suatu produk atau jasa kemudian konsumen mulai mengerti dan mengetahui fungsi produk atau jasa
tersebut. Area kognitif meliputi: a.
Kesadaran Merek brand awareness Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak
konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Jika pasar sasaran belum mengenal
produk, maka perusahaan perlu membuat promosi agar mereka mulai mengenal produk.
Awarenes Knowledge
Liking
Purchase Conviction
Preference
Universitas Sumatera Utara
b. Pengetahuan knowledge
Konsumen bisa saja mengenal, sadar atau ingat nama produk, tetapi tidak tahu banyak mengenai produk. Jika ingin mencapai tahap ini perusahaan
harus membuat promosi yang informatif. 2.
Area Afektif Affective Area
Area ini mencakup tahap dimana konsumen mulai timbul perasaan suka dan yakin akan produk atau jasa yang disukainya, setelah produk atau jasa tersebut menjadi
pilihannya untuk dikonsumsi. Area afektif meliputi: a.
Kesukaan liking Kalau target pasar sasaran sudah kenal dan tahu, bagaimana perasaan mereka
terhadap produk? Bisa saja target pasar sasaran menyukai produk, tetapi tidak menempatkannya lebih penting dibanding produk–produk lain yang sama.
Jika sudah menempatkan produk sebagai pilihan pertama, maka pasar sasaran sudah sampai pada tahap preferensi dalam model.
b. Pilihan preference
Jika target sasaran menyukai produk namun tidak menempatkan pada posisi yang utama dan masih membandingkan dengan produk lain, maka konsumen
perlu preferensi terhadap produk untuk menempatkan produk pada posisi yang penting dibandingkan produk-produk yang lain. Kalau target pasar
sasaran sudah menempatkan produk sebagai pilihan pertama, maka pasar sasaran sudah sampai pada tahap preferensi dalam model.
Universitas Sumatera Utara
c. Keyakinan conviction
Bisa saja pasar sasaran sudah menjadikan produk sebagai pilihan, akan tetapi tidak memiliki keyakinan yang pasti mengenai produk. Jika sudah yakin
mengenai produk, biasanya orang–orang akan mempromosikannya juga pada orang lain. Jadi, perusahaan dapat memperoleh promosi gratis melalui
komunikasi dari mulut ke mulut word-of-mouth communication. 3.
Area Tindakan Behavior Area
Area ini merupakan tahap terakhir dalam proses, yaitu pembelian purchase. Pada akhirnya, pasar sasaran yang sudah kenal, tahu, suka, menjadikan produk sebagai
pilihan dan yakin akan pilihannya, akan membeli produk pada saat yang tepat.
2.6.2. Hubungan Respon Konsumen dan Perilaku Konsumen
Implikasi pemasaran dari hubungan respon dan perilaku berkaitan dengan pengukuran komponen-komponen kognitif berpikir dan afektif perasaan dari
respon pembeli, hasil pengukuran dapat didayagunakan untuk meramalkan perilaku. Perilaku pembeli juga dapat dipengaruhi melalui komponen kognitif dan afektif.
2.6.3. Dimensi-dimensi Respon
Menurut Simamora 2003:134 dimensi-dimensi respon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tahap Model apapun yang digunakan, yang namanya respon, selalu terbagi ke dalam tiga
area, yaitu area kognitif, area afektif, dan area perilaku. Ketiga area ini bisa dibagi ke
Universitas Sumatera Utara
dalam tahap, tergantung model yang digunakan. Dalam model AIDA misalnya, respon memiliki empat tahap, yaitu attention, interest, desire, dan action. Sebuah
stimulus dapat mempengaruhi satu, beberapa, atau semua tahap. b. Panjang
Sebuah stimulus dapat menciptakan respon yang panjang atau pendek. Panjang sebuah respon adalah jumlah tahap yang dipengaruhi stimulus. Misalkan peneliti
menggunakan model AIDA, maka panjang maksimal respon adalah empat. Dengan model hierarchy-of-effect, panjang respon adalah enam. Panjang maksimal stimulus
tergantung model yang digunakan. Namun, tikda berarti bahwa respon yang menggunakan model AIDA lebih pendek daripada model hierarchy of effect. Justru,
panjang maksimal dan minimal respons pada setiap model adalah sama. c. Arah
Bila menggunakan sudut pandang perusahaan, ada dua arah respon, yaitu positif dan negatif. Respon positif terjadi apabila respon mengarah pada perilaku yang
diinginkan perusahaan. Jika menggunakan model AIDA, respon positifnya adalah perhatian, berminat, ingin dan bertindak. Sedangkan respon negatifnya adalah
menjadi bingung, tidak berminat, tidak ingin, dan tidak bertindak. d. Lebar
Lebar menyatakan seberapa besar respon yang terjadi di tiap tahap. Lebar maksimal tergantung pada skala yang digunakan. Banyaknya kelas tergantung kemampuan
untuk membentuk kategori lebar respon. Yang perlu diperhatikan adalah perbedaan nyata, perbedaan ini harus bersifat bertingkat dan perbedaan tingkatan terjadi secara
Universitas Sumatera Utara
merata. Tingkatan-tingkatan responnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.1 Tingkatan-tingakatan Respon Positif
Tahap respon Lebar = 1
Lebar = 2 Lebar = 3
Kesadaran Mengenal merek
Merek yang sudah sangat dikenal
Top of mind Pengetahuan
Tahu sedikit Tahu banyak
Tahu semuanya Kesukaan
Cukup suka Suka
Sangat suka Kecenderungan
Merek alternatif Posisi sama dengan
merek lain Satu-satunya
merek alternatif Keyakinan
Cukup yakin Yakin
Sangat yakin Pembelian
Sekedar mencoba Pembelian teratur
Pembelian teratur sekaligus
mempromosikan
Sumber : Simamora 2003:137
Tabel 2.2 Tingkatan-tingkatan Respon Negatif
Tahap respon Lebar = 1
Lebar = 2 Lebar = 3
Kesadaran Samar-samar
antara ingat dan lupa
Lupa tapi masih bisa diingat
Lupa sama sekali
Pengetahuan Cukup bingung
Bingung Sangat bingung
Kesukaan Cukup tidak suka
Tidak suka Sangat tidak suka
Kecenderungan Merek yang tidak
dipilih Menghindari
merek Memusuhi merek
Keyakinan Cukup tidak yakin
Tidak yakin Sangat tidak yakin
Pembelian Mengurangi
pembelian Berhenti membeli
kembali Mengembalikan
produk yang sudah dibeli
Sumber : Simamora 2003:137
Universitas Sumatera Utara
e. Kekuatan Mengukur kekuatan respon harus memperhatikan dua dimensi, yaitu panjang dan
lebar. Kekuatan respon diperoleh dengan mengalihkan kedua dimensi ini. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : Br
i
= Kekuatan respon Pr
i
= Panjang Respon n = Menyatakan jumlah tahap yang dilalui
Lr
i
= Lebar Respon f. Kecepatan
Kecepatan memberikan respon berbeda-beda. Ada yang sampai pada tahap pembelian begitu mendapat stimuli. Ada pula yang setelah waktu yang sangat lama
baru melakukan pembelian. Bahkan, ada yang tidak sampai pada tahap pembelian sama sekali.
g. Lama bertahan Ada respon sesaat, adapula respons yang berlangsung dalam jangka panjang.
Persepsi respons yang berlangsung sesaat dinamakan sensasi. Promosi yang dapat merangsang respons dalam waktu singkat digolongkan promosi yang sensasional.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Persepsi Konsumen
Menurut Webster dalam Setiadi, 2003:160, persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi dan diinterprestasikan, sedangkan menurut
Stanton persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang dipertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra.
2.6.5. Sensitivitas Respon
Menurut Simamora 2003:201 sensitivitas respon adalah tingkat perubahan respon sebagai dampak perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase.
Jadi, sensitivitas respon adalah persentase perubahan respon dibagi persentase perubahan stimuli. Secara matematis, kalimat ini dapat ditulis menjadi:
Dimana : S
r
= Sensitivitas respon ΔR = Perubahan respon
ΔS = Perubahan stimuli
Universitas Sumatera Utara
2.7. Penelitian Terdahulu
Rahmawati 2009, “Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Pada Ekstensifikasi Merek Brand Extension Pembersih Lantai Merek So Klin Studi
Kasus Suzuya Cabang Brigjend Katamso Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat sensitivitas dan arah respon konsumen pada
ekstensifikasi merek brand extension pembersih lantai merek So Klin Studi Kasus Suzuya Cabang Brigjend Katamso Medan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif, metode sensitivitas respon dan metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16.00 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas respson konsumen pada ekstensifikasi merek dari So Klin Pewangi menjadi So Klin Lantai adalah 1.42 yang
termasuk dalam kategori sensitif. Perubahan stimuli ekstensifikasi merek brand extension dari So Klin Pewangi ke So Klin Lantai berdasarkan atribut produk dan
tahapan Hierarchy of effect menunjukkan nilai positif 34. Nilai positif ini menunjukkan bahwa stimuli yang melekat pada So Klin Lantai mendapat respon
lebih tinggi dari para konsumen dibandingkan dengan So Klin Pewangi yang telah ada sebelumnya.
Amanita 2009, “Analisis Perluasan Merek brand extension Sampo Lifebuoy
terhadap Sensitivitas Tanggapan Siswi Asrama Putri Santa Theresia Medan”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar tingkat sensitivitas tanggapan konsumen terhadap ekstensifikasi merek brand extention
Universitas Sumatera Utara
pada sampo merek Lifebuoy, dan untuk mengetahui dan menganalisis apakah arah tanggapan dari konsumen positif terhadap ekstensifikasi merek brand extention
pada sampo merek Lifebuoy di Asrama Putri Santa Theresia Medan. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis sensitivitas tanggapan ; kekuatan tanggapan,
perubahan tanggapan, kekuatan stimuli, dan perubahan stimuli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tanggapan pada sabun Lifebuoy sebesar 982, kekuatan tanggapan pada sampo Lifebuoy sebesar 989. Perubahan
tanggapan sebesar 7 yang berarti bahwa skor jawaban pada sampo Lifebuoy lebih besar dibanding pada sabun Lifebuoy berdasarkan tahapan hierarchy of effect
kesadaran, pengetahuan, kesukaan, kecenderungan, keyakinan, dan pembelian. Kekuatan stimuli pada sabun Lifebuoy sebesar 996, dan kekuatan stimuli pada
sampo Lifebuoy sebesar 999. Perubahan stimuli perluasan merek dari sabun Lifebuoy ke sampo Lifebuoy berdasarkan tahapan hierarchy of effect menunjukkan
nilai positif 3. Nilai positif ini menunjukkan bahwa stimuli yang melekat pada sampo Lifebuoy mendapat tanggapan lebih tinggi dari responden dibandingkan dengan
sabun Lifebuoy yang telah ada sebelumnya. Sensitivitas tanggapan konsumen terhadap ekstensifikasi merek dari sabun Lifebuoy ke sampo Lifebuoy adalah sebesar
2,37 yang termasuk dalam kategori sensitif. Nilai kekuatan tanggapan dan stimuli lebih tinggi pada sampo Lifebuoy maka arah perubahan positif.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konseptual