menjadi lebih buruk bila terdapat gangguan penyakit atau gaya hidup yang berkaitan dengan fungsi seksual, antara lain diabetes, penyakit kardiovaskular, merokok dan alkohol berlebihan
Pangkahila, 2008. Meskipun begitu, pria sering melaporkan kepuasan seksual yang besar di samping
perubahan tersebut, dan kegiatan seksual tetap dipertahankan oleh banyak pria hingga usia tua. Sebagai contoh dalam telaah Person di Swedia, 46 dari 166 pria berusia 70 tahun, ditemukan
aktif secara seksual, dengan angka sebesar 52 bagi yang menikah Masland, 2006.
2.1.6 Pengaruh Penuaan Terhadap Seksual Wanita pada Lanjut Usia
Pengaruh utama proses menua pada seksualitas wanita dihubungkan dengan perubahan pada saat menopause. Faktor penting adalah reduksi yang menandai sirkulasi estrogen yang
ditemukan pada wanita sesudah menopause. Hormon estrogen penting untuk mempertahankan keadaan normal vagina dan untuk tanggapan seksual. Selaput lendir vagina sesudah menopause
mengalami penipisan. Di samping itu, terjadi pengurangan pelumasan selama bangkitnya gairah seksual. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama bersenggama. Terdapat
beberapa bukti bahwa jika seorang wanita tetap aktif secara seksual, perubahan tersebut kurang nyata. Proses menua juga mengakibatkan beberapa penyusutan vagina dan labia minora.
Kepekaan vagina berkurang Hawton, 1993. Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan penurunan hormon,seperti berikut ini :
1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama 2. Pengembangan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebarnya
3. Dinding vagina menjadi tipis dan mudah teriritasi 4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra
5. Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkat kemungkinan terjadi infeksi
Universitas Sumatera Utara
6. Penurunan elivasi uterus 7. Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun
8. Fase orgasme lebih pendek 9. Fase resolusi muncul lebih cepat
10. Kemampuan multipel orgasme masih baik. Aktivitas seksual mungkin terbatas karena ketidakmampuan spesifik, tetapi dorongan
seksual, ekspresi cinta, dan perhatian tidak mengalami penurunan yang sama. Dari pada penurunan fungsi seksual diasumsikan dengan sakit, lebih baik perhatian difokuskan pada
sesuatu yang masih mungkin dilakukan. Mengembangkan kepercayaan diri dan membentuk ekspresi seksual yang baru dapat banyak membantu pada lansia yang mengalami
ketidakmampuan seksual. Atritis dengan deformitas pada sendi, kemungkinan terjadi kontraktur dan nyeri, kanker
dengan nyeri dan komplikasi operasi, kemoterapi dan radiasi, gangguan neoromuskular yang menyebabkan atrofi otot, tonus yang tidak normal, dan gerakan yang tidak normal menyebabkan
lansia merasa kurang menarik dan tidak mempunyai daya tarik seksual. Perasaan negatif ini menghambat pengembangan emosi dan fisik. Beberapa penyakit dihubungkan dengan daya tahan
atau nyeri dapat menyebabkan gangguan seksual dan aktivitas. Penyakit kronis menyebabkan ketakutan dan menghalangi dorongan aktivitas seksual. Ketakutan dan persepsi negatif harus
diatasi sehingga lansia dapat menikmati kehidupan hubungan seksualnya. Pada beberapa lansia, kunci utama mempertahankan hubungan seksual secara penuh
adalah kemampuan untuk mengubah pola lama ke pola baru dengan baik Pudjiastuti, 2002. Akan tetapi, walaupun pengaruh proses menua sangat mengganggu seksualitas wanita,
penemuan bahwa banyak wanita tetap aktif secara seksual dan menikmati hubungan seks hingga
Universitas Sumatera Utara
usia 60 tahun, 70 tahun, dan bahkan 80 tahun sangat menggembirakan. Sebagai contoh, Persson 1980 di Swedia menemukan bahwa 16 dari 266 wanita berusia 70 tahun tetap aktif secara
seksual. Dalam studi ini, 36 dari 91 wanita yang menikah masih tetap aktif Hawton, 1993.
2.1.7 Menopause